Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Seperti Apa Tur di Zona Demiliterisasi Korea?

Dari Gyeonggi-do di barat hingga Gangwon-do di timur, Zona Demiliterisasi (DMZ) sepanjang 258 km membagi Semenanjung Korea menjadi dua.

Di Desa Panmunjom, tempat lempengan beton yang menandakan pemisahan kedua Korea, kelompok-kelompok turis biasa berkerumun setiap hari. Mereka masih datang, tetapi sekarang dalam kelompok yang lebih kecil.

Pada Selasa (18/7/2023), Travis King, seorang prajurit Amerika Serikat yang akan dipulangkan karena pelanggaran disiplin, bergabung dengan sebuah grup wisata asal Korea Selatan dan menyeberangi DMZ ke Korea Utara.

Masih belum jelas apakah pria itu membelot atau berharap untuk kembali, tetapi militer AS telah mengonfirmasi dia menyeberang "dengan sengaja dan tanpa izin". Dia mungkin ditahan, menurut militer AS.

"Ketika Anda ikut tur itu, Anda akan menyadari bahwa itu hanya beberapa inci, perbatasan kecil, dan Anda dapat dengan mudah masuk ke Korea Utara seperti yang dilakukan Presiden Trump pada 2019", kata Jean H Lee, mantan kepala biro Korea untuk kantor berita Associated Press, yang telah memasuki DMZ puluhan kali baik dari Korsel maupun Korut.

"Jadi, jika Anda pernah ke sana, Anda juga menyadari betapa menggiurkannya itu".

Namun kenyataannya, papar Lee, tur DMZ beroperasi dengan aturan yang sangat ketat.

Pengunjung dapat mengambil foto, tetapi mereka harus berjalan dan berdiri di tempat yang diinstruksikan, serta tidak boleh melambaikan tangan atau melakukan gerakan yang tidak diinginkan lainnya.

Sebelum pandemi, tur berlangsung di bawah pengawasan ketat militer. Di satu sisi tentara Korea Selatan dalam posisi kuda-kuda taekwondo--kaki lebar, lengan siap--sedangkan di sisi lain tentara Korea Utara mengawasi, serta Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC) secara aktif berpatroli di daerah tersebut.

Saat ini tentara Korea Utara tidak lagi terlihat di perbatasan, sehingga tentara Korea Selatan tidak lagi melakukan patroli. Karena itu, tidak ada tentara yang terlihat di kedua sisi. Sekarang ini tur mendapat pengawalan UNC.

Ketegangan di DMZ terlihat jelas pada November 2017, ketika seorang serdadu Korea Utara ditembak beberapa kali oleh militernya sendiri saat ia membelot ke pihak Korea Selatan.

Tindakan Prajurit Travis mengemuka hampir satu minggu sebelum peringatan 70 tahun gencatan senjata yang mengakhiri pertempuran dalam konflik 1950-1953.

Berada di DMZ "membuat Anda menyadari bahwa meskipun Korea Utara sangat jauh dari kita secara psikologis, ekonomi, politik, ideologis… secara fisik mereka ada di sana", kata Lee, seorang warga Korea-Amerika dari Minneapolis.

"Pengalaman itu sangat mengharukan".

Perasaan surealis itu melekat pada Rowan Beard, seorang warga Australia yang telah memimpin kelompok tur ke lokasi tersebut sejak 2008 atas nama Young Pioneer Tours (YPT).

Biro perjalanan itu membanggakan perusahaan mereka sebagai "agen perjalanan DPRK nomor satu", dan menangani lebih dari 1.000 pelanggan setiap tahun sebelum pandemi.

YPT mengeklaim menawarkan pilihan program tur Korea Utara terbanyak jika dibandingkan perusahaan mana pun. Sebagian besar permintaan calon wisatawan adalah mengunjungi DMZ dan ibu kota Korea Utara, Pyongyang.

Perjalanan sehari dari Korea Utara dimulai di Pyongyang, dua setengah jam berkendara dari Kota Kaesong yang berdekatan dengan DMZ. Perjalanan dari Korea Selatan dimulai dari Seoul, kurang dari satu jam perjalanan.

Wisatawan mengunjungi Area Keamanan Bersama (JSA), belajar tentang area tersebut dan sejarahnya melalui pengarahan dan artefak, dan dapat melihat kedua sisi dari berbagai titik pengamatan. Beberapa tur juga termasuk masuk ke terowongan infiltrasi yang pernah digali oleh Korea Utara.

Mark Edward Harris telah melihat dua Korea dari kedua titik masuk tersebut beberapa kali dalam kariernya sebagai fotografer perjalanan dan dokumenter.

"Bagi kebanyakan orang, hampir semua orang sebenarnya, satu-satunya pandangan mereka ke negara yang sangat tertutup ini adalah dari titik-titik di sepanjang DMZ", katanya.

"Bagi siapa pun yang tertarik dengan sejarah, ini adalah tempat wisata utama dalam arti tertentu".

Tetap saja, "hal-hal bisa terjadi" di DMZ, kata Harris. Dia menyebutkan insiden pembunuhan kapak tahun 1976 di Panmunjom, ketika orang Korea Selatan dan Amerika yang memangkas pohon poplar di JSA diserang oleh penjaga Korea Utara.

Insiden tersebut mengakibatkan pembunuhan brutal terhadap dua tentara AS dan meningkatkan ketegangan.

"Kedua belah pihak benar-benar melakukan pekerjaan yang cukup baik untuk menceritakan kisah rumit ini dari sisi mereka", kata Harris.

"Perbedaan terbesar adalah, saat Anda datang dari Utara, kamu merasa seperti perang masih berlangsung. Saat Anda dari Selatan, Anda akan merasa seperti sedang melihat sekilas sejarah kuno".

https://www.kompas.com/global/read/2023/07/23/114500770/seperti-apa-tur-di-zona-demiliterisasi-korea-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke