Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Herd Immunity di Swedia Gagal? Begini Penjelasannya...

Kompas.com - 21/08/2020, 18:52 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

STOCKHOLM, KOMPAS.com - Swedia, negara berpenduduk sekitar 10 juta jiwa ini sangat longgar dalam menanggapi virus corona dan tidak menerapkan pembatasan sosial, seperti lockdown yang dilakukan di negara-negara tetangganya.

Tak ada jam malam dan penutupan aktivitas masyarakat, juga Swedia memilih untuk tetap membuka sekolah dan kegiatan bisnis.

Langkah ini mendapat banyak kecaman, terutama setelah terungkapnya surat-surat elektronik dari kepala epidemiologis negara itu, Dr Anders Tegnell.

Baca juga: Dampak Pembatasan Covid-19, Pasangan Ini Menikah di Tengah Hutan Perbatasan Swedia-Norwegia

Strategi yang diterapkan pemerintah Swedia atas rekomendasi pakar epidemiologi Anders Tegnell dituding mirip dengan herd immunity, namun dia membantah hal itu.ABC INDONESIA Strategi yang diterapkan pemerintah Swedia atas rekomendasi pakar epidemiologi Anders Tegnell dituding mirip dengan herd immunity, namun dia membantah hal itu.
Surat-surat yang diperoleh jurnalis Swedia menunjukkan kebijakan herd immunity, atau kekebalan massal, menjadi bahan pembicaraan untuk dipertimbangkan.

Dr Tegnell sejak Maret lalu telah menanyakan kemungkinan kematian yang lebih tinggi di kalangan warga lanjut usia dapat diterima demi mempercepat tercapainya kekebalan kawanan.

Persentase kematian terkait COVID-19 di Swedia, yaitu 5.700 jiwa, termasuk yang paling buruk di dunia.

Namun tetap lebih rendah dibandingkan beberapa negara Eropa yang menerapkan pembatasan ketat seperti Italia, Inggris dan Spanyol.

Pihak berwenang mengakui Swedia gagal dalam mempersiapkan diri di sektor panti jompo yang ribuan penghuninya menjadi korban.

Baca juga: Setelah 34 Tahun, Pembunuh PM Swedia Olof Palme Terkuak

Swedia tak pernah menutup sekolah selama masa pandemi. Aktivitas berlangsung normal termasuk acara penamatan di salah satu SMA.TT via REUTERS/JESSICA GOW via ABC INDONESIA Swedia tak pernah menutup sekolah selama masa pandemi. Aktivitas berlangsung normal termasuk acara penamatan di salah satu SMA.
Perdebatan soal kekebalan massal

Selama pandemi ini, Swedia dipandang sebagai paria atau kasta terendah di antara negara-negara Skandinavia.

Pendekatan yang mereka terapkan sangat berbeda dengan apa yang dilakukan Norwegia, Denmark dan Finlandia.

Irama kehidupan 10 juta warga Swedia tetap mengalami perubahan dan pendekatan yang dilakukan pemerintah tak boleh dilihat sebagai kelonggaran, menurut sejumlah pakar kesehatan.

Pemerintah Swedia sebenarnya memberlakukan pembatasan, misalnya pertemuan massal tetap dilarang, ada anjuran untuk tidak melakukan perjalanan yang tak penting.

Warga juga diminta bekerja dari rumah serta mengisolasi diri jika merasa tidak sehat.

"Kami tidak menerapkan pembatasan ketat, namun jelas hal ini cukup berhasil," ujar Profesor Joakim Dillner, epidemiolog dari Karolinska Institute.

Baca juga: Covid-19 di Swedia, Angka Kematian April Tertinggi dalam Sebulan Sejak 1993

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com