Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: "Lapar sampai Mati" demi Bela Kasta Dalit, Mahatma Gandhi Rela Mogok Makan

Kompas.com - 16/09/2020, 12:35 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

KOMPAS.com - Hari ini, 16 September, 88 tahun yang lalu, Mahatma Gandhi melakukan aksi mogok makan atas pemisahan aktivitas politik berdasarkan kasta di India.

Di dalam penjaranya di Yerovda, Pune, aktivis, politisi, penulis sekaligus pengacara yang memiliki nama asli Mohandas Karamchand Gandhi ini memulai aksi mogok makannya sebagai protes terhadap pemerintah kolonial Inggris yang membuat keputusan pemisahan sistem elektoral berdasarkan kasta.

Meski aksi itu bukan kali pertama dirinya melakukan mogok makan, kenyataannya, Gandhi telah bekerja sepanjang hidupnya untuk melawan demi kepentingan seluruh rakyat India dan dunia.

Pada 1920, konsep Satyagraha atau bermakna "berpegang teguh pada kebenaran" telah membuat Gandhi menjadi sosok yang sangat berpengaruh bagi jutaan pengikutnya.

Dipenjara oleh pemerintah Inggris dari tahun 1922-1924, dia menarik diri dari dunia politik selama tahun 1920-an tetapi pada tahun 1930 kembali terjun dengan kampanye pembangkangan sipil yang baru.

Baca juga: Tak Disangka, Kacamata Mahatma Gandhi Laku Terjual Rp 5 Miliar

Hal itu membuat Gandhi dipenjara lagi, meski hanya sebentar, ketika Inggris membuat konsesi atas tuntutannya dan mengundangnya untuk mewakili Partai Kongres Nasional India pada konferensi meja bundar di London.

Setelah kembali ke India pada Januari 1932, Gandhi tidak membuang waktu untuk memulai kampanye pembangkangan sipil lainnya, di mana dia (pada akhirnya) dipenjara lagi.

Delapan bulan kemudian, Gandhi mengumumkan bahwa dia memulai gerakan mogok makan yang berbunyi "lapar sampai mati" untuk memprotes dukungan Inggris terhadap konstitusi baru India, yang memberikan kasta terendah (kasta 'tak tersentuh' Dalit) di negara itu memiliki keterlibatan politik terpisah selama 70 tahun.

Gandhi percaya hal itu akan menjadi permanen dan sangat tidak adil tentunya membagi kelas sosial di India.

Gandhi sangat kuat memperjuangkan emansipasi bagi kasta Dalit, kasta yang tak boleh disentuh yang disebutnya sebagai "Harijan" atau bermakna "Anak-anak Tuhan".

Baca juga: Dipukuli dan Panen Dihancurkan, Pasangan dari Kasta Rendah India Berniat Bunuh Diri

"Ini adalah kesempatan, anugerah Tuhan yang datang kepada saya," ujar Gandhi dari dalam selnya di penjara Yerovda, "untuk memberikan hidup saya sebagai pengorbanan terakhir kepada [mereka] yang tertindas."

Mogok makan Gandhi berlangsung 6 hari setelah pemerintah Inggris menerima ketentuan-ketentuan dari penyelesaian masalah antara orang India dari kasta tertinggi dengan kasta terendah.

Sampai India merdeka, pengaruh Gandhi terus bertumbuh. Dia terus melakukan mogok makan sebagai metode perlawanan, karena tahu pemerintah kolonial Inggris tidak akan tahan dengan tekanan publik internasional terhadap dirinya yang sudah dikenal sebagai "Mahatma" atau "jiwa yang agung".

Pada 12 Januari 1948, Gandhi juga diketahui telah mengakhiri mogok makan yang sukses di New Delhi, untuk membujuk umat Hindu dan Muslim di kota itu agar saling berdamai.

Mengutip buku Mahatma Gandhi yang diterbitkan Kementerian Informasi dan Penyiaran India, pada 30 Januari 1948, sekitar pukul 5 sore, Gandhi yang tengah berada di sebuah kebun rumah bernama Birla House (kini Gandhi Smriti) bersama cucu perempuannya dan tengah menyiapkan diri hendak beribadah, tewas akibat serangan tembakan.

Baca juga: Di Ulang Tahun Ke-150, Abu Jenazah Mahatma Gandhi Dicuri

Penembaknya, Nathuram Godse adalah seorang ekstremis Hindu yang menembak Gandhi dengan 3 butir peluru di dada dari sebuah pistol jarak dekat. Menurut beberapa literatur, Gandhi tewas seketika.

Namun, menurut buku Empirical Foundations of Psychology karya Nicholas Henry Pronko,  Gandhi sempat dibawa ke dalam Birla House dan dibaringkan ke tempat tidur.

Dia tewas sekitar setengah jam usai serangan beriringan dengan salah satu anggota keluarga Gandhi yang membacakan ayat-ayat suci dari kitab Agama Hindu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com