Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanselir Jerman Minta China "Transparan" soal Virus Corona

Kompas.com - 20/04/2020, 23:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

BERLIN, KOMPAS.com - Kanselir Jerman Angela Merkel meminta China agar transparan terkait penanganan mereka melawan wabah virus corona.

Sejak wabah virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu merebak sejak Desember 2019, Beijing mendapat sorotan atas cara mereka mengatasi krisis.

Kritis yang muncul menyatakan, China dianggap menurunkan cakupan dan dampak yang timbul karena merebaknya pandemi virus corona.

Baca juga: Trump Peringatkan China Akan Hadapi Konsekuensi atas Wabah Covid-19

Sementara di Amerika Serikat (AS), berembus teori konspirasi bahwa virus itu bocor dari laboratorium yang berlokasi di Wuhan.

Sang Kanselir Jerman mendesak Beijing untuk membuka informasi mengenai masa awal pandemi, terutama sumber dari SARS-Cov-2 tersebut.

"Saya percaya semakin transparan China terkait asal virus, semakin baik bagi dunia untuk belajar mengatasinya," kata dia dikutip AFP Senin (20/4/2020).

Peneliti Negeri "Panda" menyatakan, wabah itu menular ke manusia di pasar basah, lokasi yang juga menjual berbagai hewan liar.

Teori yang tak bisa dibuktikan kebenarannya bahwa virus itu berasal dari laboratorium berkeamanan tinggi di Wuhan diembuskan sejumlah pejabat AS.

Baca juga: Wuhan Revisi Data Covid-19, Korban Meninggal Naik 50 Persen Jadi 3.869

Termasuk Menteri Luar Negeri Mike Pompeo yang memaparkan, penyelidikan tengah mereka gelar untuk mencari tahu kenapa patogen itu bisa "keluar ke dunia".

Institut Virologi Wuhan, laboratorium yang dituding sebagai lokasi bocornya wabah, menyanggahnya dan menyebut teori itu "mustahil".

Pemerintah China dituding berusaha menurunkan tingkat bahaya dari wabah, dengan otoritas Wuhan mengakui terdapat kesalahan.

Pekan lalu, pemerintah ibu kota Negara Bagian Hubei tersebut melakukan perbaikan, yang berakibat pada kenaikan 50 persen korban meninggal.

Selain Angela Merkel, sejumlah pemimpin Barat menyoroti Negeri "Panda", salah satunya adalah Presiden Perancis Emmanuel Macron.

Baca juga: Trump Pertanyakan Apakah China Sengaja Ciptakan Krisis Covid-19

Kepada Financial Times, Macron berujar adalah "naif" bagi mereka jika meyakini China mengatasi pandemi tersebut dengan baik.

"Jelas ada sesuatu yang terjadi, dan tentunya yang tidak kami tahu," terang Presiden Perancis yang menjabat sejak 14 Mei 2017 itu.

Di Inggris, Menteri Luar Negeri Dominic Raab menyatakan Beijing bakal menghadapi "pertanyaan tajam" terkait penanganan Covid-19.

Di antaranya adalah pertanyaan seperti bagaimana virus itu bisa muncul di dunia, dan mengapa mereka tak langsung menghentikannya.

Sementara Australia menyerukan adanya investigasi independen terkait respons global, termasuk cara penanganan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Dalam keterangan kementerian luar negeri, mereka "bersikukuh" untuk melakukan peninjauan, seperti cara China mengatasi virus corona.

Baca juga: Trump: Kasus Virus Corona di China Jauh Lebih Tinggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com