Kredibilitas semacam itu akan berkaitan dengan seberapa banyak akses tim WHO terhadap data dan laboratorium, khususnya di laboratorium di Wuhan, yang paling terdampak sebagaimana yang dibagikan oleh pemerintah AS.
Namun, menurut Davies, "Apabila wabah itu terjadi di AS mau pun Inggris, sampai tingkat mana negara-negara itu akan mengizinkan misi internasional untuk datang dan menyelidiki laboratorium mereka?"
Baca juga: Direktur FBI: China adalah Ancaman Terbesar AS
Terlepas dari semua perpolitikan itu, menurut para ilmuwan, terbentuknya tim penyelidikan akan memberi kesempatan untuk lebih memahami ruang kerja yang telah dilakukan di China.
Beberapa informasi yang ada seperti jenis hewan apa yang dijadikan sampel di pasar basah yang berkaitan dengan klaster pertama kasus wabah, masih belum dirilis atau dipublikasikan.
Menurut Dirk Pfeiffer, seorang profesor epidemiologi hewan di Hong Kong's City University, pertemuan fisik antara penyelidik dengan pejabat China untuk menelusuri asal muasal wabah dan memahami penelitian akan menjadi misi terpenting.
Menurut Pfeiffer juga, China secara teknis punya kemampuan untuk melakukan penyelidikan semacam itu.
"Dunia mengharapkan terlalu banyak dari tim (penyelidikan), ini seperti (mengharapkan) seseorang yang pergi ke bulan untuk mencari tahu apakah kita bisa tinggal di sana," kata Dirk Pfeiffer.
"Ini tentang membangun kepercayaan dan memfasilitasi komunikasi dan mungkin (mendapatkan akses) ke beberapa data yang belum pernah kita lihat sebelumnya," pungkas Pfeiffer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.