Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Debat Pilpres AS 2020, Joe Biden Bakal Pelajari Komentar Trump

Kompas.com - 17/09/2020, 07:54 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP,ABCNews

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengatakan, dia kini tengah mempelajari komentar Petahana Donald Trump jelang debat pertama PIlpres AS.

Debat pertama dari tiga agenda yang bakal dijalani para calon akan digelar di Case Western Reserve University Cleveland, Ohio, pada 29 September nanti.

Biden menerangkan, saat ini dia tengah bersiap dengan meneliti segala pernyataan yang disampaikan Trump dalam berbagai kesempatan.

Baca juga: Pertama Kali dalam 175 Tahun, Majalah Scientific American Dukung Capres AS Biden

"Saya jarang melakukan debat panjang. Tapi saya ingin memastikan saya memahami apa yang dia sudah dan belum katakan," ucap Joe Biden dikutip ABC Rabu (16/9/2020).

Mantan Senator Delaware itu menuturkan, dia tidak tahu permainan seperti apa yang bakal dikeluarkan rivalnya itu ketika debat Pilpres AS dimulai.

Dia kemudian menyatakan, keputusan Trump tidak mengambil kebijakan penting dalam memerangi virus corona seharusnya membuat didiskualifikasi dari pertarungan Pilpres.

Biden juga menuding lawannya itu sudah mempolitisasi pengembangan vaksin, dengan menuturkan obat itu bakal siap dalam beberapa pekan.

Pernyataan itu menjadi salah satu senjata kuncinya di tengah berbagai jajak pendapat yang mengunggulkan Biden dibanding presiden 74 tahun itu.

Kepada awak media, mantan wakil Barack Obama tersebut menyatakan petahana "sudah tidak serius" sejak awal dalam menangani virus corona.

Baca juga: Trump Tuding Biden Pakai Obat, Minta Tes Narkoba Sebelum Debat Capres

"Tanggung jawab pertama presiden adalah melindungi rakyatnya, dan dia tak melakukannya. Seharusnya dia didiskualifikasi," kata dia.

Dia menerangkan vaksin Covid-19 adalah hal penting bagi rakyat AS. Tapi pengembangannya harus didasarkan pada fakta ilmiah, bukan politik.

"Biarkan saya perjelas. Saya percaya vaksin. Saya percaya ilmuwan. Tapi saya tidak percaya Donald Trump. Seharusnya rakyat AS juga," ujar dia dilansir AFP.

Dia juga menekankan bahwa vaksin bisa diproduksi secara massal jika penelitian ilmiah membuktikan vaksinnya efektif dan aman.

Politisi berusia 77 tahun tersebut menyindir petahana, yang berujar bahwa pbat Covid-19 bakal siap dalam hitungan pekan.

Baca juga: Tepis Isu Pemanasan Global, Biden Sebut Trump Pembakar Iklim

Namun, pakar di pemerintahannya sendiri membantahnya, dan menegaskan vaksin itu baru bisa dipasarkan paling lambat pertengahan 2021.

Pakar menjelaskan, saat ini vaksin tersebut adalah langkah yang paling efektif menghentikan wabah yang sudah membunuh 196.000 orang di "Negeri Uncle Sam".

Direktur Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Robert Robert Redfield kepada Senat berkata, memang pada November dan Desember atau vaksin yang bisa digunakan.

Namun, jumlahnya itu terbatas dan diprioritaskan kepada kasus tertentu. "Jika Anda bertanya kepada saya, kita baru siap pada kuartal ketiga 2021," paparnya.

Baca juga: Kampanye Pemilu AS Dimulai, Biden Ungguli Trump di Swing State Krusial

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis. Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com