Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Termasuk Novichok, Ini Daftar Koleksi Racun Mematikan Milik Rusia

Kompas.com - 05/09/2020, 07:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

MOSKWA, KOMPAS.com - Sejumlah orang yang vokal mengritik kebijakan Kremlin - mantan mata-mata, jurnalis, dan politisi - telah diracuni dalam dua dekade terakhir.

Di Inggris, dua mantan agen rahasia Rusia menjadi sasaran: Alexander Litvinenko yang tewas dengan radioaktif polonium-210 pada 2006, dan Sergei Skripal dengan zat Novichok yang menyerang sistem saraf pada 2018. Kremlin membantah terlibat.

Alexei Navalny, yang pernah diserang secara fisik sebelumnya, tampaknya menjadi korban terkini. Namun masih banyak hal yang belum jelas.

Baca juga: 2 Jam Dramatis Penyelamatan Alexei Navalny dari Keracunan di Langit Siberia

Keracunan misterius yang melibatkan orang Rusia sering kali tetap misterius - yang menjadi keuntungan tersendiri bagi para pembunuh, dibandingkan dengan pembunuhan model kuno yakni penembakan di jalan.

Prof Mark Galeotti, seorang ahli Rusia di Royal United Services Institute mengatakan kepada BBC, bahwa "racun memiliki dua karakteristik: halus dan teatrikal".

"Sangat halus sehingga Anda dapat mengabaikannya, atau membuatnya lebih sulit untuk dibuktikan. Racun itu butuh waktu untuk bekerja, ada berbagai macam penderitaan, dan peracun dapat menyangkalnya dengan kedipan mata licik, jadi orang-orang mengerti maksudnya."

Baca juga: Presiden Belarusia: Insiden Alexei Navalny Keracunan telah Dipalsukan

Duri di sisi Kremlin

Alexei Navalny adalah aktivis anti-korupsi dan tokoh oposisi Rusia yang paling terkenal. Videonya yang apik dan kuat di media sosial telah menarik jutaan penonton, dan membuatnya menjadi duri bagi pihak Kremlin.

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny terlbat dalam beragam aksi unjuk rasa.REUTERS via BBC INDONESIA Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny terlbat dalam beragam aksi unjuk rasa.
Ia disebut-sebut diracuni sebelum penerbangan yang cukup lama sehingga pembunuhnya dapat melarikan diri dengan mudah.

Navalny, 44, sakit parah dalam penerbangan dari Tomsk di Siberia pada 20 Agustus - ia sangat sakit sehingga penerbangan harus dialihkan ke Omsk.

Reporter investigasi Rusia dan kritikus Putin, Anna Politkovskaya, yang ditembak mati pada tahun 2006, mengklaim ia telah diracuni dalam penerbangan ke Kaukasus Utara pada tahun 2004, dan racun itu membuatnya sakit dan pingsan.

Demikian pula, racun yang bekerja lambat - polonium-210 - membunuh Litvinenko dengan sangat menyiksa dan berminggu-minggu sebelum racun langka itu dapat diidentifikasi. Sebagai pemancar partikel alfa, radiasinya tidak terdeteksi oleh alat pemantau radiasi.

Baca juga: Tanggapi Kasus Navalny, OPCW Nyatakan Siap Melibatkan Diri

Kedua tersangka pembunuh Rusia - agen negara, menurut penyelidikan Inggris berikutnya - punya banyak waktu untuk terbang pulang tanpa ketahuan.

Navalny memiliki banyak musuh di Rusia, tidak hanya di antara para pendukung Presiden Vladimir Putin, yang partainya, Rusia Bersatu, ia juluki "partai penjahat dan pencuri". Putin adalah seorang agen rahasia di KGB Soviet sebelum menjadi presiden pada tahun 2000.

Galeotti mengatakan bahwa dalam kasus ini "negara Rusia tampaknya tak siap, yang menyiratkan itu bukan operasi yang direncanakan secara terpusat". "Ini menunjukkan bahwa tindakan itu dilakukan orang Rusia yang kuat, tetapi belum tentu oleh negara."

Gejala diracun

Navalny sekarang dalam keadaan induksi koma, ia dirawat karena "keracunan zat dari kelompok inhibitor kolinesterase".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com