MILAN, KOMPAS.com - Shireen Gorgin Botura (30) dan Matt Botura (29) mahasiswa asal AS yang tinggal di Italia selama dua tahun. Kini mereka bekerja sebagai guru bahasa Inggris di Italia.
Melalui New York Post, mereka berusaha membagi cerita tentang rutinitas harian di Milan.
Sebuah kota sibuk di Italia yang sepi sejak virus corona meruak.
Semua aspek kehidupan di Milan, Italia terasa berubah sejak virus corona merebak dalam dua pekan.
Pada Jumat (06/03/2020), di luar katedral utama Milan, the Duomo, tampak burung merpati mendominasi ruang publik daripada manusia.
Pemandangan pasangan sedang bercengkrama, riuhnya daerah Chinatown juga tidak lagi terlihat.
Ketika Shireen dan Matt memesan dua cangkir espresso di kafe langganan mereka, pekerja toko meminta keduanya untuk duduk di kursi dan meja pemesan, bukan di deretan bar dekat para karyawan.
Shireen dan Matt memastikan sekitar 50 persen toko dan restoran telah ditutup per Jumat silam.
Baca juga: Antisipasi Virus Corona: Seperempat Populasi Warga Italia Dikarantina
Secara umum, reaksi yang timbul sangat dramatis. Tapi bagi beberapa warga Italia, wabah virus corona merupakan suatu kenyataan yang ingin mereka tolak.
Shireen dan Matt adalah pasangan asal Ohio dan pindah ke Italia dua tahun lalu karena mereka suka dengan kebiasaan kumpul bersama, yang dilakukan keluarga, dan makan bersama dengan teman-teman.
Namun pada akhirnya, kebiasaan itu menjadi sesuatu yang dikhawatirkan sejak munculnya virus corona. Pasalnya, warga Milan adalah orang-orang yang sangat sosial.
Mereka lebih baik memilih mati daripada melewatkan secangkir espreso di pagi hari dan sesudah pulang kerja.
Murid dari Matt mengatakan bahwa dirinya akan 'mengontrak' virus corona untuk membangun benteng pertahanan sebagai persiapan menghadapi gelombang wabah lain.
Itu adalah ungkapan betapa warga Milan sangat berani dan membanggakan keberanian mereka.
Shireen dan Matt bahkan masih melihat orang lansia di Milan yang memiliki resiko kematian tinggi jika terinfeksi virus masih melanjutkan kegiatan harian mereka seperti biasa.
Pada Kamis (05/03/2020), Shireen mengalami kejadian kurang enak di pagi hari. Seorang pria tiba-tiba berjalan ke arahnya dan batuk kencang di wajah perempuan itu. Pria itu lantas membalikkan tubuh dan berjalan ke arah lain.
Murid Matt yang lain bahkan memberitahu kepada Matt bahwa pada kamis malam itu, banyak bar tampak ramai.
Sebuah hashtag #milanononsiferma yang artinya "Milan tidak akan berhenti" menjadi viral dalam tujuh hari belakangan.
"KAMI BUKA! Ketakutan adalah setan terburuk. Kami ingin pastikan seluruh wisatawan bahwa kami masih buka dan super aktif. Dengan adanya tindakan pencegahan, perjalanan dan penemuan menjadi pengalaman-pengalaman terindah yang pernah manusia alami! Kami juga dengan lantang meneriakkan #milanononsiferma," ungkap sebuah bar bernama the Libeccio Bed and Breakfast dalam unggahan twitternya.
Baca juga: Kultur Fencan Alias Makan Sendiri-sendiri Dinilai Solutif Hentikan Penularan Virus Corona di China
Hal itu adalah perubahan dari kondisi panik yang terjadi pada 21 Februari silam. Di mana sebanyak 16 kasus infeksi ditemukan pertama kali di wilayah Lombardy.
Orang-orang kala itu bergegas menuju toko grosir dan menyetok bahan makanan serta memandang skeptis pada siapa saja yang berani batuk atau pun bersin di transportasi publik.
Ketika seorang pria batuk di dalam trem, kumpulan orang berlari menjauh. Shireen dan Matt bahkan ikut berlari.
Sementara itu, toko lokal dekat tempat tinggal Matt dan Shireen sudah kehabisan pasta sejak 23 Februari.
Saat itu jumlah kasus infeksi sudah naik empat kali lipat. Matt dan Shireen mengaku stres, tidak menerima informasi dan ketakutan.
Tempat kerja Shireen tutup selama dua pekan dan juga pada pekan depan nanti. Hal itu membuat perekonomian Matt dan Shireen cukup terganggu.
Sementara tempat Matt mengajar di Universitas Milan diberlakukan pembatalan pengajaran. Ada kabar juga bahwa universitas itu akan mulai ditutup pada 3 April mendatang.
Matt dan Shireen kini berusaha untuk tetap berada di dalam rumah mereka selama dua pekan. Penyebaran virus corona di Italia merupakan pengalaman terburuk dalam hidup pasangan itu.
Mereka juga punya teman di Xian, China yang juga terjebak di rumahnya di China selama empat pekan. Orang-orang China cenderung terkontrol dan tidak mau melanggar peraturan pemerintah mereka.
Jika pemerintah China mewajibkan karantina, warganya tidak akan berani meninggalkan rumah mereka.
Baca juga: Kakek 101 Tahun Ini Berhasil Kalahkan Virus Corona
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.