Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Konflik Makin Meluas, Imbas Perang Israel-Hamas di Gaza

KOMPAS.com - Perang Israel-Hamas sejak awal Oktober 2023 hingga kini belum berakhir. Bahkan militer Israel bersumpah untuk menumpas kelompok Hamas.

Seminggu terakhir, Israel telah membunuh wakil pemimpin Hamas Saleh al-Aruri di Beirut Lebanon.

Sebagai sekutu Hamas, kelompok Hezbollah Lebanon kemudian menembakkan roket ke pangkalan militer Israel.

Sebagaimana diberitakan AP News pada Senin (8/1/2024), Amerika Serikat (AS) juga telah membunuh seorang komandan milisi di Bagdad.

Selain itu, kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman juga saling baku tembak dengan Amerika Serikat.

Karenanya, setiap serangan dan serangan balik bisa meningkatkan risiko perang yang lebih luas ke seluruh wilayah.

Serangan Hamas ke Israel

Serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 adalah bentuk perlawanan Palestina terhadap dominasi Israel atas Palestina yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Tidak ada bukti bahwa Iran, Hezbollah, atau kelompok sekutu lainnya memainkan peran langsung atau bahkan mengetahui hal tersebut sebelumnya.

Hingga pada akhirnya serangan Hamas tersebut memicu perang paling dahsyat di abad ke-21 di Gaza yang dihuni oleh 2,3 juta warga Palestina.

"Mereka tidak menginginkan perang, tetapi pada saat yang sama mereka tidak ingin membiarkan Israel terus menyerang tanpa pembalasan," kata Qassim Qassir, pakar Hezbollah asal Lebanon.

"Sesuatu yang besar harus terjadi, sehingga Israel dan Amerika yakin bahwa tidak ada jalan keluar," kata dia.

Hezbollah menghadapi dilema

Jika Hezbollah menoleransi serangan Israel, seperti serangan di Beirut yang menewaskan wakil pemimpin Hamas, maka mereka berisiko terlihat sebagai sekutu yang lemah atau tidak dapat diandalkan.

Namun jika hal ini dilanjutkan dan memicu perang habis-habisan, maka Israel mengancam akan menimbulkan kehancuran besar-besaran di Lebanon, yang sudah terperosok dalam krisis ekonomi yang parah.

Bahkan para pendukung Hezbollah mungkin menganggap hal ini sebagai harga yang terlalu mahal yang harus dibayar sekutu Palestina tersebut.

Sedangkan rentetan 40 roket Hezbollah yang ditembakkan ke pangkalan militer Israel pada hari Sabtu mengirimkan pesan tanpa memulai perang.

Namun para pemimpin Israel telah berulang kali mengancam akan menggunakan kekuatan militer jika Hezbollah tidak menghormati gencatan senjata PBB tahun 2006 yang memerintahkan kelompok tersebut mundur dari perbatasan.

"Tidak ada pihak yang menginginkan perang, namun kedua belah pihak yakin hal itu tidak bisa dihindari," terang Yoel Guzansky, peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional Israel di Universitas Tel Aviv.

Perang dengan Houthi Yaman

Imbas dari perang Israel-Hamas, kelompok Houthi Yaman ikut melancarkan serangan dengan menembakkan rudal ke kapal komersial di Laut Merah.

Hal ini sebagai bentuk keprihatinan atas serangan Israel kepada warga di Palestina.

Namun, AS menempatkan kelompok kapal penyerang serta kapal induk di wilayah Timur Tengah.

Pengerahan ini jelas memberikan peringatan kepada Iran dan sekutunya agar tidak memperluas konflik.

Kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman telah menyerang pelayaran internasional di Laut Merah, yang berpotensi menimbulkan konsekuensi bagi perekonomian dunia.

Namun Iran mengatakan sekutunya bertindak atas kemauan mereka sendiri dan bukan atas perintah dari Teheran Iran.

https://www.kompas.com/global/read/2024/01/08/163700370/konflik-makin-meluas-imbas-perang-israel-hamas-di-gaza

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke