Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelum Kematian George Floyd, Rasisme di Minneapolis Sudah Marak Terjadi

Kompas.com - 30/05/2020, 22:27 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

MINNEAPOLIS, KOMPAS.com - Kasus rasisme pada orang kulit hitam di kota Minneapolis, negara bagian Minnesota, Amerika Serikat (AS), sudah marak terjadi bahkan sebelum kasus pembunuhan George Floyd.

Selama bertahun-tahun kepolisian dan peradilan pidana di Minneapolis memiliki hubungan buruk dengan masyarakat Afrika-Amerika, kata para aktivis dilansir dari Associated Press (AP).

Kematian George Floyd kemudian membuat amarah para warga kulit hitam Minneapolis memuncak. Mereka melancarkan demonstrasi yang berujung kericuhan, hingga meluas ke hampir seluruh AS.

Baca juga: Rusuh Kematian George Floyd Meluas Hampir ke Seluruh AS

"Kemajuan dan perubahan bisa surut dan mengalir," kata Jeremiah Ellison, yang menduduki kursi Dewan Kota setelah berpartisipasi dalam protes sebelumnya, terhadap pembunuhan orang Afrika-Amerika di Minnesota oleh polisi.

Kerusuhan yang terjadi empat malam pekan ini - termasuk pembakaran kantor polisi - "membuktikan kepada saya bahwa kami telah mengalami kemunduran hingga di titik 2015," lanjut Ellison.

Ia merujuk pada tahun ketika terjadi demonstrasi atas kematian Jamar Clark, seorang pria kulit hitam yang terbunuh oleh polisi.

Minneapolis merupakan kota berpenduduk hampir 430.000 jiwa, terdiri dari 60 persen orang kulit putih, 19 persen kulit hitam, dan 9 persen Hispanik.

Kota ini memiliki sejarah panjang kesenjangan ekonomi dan pendidikan yang memarginalkan penduduk kulit hitam selama beberapa dekade, meski mulai menunjukkan perbaikan.

Baca juga: Kematian George Floyd Picu Kerusuhan Minneapolis, Kantor Polisi Dibakar, Toko-toko Dijarah

Dilansir dari AP, Minneapolis menunjuk kepala polisi kulit hitam pertamanya hampir tiga tahun lalu, setelah lambatnya kemajuan untuk menjadikan departemen itu lebih inklusif.

Kemudian awal tahun ini sebuah gugus tugas di seluruh negara bagian AS yang terdiri dari aktivis, orang-orang yang mewakili korban kekerasan polisi, dan para pemimpin penegak hukum, mengeluarkan rekomendasi untuk reformasi.

Kericuhan disertai pembakaran terjadi saat aksi demo menentang kematian George Floyd di dekat sebuah kantor polisi di Minneapolis, AS, Kamis malam (28/5/2020). Aksi protes itu buntut dari kasus pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam yang tewas usai lehernya ditahan dengan lutut oleh polisi selama beberapa menit. Floyd sebelumnya ditahan karena dugaan pemakaian uang palsu.AFP/KEREM YUCEL Kericuhan disertai pembakaran terjadi saat aksi demo menentang kematian George Floyd di dekat sebuah kantor polisi di Minneapolis, AS, Kamis malam (28/5/2020). Aksi protes itu buntut dari kasus pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam yang tewas usai lehernya ditahan dengan lutut oleh polisi selama beberapa menit. Floyd sebelumnya ditahan karena dugaan pemakaian uang palsu.
Gugus tugas itu dibentuk setelah terjadi beberapa penembakan fatal terhadap pria kulit hitam oleh polisi Minneapolis.

Selain Jamar Clark, salah satu korban lainnya adalah Philando Castile yang ditembak polisi Hispanik di pinggiran kota pada 2016.

Nekima Levy Armstrong, pengacara hak-hak sipil dan mantan Presiden Minneapolis NAACP mengakui adanya kemajuan itu, tapi dia mengatakan masih banyak kebiasaan lama yang sudah mengakar.

"Sistem itu tidak berubah," kata Armstrong dikutip dari AP. "Budaya dalam Departemen Kepolisian Minneapolis tidak berubah."

Baca juga: Kematiannya Picu Demonstrasi Besar, Siapakah George Floyd?

Departemen Kepolisian Minneapolis berisikan lebih dari 800 petugas yang masih didominasi kulit putih, ujar Armstrong.

Halaman:

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com