Para pengunjuk rasa menuduh pemerintah Thailand jadi dalang penculikan ini. Namun polisi dan pemerintah membantahnya.
Baca juga: Tiga Aktivis Ditangkap, Demo di Thailand Makin Panas
Punchada Sirivunnabood profesor politik di Universitas Mahidol mengatakan, kombinasi peristiwa itu memicu munculnya gelombang protes baru.
"Para pelajar merasa apa yang dilakukan pemerintah tidak benar-benar demokratis. Mereka menginginkan pemerintahan yang adil," kata wanita itu kepada BBC.
Kekecewaan yang menumpuk terhadap militer selama bertahun-tahun, membuat para demonstran kini menuntut amendemen konstitusi, pemilihan baru, pengunduran diri perdana menteri, dan diakhirinya tindakan kasar terhadap aktivis HAM.
Aksi unjuk rasa dilarang diadakan saat keadaan darurat virus corona di Thailand, dan melanggar aturan ini dapat dikenakan hukuman 2-3 tahun penjara.
Gerakan ini sebagian besar diklaim tanpa pemimpin, tetapi didorong oleh kelompok yang dikenal sebagai Free Youth atau Pemuda Merdeka.
Baca juga: Di Tengah Demo Besar, Kerajaan Thailand Berpesta Rayakan Ulang Tahun Ibu Ratu
Dr Aim Sinpeng dari University of Sydney menerangkan, grup ini "terdiri dari sejumlah asosiasi mahasiswa dan grup afiliasi... (tidak ada) pemimpin secara nyata."
Ia melanjutkan, mereka belajar dari demo di Hong Kong tahun lalu, "di mana kelompok-kelompok ini mewakili individu-individu bebas yang berkumpul, dan bukan dipayungi oleh organisasi atau parpol tertentu."
Para pengunjuk rasa pro-demokrasi - dan anti-China - di Thailand, Hong Kong, dan Taiwan bahkan menjuluki diri mereka "Milk Tea Alliance" atau "Aliansi Teh Susu", minuman yang sangat favorit di ketiga wilayah itu.
Lalu para demosntran di Thailand menemukan cara protes yang kreatif, dan terkadang aneh.
Contohnya, mereka memakai Hamtaro karakter anime hamster Jepang yang diubah jadi simbol pemberontak.
Mereka juga menggunakan lagu teman Hamtaro dan mengubah liriknya untuk mengkritik pemerintah.
Sebuah baris di lirik lagi Hamtaro yang berbunyi "makanan paling enak adalah biji bunga matahari", diubah jadi "makanan paling enak adalah uang pembayar pajak".
Baca juga: Demo, Pelajar Thailand Hadapi Militer Pelahap Maut
Massa juga terlihat memberi salam 3 jari, gestur yang diambil dari film dan novel The Hunger Games yang merupakan simbol pembangkangan terhadap negara otoriter.
"Anak muda Thailand selalu menggunakan bentuk ketidakpuasan budaya pop yang lebih subversif," kata Dr Sinpeng.