Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya Pikir Akan Dihukum Mati Jika Orang-orang Tahu Saya Anggota Shincheonji"

Kompas.com - 28/02/2020, 14:15 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anggota sekte Shincheonji Church of Jesus di Korea Selatan merasa takut dipersalahkan atas merebaknya wabah virus corona di negaranya.

Seperti diketahui, sebagian besar kasus infeksi Covid-19 di Korea Selatan berhubungan dengan jemaah gereja dengan total lebih dari 230.000 anggota di seluruh Korea Selatan itu.

Setidaknya, sekitar 80 persen dari 1.700-an kasus virus corona di Korea Selatan berhubungan dengan sekte ini.

Dampaknya, ketakutan dan kebencian terhadap gereja ini semakin meningkat. Para jemaah bahkan merasa diperlakukan seperti seorang kriminal.

Salah seorang jemaah bernama Ji-yeon Park (26) mengatakan hal itu. Ia bergabung dengan gereja dua tahun lalu, ketika dia pertama kali datang ke Seoul dari Geochang, provinsi Kyungsang Selatan, satu jam perjalanan dari Daegu, pusat penyebaran wabah Korea Selatan.

"Kami diperlakukan seperti kriminal. Kami memiliki citra yang buruk sebelum ini dan sekarang saya pikir sekarang saya akan dihukum mati jika orang-orang tahu saya anggota Shincheonji," ujarnya seperti dikutip dari South China Morning Post, Jumat (28/2/2020). 

Baca juga: 60 Kasus Baru, Berikut Perkembangan Terkini Virus Corona di Korea Selatan

Takut ke gereja

Akibat adanya virus ini, ia mengaku takut untuk mendatangi gereja, dan takut kalau saja ia juga terinfeksi virus yang sama.

Ia telah dihubungi oleh kantor kesehatan tempatnya tinggal dan diminta untuk tetap mengisolasi diri di dalam rumahnya meskipun tidak memiliki gejala sama sekali.

Padahal, ia mengaku tidak datang ke Daegu awal bulan ini yang disebut sebagai waktu terjadinya infeksi pada seorang anggota gereja berusia 61 tahun.

Menurut Ji-yeon, menyalahkan gereja dan anggotanya merupakan sesuatu yang tidak adil. Menurutnya gereja menciptakan virus.

"Ini hanya alasan untuk menyalahkan. Sepanjang sejarah, kelompok minoritas memang selalu disalahkan atas hal-hal buruk yang terjadi di masyarakat. Hal yang sama terjadi pada kita," kata Ji-yeon.

Ji-Yeon yang berprofesi sebagai seniman itu menceritakan kebaikan yang diberikan para penganut Shincheonji selama ini. Sehingga ia keberatan jika rekan-rekan seimannya disebut sebagai kelompok yang mengerikan juga kejam tanpa ada alasan yang jelas.

Baca juga: Melihat Kota-kota di China, Korea dan Italia yang Dikarantina karena Virus Corona

Pandangan masyarakat

Seorang pemilik apotek di seberang pusat studi Shincheonji di Yangjedong, Seoul, mengaku percuma menjual banyak masker di apoteknya.

"Apa gunanya saya menjual semua masker ini di sini jika mereka (anggota Shincheonji) menyebarkan virus tepat di seberang jalan?" kata dia.

Seorang pelayan restoran di dekat gereja Shincheonji, Mi-soon Jeong, juga mengaku tidak memaafkan para jemaah ini.

"Saya tidak memaafkan mereka, tetapi saya tidak menyalahkan mereka karena bergabung dengan sekte itu. Tidak ada pekerjaan yang berjalan lancar saat ini, orang-orang tersiksa dan merasa kesepian. Ini sulit," ujarnya.

Wakil Menteri Kesehatan Korea Selatan, Kim Gang-lip menyebut pihaknya telah mendaftar 212.000 anggota sekte ini dan berharap dapat mengumpulkan sampel biologis dari 1.300 anggota yang berasal dari cabang Daegu yang menunjukkan gejala.

Sebuah rekaman menunjukkan bahwa Sekte Shincheonji di Korea Selatan memiliki cabang di kota munculnya virus corona pertama kali, yaitu Wuhan, China.

Setelah rekaman ini diumumkan, pihak gereja pun mengakui memiliki 300 anggota di ibu kota Provinsi Hubei, China itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com