Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahathir Tegaskan Anwar Ibrahim Tak BIsa Jadi PM Malaysia, Ini Alasannya

Kompas.com - 02/07/2020, 17:37 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menegaskan, Anwar Ibrahim tidak bisa menjadi penerusnya sebagai orang nomor satu Negeri "Jiran".

Dalam wawancara yang dilakukan secara daring dengan CNBC’s Street Signs Asia, dia ditanya mengapa tak segera menyerahkan jabatan PM Malaysia kepada Anwar.

"Dia tidak populer di kalangan publik Malaysia," ujar Dr M, julukan Mahathir Mohamad, sebagaimana diwartakan Malay Mail Rabu (1/7/2020).

Baca juga: Mahathir Tak Bermaksud Beri Jalan bagi Anwar Ibrahim untuk Menggantikannya

Mahathir menerangkan, Anwar Ibrahim membutuhkan dirinya ketika aliansi Pakatan Harapan menumbangkan koalisi penguasa, Barisan Nasional, pada Mei 2018.

Mantan PM Malaysia dua kali itu menerangkan, dukungan dari etnis Melayu amatlah penting bagi partai politik untuk menang pemilu.

"Karena dia tidak populer, menjadi pemimpin partai multi-rasial, dia butuh pemimpin yang terkenal bagi Melayu untuk menang," jelasnya.

Karena itulah, mantan Ketua Partai Bersatu mengusulkan jalan tengah dengan menjadi perdana menteri interim selama enam bulan.

Strategi tersebut diberlakukan agar Pakatan Harapan bisa mengambil kekuasaan dari Perikatan Nasional, yang dipimpin PM Muhyiddin Yassin.

"Tawarannya adalah saya menjadi PM untuk ketiga kalinya. Tapi dia tidak setuju. Dia ingin menjadi kandidat PM," jelas Mahathir.

Baca juga: Putuskan Hubungan, Mahathir Tolak Bekerja Sama Lagi dengan Anwar Ibrahim

"Saya sudah menjanjikan akan mundur setelah enam bulan menjabat. Tapi Anwar tak sepakat. Itu membuat kami sulit bekerja sama," ungkapnya.

Dia berseloroh Anwar Ibrahim, yang adalah Presiden Parti Keadilan Rakyat (PKR), gagal dalam tiga edisi pemilu sebelum dia bergabung.

Baru setelah sang veteran bergabung, Pakatan menang pemilu 2018, dan mengalahkan Barisan Nasional yang berkuasa selama 60 tahun terakhir.

Pekan lalu kepada Asia Times, Dr M mengatakan keengganannya mendukung Anwar karena tak bisa mengumpulkan cukup dukungan untuk menggoyang pemerintahan Muhyiddin.

Kemudian pada Maret, mantan PM yang pernah berkuasa pada 1981-2003 tersebut menyatakan Anwar tak populer karena publik menganggapnya "liberal".

Saat itu, politisi yang mundur sebagai PM Malaysia pada Februari lalu menuturkan rakyat Negeri "Jiran" takut liberalisme bisa menggerus hak dan keistimewaan mereka.

Baca juga: Anwar Ibrahim: Mahathir Sudah 2 Kali Jadi PM Malaysia, Waktunya Move On

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com