RS Hotel Dieu merawat setidaknya 300 pasien pada Selasa dan melaporkan 13 korban kematian, jelas Direktur Medis Dr George Dabar.
Dia mengungkapkan masih menjadi mahasiswa kedokteran ketika Lebanon dilanda perang saudara pada 1975 sampai 1990 silam.
"Meski begitu, saya masih tak percaya menyaksikan kejadian seperti itu kemarin (Selasa)," terang Dr Dabar dengan suaranya tercekat.
Dengan emosional, dia mengatakan hal paling menyakitkan adalah ketika memberi tahu keluarga bahwa kerabat mereka jadi korban tewas.
"Sangat sulit dan menyakitkan ketika berusaha memberi tahu seorang ayah yang tengah membawa putrinya, bahwa dia sudah tewas," ratapnya.
Baca juga: Ledakan di Lebanon, Kenapa Amonium Nitrat 6 Tahun Disimpan di Beirut?
Menurut keterangan kementerian pertahanan, dua rumah sakit mengaku sudah tidak berfungsi, dengan dua lainnya tidak bisa digunakan.
Dabar menjelaskan, tim medis sebenarnya sudah begitu lelah bertugas mengingat virus corona dan krisis ekonomi yang melanda negara Teluk tersebut.
"Namun ketika menghadapi insiden yang terjadi kemarin, mereka kembali bertsatu dengan solidaritas yang luar biasa," jelas Dabar.
Mulai dari bagian dapur hingga petugas perawatan, mereka bahu membahu untuk memastikan layanan di Rumah Sakit Hotel Dieu tetap berfungsi.
Baca juga: Lewat Twitter, Jokowi Sampaikan Duka Cita untuk Korban Ledakan Lebanon
Rumah Sakit St George, salah satu yang tertua di Beirut, mengalami kerusakan parah di mana langit-langit runtuh, dengan kabel listrik tergantung di atas tempat tidur.
"Kami sudah tidak bisa berfungsi," jelas kepala staf rumah sakit, Eid Azar, menegaskan kondisi final yang mereka alami.
Para stafnya berusaha hingga fajar menyingsing untuk melakukan evakuasi terhadap para pasien maupun peralatan yang masih bisa digunakan.
"Di tengah kondisi dan situasi ekonomi yang tengah berlangsung sekarang, saya tak tahu berapa lama fasilitas ini akan diperbaiki," kata dia.
Azar menerangkan, di antara pasien yang dievakuasi, terdapat pasien dalam skala prioritas tinggi karena mereka terinfeksi Covid-19.
Azar kemudian mengatakan gentingnya situasi mengingatkannya akan Badai Katrina yang menghantam Amerika Serikat (AS) pada 2005 silam.