Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Sebut Laporan Pertama Covid-19 Bukan dari Pemerintah China

Kompas.com - 04/07/2020, 12:39 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, laporan kasus infeksi virus pertama kali dilaporkan oleh cabang WHO di China, dan bukan dari Pemerintah China itu sendiri.

Kasus infeksi virus corona pertama kali dikabarkan terjadi di Wuhan, Provinsi Hubei, China, pada akhir 2019.

Dilansir AFP, badan kesehatan PBB itu telah dituduh Amerika Serikat (AS) gagal dalam menginformasikan wabah virus corona dan dianggap terlalu percaya diri terhadap Beijing.

Baca juga: Korban Meninggal Covid-19 Lebih dari 500.000, WHO: Wabah Belum Berakhir

Pada 9 April lalu, WHO memublikasikan kronologi komunikasi beruntun, sebagian merupakan respons terhadap kritik awal tanggapan wabah yang kini telah merenggut lebih dari 520.000 jiwa di dunia.

Dalam kronologi komunikasi itu, WHO hanya mengatakan bahwa Komisi Kesehatan kota Wuhan di Provinsi Hubei pada 31 Desember hanya memiliki kasus pneumonia. 

Namun, badan kesehatan PBB itu tidak memberitahu siapa yang menginformasikan berita tersebut.

Baca juga: WHO: Hati-hati, Wabah Covid-19 Kembali Meningkat Cepat

Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi persnya 20 April lalu mengatakan, laporan pertama datang dari China tanpa memperjelas apakah laporan itu dikirim oleh Otoritas China ataukah dari sumber lain.

Namun, kronologi baru yang dipublikasikan pekan ini oleh lembaga yang bermarkas di Jenewa itu menawarkan lebih banyak versi detail terkait runtutan peristiwa-peristiwa tersebut.

Versi itu mengindikasikan bahwa cabang WHO di China pada 31 Desember lalu mencatat laporan "virus pneumonia" setelah menemukan pengumuman dari media di situs web Komisi Kesehatan Wuhan terkait isu tersebut.

Baca juga: Beijing Alami 27 Kasus Domestik Baru Covid-19, WHO Khawatir

Pada hari yang sama, layanan informasi wabah WHO mengambil laporan berita lain yang dikirim oleh jaringan pengawasan wabah internasional ProMed.

Jaringan tersebut berbasis di AS, yang melaporkan tentang kelompok kasus pneumonia serupa dari penyebab yang tidak diketahui di Wuhan.

Setelah itu, WHO menanyakan kepada Otoritas China terkait kasus ini dalam dua hari yang berbeda, yakni pada 1 dan 2 Januari silam. Otoritas China kemudian mengabarkan pada 3 Januari silam.

Baca juga: WHO: Virus Corona Tidak Bermutasi Menjadi Lebih Berbahaya

Direktur darurat WHO Michael Ryan mengatakan pada konferensi pers pada Jumat bahwa setiap negara mempunyai waktu 24-48 jam untuk secara resmi memverifikasi suatu peristiwa dan memberikan informasi tambahan tentang sifat atau penyebab peristiwa yang terjadi kepada WHO.

Ryan menambahkan bahwa Otoritas China segera menghubungi WHO setelah badan kesehatan internasional itu meminta China untuk memverifikasi laporan.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan bahwa negaranya sebagai kontributor finansial terbesar WHO memotong pendanaan terhadap badan kesehatan tersebut.

Hal itu dilakukan setelah Trump menuduh WHO terlalu "dekat" dengan China dan gagal dalam menangani wabah virus corona.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com