Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hantu Nazi dalam Propaganda Perang Ukraina

Ada tidaknya sebuah entitas tidak lagi dipersoalkan. Anggap saja seolah-olah ada! Efek hantu dalam bentuk rasa takut dan perasaan terancam adalah hal nyata yang dapat dirasakan.

Dalam propaganda, nyata tidaknya sebuah entitas tidaklah penting. Hal yang jauh lebih penting adalah kekuatan sugesti dan persuasi yang ditimbulkannya. Efek hantu jauh lebih penting daripada entitas hantu di dalam sebuah propaganda.

Perang senjata selalu diawali dan diiringi dengan perang propaganda. Propaganda perang dapat dilihat sebagai sebuah strategi budaya dengan mengeksploitasi ingatan kolektif masa lalu.

Strategi itu digunakan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam perang Ukraina. Putin mengeksploitasi penggalan sejarah bangsa Rusia pada Perang Dunia II dan salah satu strategi propaganda yang digunakan adalah kodifikasi Nazi.

Sejarah Perang Dunia II menjadi sumber afirmasi kebesaran bangsa Rusia sebagai pemenang sekaligus penyelamat Eropa. Kodifikasi terjadi dengan cara mengaitkan kemiripan masa kini dengan masa lalu.

Efek emosional yang bersifat massal adalah tujuan utama dari kodifikasi. Di dalam proses kodifikasi, terjadi sebuah reinterpretasi sejarah untuk melihat masa kini dan menatap masa depan.

Kodifikasi menawarkan paradigma kontinuitas dalam melihat jati diri sebuah bangsa sekaligus menjadi sarana untuk memperbaharui ikatan emosional kolektif. Kodifikazi Nazi terkait pemberitaan tentang Ukraina secara intensif disebarluaskan oleh Rusia selama bertahun-tahun.

Sejak tahun 2004, framing Ukraina sebagai rezim neonazi dan fasisme disebarluaskan oleh media-media Rusia (Kuzio, 2019). Perang Ukraina pecah pada 24 Februari 2022. Perang propaganda sudah dilakukan bertahun-tahun lebih awal.

Dalam pidatonya sesaat sebelum perang pecah, Putin menuding bahwa pemerintah Ukraina adalah rezim neonazi. Media-media Rusia mempropagandakan bahwa aksi militer Rusia di Ukraina adalah operasi khusus untuk melawan kekuatan Barat yang dianggap menjadi penjelmaan Nazi (Brusylovska dan Maksymenko, 2022).

Kata-kata seperti denazifikasi, genosida, dan fasisme menjadi kata-kata kunci yang menghiasi pemberitaan perang Ukraina di media-media tersebut. Kodifikasi menjadikan istilah Nazi begitu lentur.

Istilah ini tidak lagi identik dengan ideologi antisemitisme, supremasi bangsa Arya, Hitler, dan partai Politik NSDAP. Istilah ini menjadi umbrella term untuk mem-framing pihak lain sebagai musuh.

Di dalam bahasa komunikasi politik internasional, kodifikasi Nazi menjadi sebuah strategi propaganda untuk memojokkan dan mendiskreditkan lawan (Giesel, 2019). Dalam konteks Rusia, kodifikasi semacam ini adalah sebuah proyeksi pendefinisian sosok antagonis sebagai musuh bersama dengan memanfaatkan memori kolektif bangsa Rusia terhadap Nazi di dalam Perang Dunia II (Kamenskikh, 2019).

Kodifikasi tidak lagi menghiraukan ketepatan pendefinisian, tetapi lebih menitikberatkan potensi mnemonic (membangkitkan ingatan) yang bersifat emosional dan massal. Nazi tampaknya telah terkodifikasi sebagai musuh abadi bangsa Rusia. Ukraina diproyeksikan sebagai penjelmaan musuh abadi itu.

Itu merupakan sesuatu yang absurd. Meskipun absurd, daya pikat kodifikasi Nazi tidak boleh dipandang sebelah mata. Keyakinan akan ancaman dari negara-negara Barat adalah adalah persepsi yang berakar kuat dalam benak bangsa Rusia sampai sekarang ini.

Persepsi itu sudah terbangun sejak rezim komunisme berkuasa di Uni Soviet dan terus-menerus digemakan di era Putin. Potensi kekuatan mnemonic dari kodifikasi Nazi inilah yang ditengarai mampu melecut kembali semangat nasionalisme, solidaritas, dan kebanggan sebagai bangsa Rusia.

Salah satu penggalan sejarah yang dieksplotasi Putin adalah kolaborasi gerakan nasionalisme Ukraina dengan Nazi pada era perang Dunia ke II (Rossoliski-Liebe & Willems 2022).

Kolaborasi itu sebenarnya bukan didasarkan atas motif ideologi, tetapi political interest yang disatukan oleh musuh yang sama, yaitu Uni Soviet. Gerakan nasionalisme Ukraina menginginkan kemerdekaan sebagai imbal balik dari kolaborasi dengan Nazi. Hitler tidak memberikan kemerdekaan terhadap Ukraina.

Kolaborasi hanya berlangsung seumur jagung. Rakyat Ukraina pun menjadi sasaran genosida Nazi. Tokoh-tokoh gerakan nasionalisme Ukraina dikrim ke kamp-kamp konsentrasi Nazi. Gerakan nasionalisme Ukraina sudah muncul setelah Perang Dunia I.

Untuk memadamkan gerakan itu, Josep Stalin melakukan genosida pada tahun 1930-an dengan model holodomor. Ini adalah pembasmian etnis dengan cara menciptakan bencana kelaparan.

Genosida yang dilakukan Nazi terhadap orang-orang Yahudi tahun 1940-an sudah dilakukan Stalin terhadap rakyat Ukraina tahun 1930-an dengan metode yang berbeda. Dunia memang lebih mengenal genosida ala Hitler daripada holodomor ala Stalin.

Putin memanfaatkan fakta sejarah kolaborasi antara Ukraina dan Nazi pada Perang Dunia II untuk melemparkan tuduhan bahwa pemerintah Ukraina telah melakukan genosida terhadap keturunan Rusia di wilayah Ukraina.

Yang menarik dari propaganda ini adalah kelenturan semantik istilah genosida. Di dalam pemahaman umum, genosida adalah pembantaian massal terhadap etnis tertentu. Putin melenturkan istilah ini dan yang menjadi sasaran dari genosida bukan hanya manusianya tetapi juga bahasa dan budaya (Fortuin, 2022).

Kebijakan pemerintah Ukraina membatasi penggunaan bahasa Rusia, misalnya, dianggap sebagai sebuah rongrongan terhadap bangsa Rusia. Ancaman tergerusnya pengaruh Rusia baik secara politik dan kultural terhadap Ukraina terkodifikasi sebagai sebuah genosida di dalam bahasa propaganda.

Akan tetapi, kekuatan sugestinya tidak dapat dipandang sebelah mata. Yang harus ditakuti bukan hantu Nazi, tetapi efek hantunya karena berpotensi untuk menyugesti sebuah militansi permusuhan dan kebencian.

Ukraina adalah negara tergencet. Ukraina terhimpit di antara dua kekuatan besar. Di masa lalu, Ukraina terhimpit oleh poros Berlin dan Moskwa. Berlin mewakili poros fasisme dan Moskwa mewakili poros komunisme.

Sekarang ini, Ukraina tergencet di antara dua poros besar NATO dan Rusia. "It is between the red devil and deep blue sea”.

Barangkali, hantu Nazi tidak akan bergentayangan jikalau kedua  poros besar ini dapat berdamai. Propaganda yang dahsyat dirancang oleh orang-orang yang memahami sejarah. Hanya saja, sejarah yang ditampilkan tidaklah utuh.

Untuk dapat mengkritik dahsyatnya sebuah propaganda, dibutuhkan pengetahuan sejarah. Tidak setiap data sejarah di masa lampau menggambarkan realitas di masa sekarang. Hantu Nazi hanyalah salah satu contoh produk propaganda yang memanfaatkan penggalan sejarah.

Hantu itu selalu direproduksi sehingga terus menerus bergentayangan. Masih banyak hantu-hantu lain yang terus direproduksi dan terus bergentayangan yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Bukan entitas hantunya yang harus ditakuti, tetapi efek hantunya yang harus diwaspadai.

Belajarlah sejarah untuk mengusir hantu! Last but not least, belajarlah sejarah agar tidak mudah dibohongi!

https://www.kompas.com/global/read/2023/03/24/150205570/hantu-nazi-dalam-propaganda-perang-ukraina

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke