ANKARA, KOMPAS.com - Pemeirntah Turki melontarkan balasan setelah Yunani menyindir soal Hagia Sophia yang statusnya dikembalikan sebagai masjid.
Pada Jumat (24/7/2020), Shalat Jumat kembali digelar untuk pertama kalinya di bangunan yang masuk Warisan Budaya UNESCO sejak 86 tahun.
Pelaksanaan shalat itu terjadi setelah pada awal Juli, pengadilan tinggi Turki membatalkan dekrit 1934 tentang status Hagia Sophia sebagai museum.
Baca juga: Hagia Sophia Menjadi Masjid, Begini Sindiran Yunani ke Turki
Keputusan itu jelas menuai kemarahan dari sekutu Ankara di NATO, Yunani, yang memang sejak awal relasi dua negara tidak begitu baik.
Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis kemudian menyindir bahwa perubahan status menjadi masjid bukanlah unjuk kekuatan, tapi "bukti kelemahan".
Dalam keterangan resminya, PM Mitsotakis mengklaim pengembalian status itu "tidak akan bisa menghalangi pancaran sebuah monumen yang jadi warisan global".
"Terutama bagi kami Kristen Ortodoks. Hagia Sophia saat ini ada di hati kami melebihi apa pun. Ada dalam detak jantung kami," kata dia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Hami Aksoy, menyatakan sindiran Mitsotakis itu "sekali lagi menunjukkan sikap bermusuhan kepada Turki dan Islam".
Aksoy mengecam tindakan pembakaran bendera mereka oleh pengunjuk rasa di Thessaloniki, dan menuding Athena sengaja memprovokasi publik.
Baca juga: Tak Terima Hagia Sophia Dijadikan Masjid, Ekstremis Sayap Kanan Yunani Bakar Bendera Turki
Änak-anak manja Eropa, yang tidak dapat menerima adanya kegiatan shalat di Hagia Sophia, sekali lagi menunjukkan delusinya," sindir Aksoy.
Dilansir AFP Sabtu (25/7/2020), selain masalah Hagia Sophia, Yunani dan Turki juga bersitegang terkait eksplorasi energi di Mediterania.
Selain itu, mereka juga mengalami perselisihan setelah Ankara memutuskan membuka perbatasan bagi migran yang ingin ke Eropa.
Bangunan yang sudah berusia sekitar 1.500 tahun itu awalnya merupakan katedral bagi Kekaisaran Bizantium, dan menjadi gereja ortodoks.
Fungsinya kemudian berubah menjadi masjid setelah Sultan Ottoman, Mehmed II, menaklukkan Istanbul (dulu Konstantinopel) pada 1453.
Baru pada 1934, bapak Turki modern, Mustafa Kemal Ataturk, mengubahnya menjadi museum, dengan jutaan turis mengunjunginya setiap tahun.
Baca juga: Cerita Mahasiswa Indonesia Hadiri Shalat Jumat Pertama di Hagia Sophia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.