Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria AS Tertular Covid-19 2 Kali, dengan Infeksi Kedua Lebih Parah

Kompas.com - 13/10/2020, 22:43 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Seorang pria di Amerika Serikat telah tertular Covid-19 dua kali dan gejala-gejala yang ia alami pada kejadian kali kedua berkembang menjadi lebih membahayakan daripada yang pertama, menurut laporan pada dokter.

Pria berusia 25 tahun itu membutuhkan perawatan di rumah sakit setelah ia mengalami kekurangan oksigen akibat fungsi paru-paru yang terganggu.

Infeksi ulang jarang terjadi dan pria itu sekarang telah pulih.

Baca juga: Eksistensi Tari Ronggeg Blantek dan Tari Cenderawasih Asal Indonesia di Tengah Pandemi Virus Corona

Meski demikian, studi yang diterbitkan di Lancet Infectious Diseases, menimbulkan pertanyaan tentang tingkat kekebalan tubuh terhadap virus.

Tetapi studi di Lancet Infectious Diseases, menimbulkan pertanyaan tentang seberapa besar kekebalan yang dapat dibangun terhadap virus.

Pria dari Nevada itu tidak memiliki masalah kesehatan maupun kekurangan pada kekebalan yang membuatnya sangat rentan terhadap Covid.

Apa yang terjadi dan kapan

25 Maret - Gejala gelombang pertama, termasuk sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala, mual dan diare
18 April - Dia dites positif untuk pertama kalinya
27 April - Gejala awal sembuh total
9 dan 26 Mei - Hasil tesnya negatif dua kali
28 Mei - Dia mengalami gejala lagi, kali ini termasuk demam, sakit kepala, pusing, batuk, mual dan diare
5 Juni - Tes positif untuk kedua kalinya, dan hipoksia (oksigen darah rendah) dengan sesak napas

Para ilmuwan mengatakan pasien itu terjangkiti virus corona dua kali, dan bukan infeksi awal menjadi tidak aktif dan kemudian berkembang kembali.

Baca juga: Sempat Berangsur Normal dari Virus Corona, Kini Malaysia PSBB Lagi

Perbandingan kode genetik virus yang diambil selama setiap serangan gejala menunjukkan bahwa kode itu terlalu berbeda untuk disebabkan oleh infeksi yang sama.

"Penemuan kami menandakan bahwa infeksi sebelumnya belum tentu melindungi dari infeksi di masa depan," kata Dr Mark Pandori, dari University of Nevada.

"Kemungkinan infeksi ulang dapat memiliki implikasi signifikan bagi pemahaman kita tentang kekebalan terhadap Covid-19."

Dia mengatakan bahkan orang yang telah pulih harus terus mengikuti pedoman seputar jarak sosial, masker wajah, dan cuci tangan.

Sebelumnya ada asumsi bahwa gelombang kedua infeksi Covid-19 akan lebih ringan, karena tubuh telah belajar melawan virus untuk pertama kalinya.

Baca juga: Belum Selesai Virus Corona, China Kini Diserang Norovirus

Masih belum jelas mengapa pasien dari Nevada itu menjadi sakit parah untuk kedua kalinya. Satu gagasan adalah kemungkinan dia mulai mungkin telah terpapar pada dosisvirus yang lebih besar.

Masih menjadi suat kemungkinan kekebalan awal memperburuk infeksi kedua. Hal ini telah didokumentasikan dengan penyakit seperti demam berdarah, di mana antibodi yang dibuat sebagai respons terhadap satu jenis virus dengue menyebabkan masalah jika terinfeksi oleh jenis lain.

Paul Hunter, dari Universitas East Anglia, mengatakan penelitian itu "sangat memprihatinkan" karena celah waktu yang kecil antara kedua infeksi tersebut, serta tingkat keparahan infeksi kedua.

"Mengingat fakta bahwa hingga saat ini lebih dari 37 juta orang telah terinfeksi, kami berharap akan mendengar lebih banyak insiden jika infeksi ulang yang sangat dini dengan penyakit parah biasa terjadi.

"Masih terlalu dini untuk mengatakan dengan pasti apa implikasi dari temuan ini untuk program imunisasi apa pun. Tetapi temuan ini memperkuat poin bahwa kami masih belum cukup tahu tentang tanggapan kekebalan terhadap infeksi ini."

Baca juga: Ucapan Fauci soal Virus Corona Diedit, Dipelintir di Iklan Kampanye Trump

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com