Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Tawarkan Bonus untuk Tingkatkan Jumlah Kelahiran Anak di Tengah Pandemi Covid-19

Kompas.com - 07/10/2020, 14:50 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

SINGAPURA, KOMPAS.com - Singapura menawarkan pembayaran satu kali untuk mendorong warganya agar memiliki anak di tengah berlangsungnya pandemi virus corona.

Pemerintah setempat khawatir bahwa warga negaranya menunda untuk memiliki anak karena permasalahan terkait tekanan finansial dan PHK.

Rincian jumlah yang akan dibayarkan negara belum dirilis sejauh ini. Kebijakan ini merupakan tambahan dari berbagai bonus finansial yang signifikan, yang telah ditawarkan oleh pemerintah untuk kelahiran anak.

Baca juga: Pandemi Virus Corona, IMF Perpanjang Keringanan Utang 28 Negara

Singapura memiliki salah satu tingkat kelahiran terendah di dunia, dan negara itu telah mengupayakan untuk meningkatkan angka tersebut selama beberapa dekade terakhir.

Hal itu sangat kontras dengan beberapa negara tetangganya, seperti Indonesia dan Filipina, yang menghadapi kemungkinan lonjakan besar terhadap tingkat kehamilan akibat lockdown virus corona.

"Kami telah menerima umpan balik bahwa Covid-19 telah menyebabkan sebagian pasangan yang ingin memiliki anak menunda rencana tersebut," kata Wakil Perdana Menteri Singapura Heng Swee Keat pada hari Senin (05/10) seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Selasa (6/10/2020).

Heng mengatakan rincian lebih lanjut tentang jumlah dan bagaimana kelahiran anak mereka akan dibayar, akan diumumkan di kemudian hari.

Baca juga: Trump Pulang dari RS, Klaster Virus Corona Gedung Putih Masih Meluas

Sistem bonus bayi di Singapura saat ini memberikan tunjangan hingga 10.000 dollar Singapura atau sekitar Rp108 juta, kepada orang tua yang memenuhi syarat.

Tingkat kesuburan Singapura menyentuh level terendah dalam 8 tahun pada 2018, menurut data pemerintah, yakni pada tingkat 1,14 kelahiran per perempuan.

Banyak negara Asia menghadapi masalah serupa tentang penurunan tingkat kesuburan, dan hal itu dapat memburuk selama pandemi.

Awal tahun ini, angka kelahiran di China turun ke level terendah sejak pembentukan Republik Rakyat China 70 tahun lalu. Ini terjadi meski pun ada pelonggaran kebijakan satu anak, yang banyak dikritik.

Baca juga: Gejala Trump Saat Positif Corona dan Menilik Bagaimana Pengobatannya...

Ledakan kelahiran

Namun, beberapa tetangga Singapura menghadapi masalah sebaliknya.

Di Filipina, kehamilan yang tidak diinginkan diperkirakan akan melonjak hampir setengah menjadi 2,6 juta, jika pembatasan pergerakan yang disebabkan Covid-19 tetap berlangsung hingga akhir tahun, menurut Data Populasi PBB.

"Angka-angka ini sendiri sudah menjadi epidemi," kata Aimee Santos, juru bicara badan PBB di Filipina, bulan lalu.

Baca juga: Dihantam 2 Gelombang Virus Corona, Selandia Baru Sukses Atasi Semuanya

Filipina memiliki penduduk tertinggi kedua di Asia Tenggara dengan jumlah 108,4 juta. Negara tersebut tercatat sebagai salah satu negara yang paling terdampak pandemi di kawasan Asia Tenggara dengan lebih dari 307.000 kasus.

"Masalah perempuan dan anak-anak ini sebagian besar tetap diabaikan selama pandemi. Sudah waktunya untuk menempatkan mereka di depan dan di tengah," kata Senator Risa Hontiveros, ketua komite urusan perempuan di Senat, bulan lalu.

Dia telah mendukung seruan agar terdapat lebih banyak perempuan masuk di gugus tugas negara melawan pandemi virus corona, agar masalah mereka dapat diketahui dan ditanggulangi.

Baca juga: Virus Corona, Singapura Catat Satu Digit Kasus Harian dalam 7 Bulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com