KUMAMOTO, KOMPAS.com - Hujan deras yang memicu banjir besar dan tanah longsor di Jepang, diperkirakan telah menewaskan 14 orang pada Sabtu (4/7/2020).
Bencana alam ini juga membuat pihak berwenang mengeluarkan imbauan evakuasi bagi 200.000 penduduk lebih.
Para korban ditemukan dalam konduisi "henti jantung" di rumah penampungan lansia itu, setelah sungai di dekatnya meluap.
Baca juga: Jepang Luncurkan N700S, Shinkansen Baru yang Tahan Gempa
Keterangan itu disampaikan oleh Gubernur Ikuo Kabashima dari barat wilayah Kumamoto.
Dilansir dari AFP Sabtu (4/7/2020), pihak berwenang di Jepang sering menggunakan istilah "henti jantung" sebelum menyatakan kematian secara resmi.
"Operasi penyelamatan telah diluncurkan," kata Kabashima seraya menambahkan tiga orang lainnya di panti jompo itu menderita hipotermia.
Sekitar 60-70 orang berada di panti jompo tersebut saat ketinggian air mencapai lantai dua pada Sabtu pagi, demikian yang diungkap NHK.
Baca juga: Jepang Batal Pasang Sistem Anti-Rudal Aegis Ashore, Ini 2 Sebabnya
Pihak berwenang lokal secara terpisah menerangkan, korban-korban lainnya juga ditemukan terkena serangan jantung akibat tanah longsor di Kumamoto.
Sebelumnya mereka mengatakan, 2 orang dikhawatirkan tewas.
Sementara itu NHK memberitakan di wilayah lain Kumamoto, 1 orang terluka parah dan 9 lainnya hilang, sedangkan sekitar 100 orang terjebak karena jalan yang terputus oleh banjir dan tanah longsor.
Baca juga: Kondisi Kim Jong Un, Jepang Deteksi Pergerakan Aneh di Korea Utara
Meski begitu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tetap mendesak warga setempat untuk "ekstra waspada".
Abe juga memerintahkan 10.000 tentara bersiaga untuk pengerahan mendadak, guna bergabung dengan tim SAR.
PM berusia 65 tahun itu juga berjanji pemerintah pusat akan "melakukan yang terbaik untuk mengambil tindakan darurat, dengan memprioritaskan nyawa orang."
Tayangan televisi menunjukkan kendaraan-kendaraan mengapung di tempat parkir dekat sungai yang meluap, sementara beberapa jembatan hanyut.