Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekurangan APD, Tim Medis di Eropa Berlindung dari Virus Corona Pakai Kantong Sampah

Kompas.com - 22/03/2020, 12:17 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Bloomberg

BERGAMO, KOMPAS.com - Di satu rumah sakit di Spanyol, dokter dan perawat merekatkan kantong sampah di sekitar lengan saat bersiap merawat virus corona.

Mereka terpaksa menggunakan kantong plastik itu karena mengalami kekurangan Alat Pelindung Diri (APD). Salah satunya pakaian pelindung sekali pakai.

Tantangan lain adalah kacamata medis yang mereka pakai kualitasnya sangat buruk. Sehingga medis tidak bisa melihat dengan jelas.

Baca juga: Banyak Lansia dan Fasilitas Kurang Memadai, Faktor Angka Kematian Virus Corona di Italia Tinggi

Karena itu menurut perawat bernama Samantha Gonzalez, satu-satunya cara melihat denyut atau pembuluh pasien virus corona adalah dengan merabanya.

"Ini sudah perang. Bukan lagi hal normal," ujar perawat yang bertugas di Rumah Sakit Txagorritxu, Vitoria, seperti dikutip Bloomberg Sabtu (21/3/2020).

Kelangkaan APD terjadi di Barcelona, di mana dokter dan perawat memakai dua masker bedah guna meningkatkan perlindungan di tengah kelangkaan.

Bukan hanya kelangkaan alat perlindungan, mereka juga mulai mengalami kekurangan tim medis untuk merawat pasien virus bernama resmi SARS-Cov-2.

Di Barcelona, rumah sakit mulai mendata personel medis yang sudah pensiun berusia 65-69 tahun, dan mahasiswa kedokteran maupun keperawatan untuk bertugas.

Di kota Italia bernama Bergamo, salah satu lokasi yang paling parah terdampak virus, medis berjibaku menangani pasien dengan kolega mereka yang mulai sakit.

Baca juga: Hanya dalam Sebulan, Wajah Italia Berubah Drastis karena Wabah Corona

"Baru saja di departemen nefrologi, tiga dari 13 kolega kami jatuh sakit. Salah satunya bahkan serius," kata dokter bernama Giuseppe Remuzzi.

"Ini menakutkan. Situasi yang menyeramkan," lanjut mantan kepala departemen kedokteran di Rumah Sakit Papa Giovanni XXIII Bergamo.

Saat ini, Italia adalah negara dengan tingkat kematian tertinggi akibat Covid-19. Sementara kasus infeksi di Spanyol terus meningkat.

Bagaimana mereka berusaha untuk menangani krisis sudah menjadi pengalaman yang membuat khawatir bagi negara-negara Eropa lainnya.

Baca juga: Dokter Italia yang Peringatkan Sarung Tangan Langka Meninggal karena Virus Corona

Sebabnya, jajaran dokter dan perawat tergerus yang bertugas terus tergerus karena jatuh sakit, di tengah upaya mereka juga mencari ruang perawatan untuk pasien.

Remuzzi yang kini menjabat sebagai Direktur Institut Penelitian Mario Negri menerangkan, mereka sudah hampir mencapai batas.

"Kami sudah menggunakan semua ranjang di bagian penyakit umum perawatan intensif. Pasien yang datang karena mengalami stroke di kemudian hari juga terinfeksi," jelasnya.

Pelayo Pedrero, kepala pencegahan risiko pekerja di serikat dokter AMYTS Madrid berkata, mereka sejak awal tidak siap menghadapi Covid-19.

"Mereka tidak bersiap dengan membeli suplai medis. Tidak bersiap dengan rumah sakit untuk merawat pasien. Ini tak hanya di Madrid atau Spanyol. Tapi seluruh Eropa," keluhnya.

Baca juga: Pasien Positif Corona di Surabaya Tertinggi di Jawa Timur, Berikut Ini Langkah dari Risma...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Meski Diprotes di Kontes Lagu Eurovision, Kontestan Israel Maju ke Final

Global
Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Tasbih Antikuman Diproduksi untuk Musim Haji 2024, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Kata Netanyahu Usai Biden Ancam Setop Pasok Senjata ke Israel

Global
Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Hubungan Biden-Netanyahu Kembali Tegang, Bagaimana ke Depannya?

Global
Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Kampus-kampus di Spanyol Nyatakan Siap Putuskan Hubungan dengan Israel

Global
Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Seberapa Bermasalah Boeing, Produsen Pesawat Terbesar di Dunia?

Internasional
Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Terkait Status Negara, Palestina Kini Bergantung Majelis Umum PBB

Global
Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Hamas Sebut Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Kini Tergantung Israel

Global
Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Antisemitisme: Sejarah, Penyebab, dan Manifestasinya

Internasional
Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Terjadi Lagi, Perundingan Gencatan Senjata Gaza Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com