Kecepatan AS untuk bisa sampai ke bagian proses ini dibantu para ilmuwan di China yang mampu mengungkap urutan genom virus yang disebut SARS-CoV-2 yang mereka bagikan pada awal Januari lalu.
Langkah itu kemudian membuat peneliti AS menumbuhkan virus dan mempelajari bagaimana virus itu mampu berdampak pada tubuh.
Menurut Guardian, kajian tentang virus itu dibantu oleh pengetahuan tentang flu yang umumnya dianggap sebagai risiko pandemi terbesar.
Para ilmuwan telah bekerja pada prototipe patogen mengikuti epidemi SARS dan MERS pada tahun-tahun sebelumnya.
Baca juga: 3 Kunci Korea Selatan Berhasil Tangani Virus Corona Lebih Baik dari Negara Lain
Richard Hatchett, CEO sebuah perusahaan Norwegia yang memimpin upaya untuk membiayai dan mengoordinasikan pengembangan vaksin Covid-19, menjelaskan bahwa kecepatannya dalam memproduksi kandidat prototipe patogen masa depan bergantung pada investasi dalam memahami bagaimana mengembangkan vaksin untuk virus corona lain.
Moderna vaksin misalnya, juga dibuat berdasarkan penelitian sebelumnya tentang virus MERS. Selain itu, uji coba klinis memang membutuhkan waktu lebih sampai setahun untuk memastikan aman dan bekerja.
Pasien yang telah diuji coba dengan vaksin Moderna selama percobaan akan terus dipantau selama setahun.
Dilansir dari Guardian, pakar kesehatan global, Jonathan Quick mengatakan, "Mendapatkan vaksin yang terbukti aman dan efektif pada manusia membutuhkan satu per tiga cara terbaik untuk apa yang dibutuhkan pada program imunisasi global."
"Biologi virus dan teknologi vaksin bisa menjadi faktor pembatas, tetapi politik dan ekonomi jauh lebih mungkin menjadi penghambat imunisasi,” tambah Quick.
Baca juga: Sebanyak 4.590 Korban Infeksi Virus Corona di Iran Dinyatakan Sembuh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.