Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituding Sekte Sesat Penyebar Virus Corona di Korsel, Begini Klarifikasi Shincheonji

Kompas.com - 30/07/2020, 16:49 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

SEOUL, KOMPAS.com - Gereja Shincheonji memberikan klarifikasi, terkait pemberitaan media-media internasional yang menudingnya sebagai sekte sesat penyebar virus corona.

Sebelumnya, Gereja Shincheonji disebut "berkontribusi" dalam penyebaran Covid-19 di Korea Selatan karena berbagai alasan.

Di antaranya adalah keengganan bekerja sama dengan pemerintah, lalu praktik ibadahnya yang duduk berdekatan.

Baca juga: 17 Orang Meninggal di Korea Selatan karena Virus Corona, Pemimpin Gereja Shincheonji Disorot

Dilansir dari CNN Minggu (1/3/2020) Kim Shin-chang direktur Shincheonji mengatakan, Shincheonji bukan dalang di balik penyebaran virus corona di Korsel, dan sebaliknya pemerintah Korsel yang mengkambinghitamkan mereka.

Lalu terkait penyebutan sekte sesat, Shincheonji membantahnya dengan membeberkan bukti telah mewisudakan 103.764 lulusan sekolah Alkitab Shincheonji pada November 2019.

Baca juga: Pemimpin Sekte Sesat di Korea Selatan Dijerat Pasal Pembunuhan Terkait Penyebaran Virus Corona

Shincheonji juga menyinggung tentang pemberitaan media-media internasional yang menyebut jemaat Gereja Shincheonji adalah sekte sesat.

Mereka menuturkan, tudingan itu berasal dari Dewan Kristen Korea bernama CCK yang berniat menjatuhkan Shincheonji karena alasan politik.

"CCK punya pengaruh yang sangat kuat di Korsel. Mereka menggoreng isu di media Yonhap, media besar di Korsel, dan kantor-kantor berita internasional seperti Reuters hanya meng-copas-nya tanpa klarifikasi."

Akibatnya, media-media lain yang menyadur Reuters (dan AFP maupun kantor berita internasional berlangganan lainnya), turut memberitakan hal serupa.

Baca juga: Anggotanya Tularkan Virus Corona, Pemimpin Sekte Sesat di Korsel Ini Berlutut Minta Maaf

Cara duduk yang berdekatan saat beribadah juga disebutnya bukan serta merta salah Shincheonji.

Dekatnya jarak antar-jemaat ini sebelumnya dianggap memperbesar peluang tersebarnya virus corona.

"Pemerintah Korea mempersulit izin bangunan Gereja Shincheonji, Shincheonji tidak diperbolehkan membeli atau menyewa gedung yang besar, sehingga dengan anggota yang banyak tetapi ruangan sempit mereka terpaksa duduk di lantai tanpa kursi saat beribadah."

Pelecehan dan diskriminasi

Selain memberikan klarifikasi, Shincheonji juga mengungkap anggota gereja tersebut mendapat pelecehan dan diskriminasi.

Dalam siaran persnya Shincheonji merujuk pada laporan Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika Serikat, di mana laporan ke PBB mengatakan anggota Shincheonji menderita pelecehan dari pemerintah dan masyarakat Korea Selatan.

Baca juga: Sekte Sesat yang Pemimpinnya Mengaku Pakai Jubah Yesus Dianggap Asal Virus Corona di Korsel

"Meskipun beberapa langkah pemerintah tampaknya didorong oleh masalah kesehatan masyarakat yang sah, yang lain tampaknya membesar-besarkan peran gereja dalam wabah tersebut."

"Pemerintah Seoul menutup gereja-gereja Shincheonji di ibu kota, dan beberapa kelompok Protestan garis utama menuduh gereja (Shincheonji) sengaja menyebarkan penyakit itu."

Diskriminasi lain yang didapat jemaat Shincheonji adalah disebarnya data-data pribadi mereka di internet.

Shincheonji memiliki 250.000 anggota di "Negeri Ginseng" dan 50.000 anggota di luar negeri.

Lee Man-hee, pendiri Gereja Shincheonji Yesus, berlutut sebagai tanda permintaan maaf dalam konferensi pers yang digelar di Gapyeong, Korea Selatan, pada 2 Maret 2020. Dia melakukannya setelah jemaat gerejanya dianggap bertanggung jawab atas maraknya virus corona di Korea Selatan.YONHAP via REUTERS Lee Man-hee, pendiri Gereja Shincheonji Yesus, berlutut sebagai tanda permintaan maaf dalam konferensi pers yang digelar di Gapyeong, Korea Selatan, pada 2 Maret 2020. Dia melakukannya setelah jemaat gerejanya dianggap bertanggung jawab atas maraknya virus corona di Korea Selatan.
Semua dimintai data pribadi oleh otoritas setempat saat awal wabah virus corona di Korsel, tetapi data-data pribadi itu disebar di internet.

Padahal, jemaat gereja lainnya hanya yang positif corona saja yang dimintai datanya, itu pun tidak disebar di internet.

Baca juga: Saya Pikir Akan Dihukum Mati Jika Orang-orang Tahu Saya Anggota Shincheonji

Sementara itu Ketua Gereja Yesus Shincheonji dan HWPL, Lee Man-hee, dalam siaran pers mengatakan ada motif politik dalam penindasan ini.

"Menggunakan kami (Shincheonji), para korban Covid-19, sebagai kambing hitam mereka untuk menyembunyikan kesalahan mereka sendiri."

Dia menambahkan, "Menganiaya organisasi perdamaian, organisasi keagamaan, dan melanggar hak asasi manusia harus dihentikan di Korea."

Baca juga: 200 Ribu Jamaah Gereja Shincheonji di Korsel akan Dites Terkait Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com