Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menyaksikan Fasnacht, Karnaval Terbesar di Swiss yang "Melumpuhkan" Kota...

BERN, KOMPAS.com - Fasnacht adalah karnaval terbesar di Swiss. Acara itu seringkali menarik animo masyarakat dunia untuk datang ke negara tersebut, tidak terkecuali pada tahun ini.

Luna Lucesco adalah salah satunya. Ia sengaja terbang dari Lofoten, sebuah pulau di Norwegia, dengan tujuan tunggal.

"Yes, untuk merasakan Fasnacht," katanya kepada Kompas.com, Senin (12/2/2024).

Maka, Luna pun bertekad akan terus mendatangi karnaval selama sepekan.

Tak ketinggalan, ia ikut mengenakan kostum beraneka rupa yang sudah disiapkan dari Lofoten.

"Saya juga akan beli kostum baru disini," katanya.

Fasnacht di Lucerne bukan karnaval sembarangan. Selama sepekan, kota Lucerne yang rapi, akan berantakan.

Sampah akan ada di mana mana, dari pecahan bekas botol vodka, hingga serpihan konfeti, kertas warna-warna yang sering dilemparkan ke rambut orang.

Fasnacht telah dimulai pada Kamis (8/2/2024) pukul 04.00 waktu setempat dan baru akan berakhir pada Rabu (14/2/2024).

Ketika karnaval dimulai, jalanan utama di kota Lucerne pun lumpuh, bahkan akan ditutup empat kali dalam sepekan agar orang-orang yang hendak mengikuti Fasnacht mendapatkan kebebasannya.

Jika karnaval berakhir di jalanan utama, pesta akan dilanjutkan di sudut tembok kota tua Lucerne, sampai fajar tiba.

Mereka menari, menyanyi, dan tertawa bersama.

Orang Swiss yang terkenal sangat tertutup, dalam fasnacht menjadi tiba-tiba ramah, dan banyak tertawa.

"Untuk kostum, Swiss paling bagus. Untuk atmosfer, Spanyol lebih ramai," kata Luna yang wira-wiri jika ada karnaval di pojok dunia.

Meskipun karnaval di Venezia terlihat lebih elegan, bagi Luna, aura di sana tidak sekuat di Lucerne.

"Mereka lebih aristokratis di Venezia," katanya.

Jerman, yang juga ada Fasching -karnaval dalam bahasa setempat- bagi Luna, terlalu banyak minum alkohol.

"Saya lebih suka di sini, di Swiss, meskipun banyak teman mengatakan mengapa ke Swiss, yang terkenal sangat tertutup," imbuhnya.

Hal serupa diungkapkan Francois, perempuan yang tinggal di Paris.

"Saya selalu ke Lucerne kalau Fasnacht," katanya.

Francois datang tidak hanya berkostum, namun juga bersama grup musiknya, genderang dari Afrika.

"We want just fun, fun, and fun," katanya.

Sepekan ini, Lucerne tiap hari berganti wajah.

Dari sore porak poranda, menjelang fajar pasukan kuning dengan sangat cepat akan membersihkan kembali kota turisme ini. Berantakan akan dirapikan, kotor disapu bersih, selama sepekan.

Turis asal Jakarta

Fitri, turis asal Jakarta mengaku kaget dengan kegiatan ini.

Karena tidak suka dengan keributan, dia memilih pindah ke Zermatt.

"Saya tidak menyangka dari sore hingga pagi, lalu kembali ritual yang sama, tiap hari, ratusan ribu orang," katanya.

Karnaval ini nyatanya tidak hanya pecah di Lucerne.

Kegiatan serupa juga terjadi di desa, kecamatan, dan kabupaten di Swiss Tengah.

"Namun puncaknya memang di Lucerne, dari desa-desa itu, mereka akan berkumpul di Lucerne," kata Helene, warga Lucerne.

Namun tidak semua menyukai Fasnacht.

Warga Swiss Tengah yang tak tahan dengan hingar bingar, memilih meninggalkan Swiss Tengah.

"Saya lari dari Lucerne, ke gunung, main ski," ujar Tanja Tobler, warga Lucerne.

Setelah sepekan hinggar bingar di Lucerne, bukan berarti karnaval ini akan usai.

"Pindah ke Basel, selama seminggu juga. Hanya disana lebih kultural. Bagi saya membosankan. Kalau di Lucerne, kita bisa menari sampai pagi," kata Luna.

Fasnacht adalah ritual kuno Eropa, yang menandai pengusiran musim dingin dengan suara dan cahaya.

Musik yang pekak dan cahaya gemerlap, sebelum masehi, dipercaya bisa mengusir roh jahat.

Kini Fasnacht berubah menjadi pesta untuk riang gembira.

"Siapa yang suka, boleh ikut. Yang tidak tahan hingar bingar bisa liburan ke tempat lain," kata Helene.

https://www.kompas.com/global/read/2024/02/13/190100070/menyaksikan-fasnacht-karnaval-terbesar-di-swiss-yang-melumpuhkan-kota

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke