ROMA, KOMPAS.com - Italia menerapkan karantina untuk menekan penyebaran virus corona. Sistem karantina Italia mirip dengan di Wuhan, tapi ada beberapa perbedaan.
Di Italia, Perdana Menteri Giuseppe Conte mengumumkan karantina diberlakukan mulai Selasa (10/3/2020) sampai 3 April 2020.
Adanya karantina ini membuat pernikahan dan pemakaman ditangguhkan selama lebih dari tiga minggu.
Khusus untuk lembaga-lembaga keagamaan tetap buka, tapi masyarakat diminta menjaga jarak satu sama lain saat beribadah.
Bar dan restoran hanya diperbolehkan buka dari jam 6 pagi sampai 6 sore. Jarak antar pelanggan juga diatur, paling dekat 1 meter.
Tempat-tempat umum seperti sekolah, universitas ditutup, resor ski, bioskop, museum, klub malam, dan tempat-tempat serupa juga ditutup.
Baca juga: Italia Dikarantina karena Corona, Turis Indonesia Diimbau Tidak Datang ke Italia
Kemudian sjang-ajang olahraga akbar dari semua tingkatan dan cabor juga dihentikan, termasuk liga sepak bola Serie A.
Kecuali kompetisi olahraga yang diselenggarakan badan-badan internasional, masih diizinkan digelar tapi tanpa penonton.
Pembatasan perjalanan juga diberlakukan, sesuai dekrit yang dikeluarkan Perdana Menteri Giuseppe Conte.
Perjalanan dibatasi hanya untuk pekerjaan, keperluan mendesak, atau untuk alasan kesehatan. Perjalanan yang ditujukan untuk kembali ke tempat tinggal juga diizinkan.
Untuk transportasi umumnya, kereta api dan pesawat masih beroperasi masuk dan keluar dari Milan pada Senin (9/3/2020), tapi bagi yang bepergian tanpa alasan jelas dikenakan denda 200 euro (sekitar Rp 3,25 juta).
Baca juga: Dampak Lockdown Italia karena Virus Corona: Serie A Dihentikan, Upacara Pemakaman Ditiadakan
Siapa pun yang melakukan perjalanan sekarang diminta mengisi formulir standar berisi alasan perjalanan.
Formulir itu untuk diserahkan ke pihak berwenang di stasiun kereta api dan bandara, serta jalan-jalan utama antarkota.
"Karantina" juga diterapkan di penjara, dengan pembatasan kunjungan kerabat sampai 22 Maret. Kebijakan yang kemudian berujung kerusuhan dan korban jiwa.
Baca juga: Wajah Italia dalam Karantina: Pernikahan dan Pemakaman Ditunda, Kerusuhan Merebak di Penjara
Kota Wuhan di provinsi Hubei, China, juga pernah menerapkan karantina untuk menekan penyebaran virus corona.
Kota dengan populasi 11 juta penduduk itu diisolasi mulai 23 Januari 2020.
Aturan-aturan standarnya sama dengan di Italia. Di antaranya warga diimbau tetap di rumah, dan tempat-tempat umum ditutup.
Perjalanan dalam dan luar kota dibatasi, tapi aturannya sedikit berbeda dengan Italia.
Pengecualian dalam pembatasan perjalanan diberlakukan untuk warga yang butuh perawatan khusus atau kondisi medis lainnya.
Baca juga: Aturan Karantina di Wuhan Mulai Longgar
Ini berbeda dengan Italia yang kereta api dan pesawat masih dioperasikan, tapi dengan syarat penumpang harus mengisi formulir khusus berisi alasan perjalanan.
Di Wuhan operasional transportasi dari luar dan dalam kota dihentikan sepenuhnya dan pergerakan orang dibatasi.
Untuk transportasi pribadi, di Wuhan diterapkan aturan mobil dilarang keluar jika memuat lebih dari dua orang, termasuk sopir dalam sekali keberangkatan.
Saat mereka sampai di tempat tujuan, diwajibkan lapor ke petugas lokal dan memeriksakan kesehatan selama 14 hari.
Kemudian untuk warga negara asing, mereka juga dilarang meninggalkan provinsi Hubei, kecuali dijemput dengan pesawat sewaan oleh negara asalnya.
Negara-negara yang melakukan itu contohnya Amerika Serikat (AS), Jerman, Inggris, dan Hong Kong.
Baca juga: 19 Kasus Positif Virus Corona di Indonesia, Ini Arti Imported Case
Selain perbedaan aturan, respon masyarakat di Wuhan dan Italia juga berbeda dalam mematuhi kebijakan karantina.
Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), sangat rendah kesadaran di publik Italia untuk menjaga diri dari ancaman virus corona.
"Sangat rendah kesadaran publik di Italia, bahkan di Italia Utara. Orang tidak menganggapnya serius, benar-benar tidak ada yang memakai masker dan tidak ada pembersih tangan di tempat umum," kata Pietro Borsano.
Pietro merupakan pebisnis dan akademisi yang berbasis di Thailand dan memiliki relasi di Turin, Italia.
"Orang-orang Italia lebih peduli tentang kebebasan pribadi mereka, dan kurang disiplin dibandingkan orang-orang China," lanjutnya.
Baca juga: Hiraukan Saran China dan WHO, Menlu AS Sebut Nama Virus Corona Jadi Virus Wuhan
SCMP juga melaporkan risiko tinggi yang akan dihadapi Italia jika wabah virus corona mencapai area selatan yang lebih miskin dibandingkan utara.
Presiden Sisilia, Nello Musumeci, memperingatkan bahwa fasilitas kesehatan di sana tidak akan mampu mengatasi seperti yang ada di utara.
Lombardy yang merupakan pusat penyebaran wabah SARS-CoV-2 di Italia adalah daerah kaya dengan Milan sebagai ibu kotanya.
Kota yang terkenal sebagai pusat mode dan gila sepak bola itu adalah salah satu penggerak roda perekonomian di Negeri "Spaghetti".
Baca juga: Italia Lockdown akibat Corona, Ini Langkah Kemenlu RI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.