Lonjakan Covid China terjadi setelah pemerintah mencabut aturan nol-Covid yang ketat sejak awal Desember 2022.
Hal tersebut memicu kekhawatiran bahwa China, negara terpadat di dunia, dapat menjadi tempat muncunya varian baru Covid-19 yang lebih menular atau parah.
Namun, studi baru oleh para peneliti China yang menganalisis 413 sampel dari Beijing pada 14 November-20 Desember 2022 menyatakan, tidak ada bukti varian baru muncul selama waktu itu.
Sebaliknya, lebih dari 90 persen kasus adalah BF.7 dan BA5.2, subvarian Omicron yang sudah ada di China dan tergeser oleh subvarian lebih menular di negara-negara Barat.
BF.7 menyumbang tiga perempat dari sampel, sementara lebih dari 15 persen adalah BA5.2, menurut penelitian tersebut yang dikutip kantor berita AFP.
“Analisis kami menunjukkan dua sub-varian Omicron yang diketahui--daripada varian baru mana pun--utamanya bertanggung jawab atas lonjakan saat ini di Beijing, dan kemungkinan China secara keseluruhan,” kata penulis utama studi ini yaitu George Gao, ahli virologi di Institute of Mikrobiologi di Akademi Ilmu Pengetahuan China.
Akan tetapi, Wolfgang Preiser dan Tongai Maponga selaku ahli virologi di Universitas Stellenbosch Afrika Selatan yang tidak terlibat dalam penelitian memperingatkan, itu hanya mencakup beberapa minggu setelah China mencabut aturan nol-Covid.
"Jika garis turunan baru muncul saat lonjakan, penelitian ini mungkin terlalu dini untuk menemukannya," ujar mereka dalam komentar di The Lancet.
China juga secara drastis mengurangi pengujiannya sehingga berpotensi memengaruhi hasil, dan hanya mencakup Beijing bukan seluruh negara, tambah mereka.
Namun, mereka tetap menyambut baik data yang sangat dibutuhkan dari China ini.
"Meskipun langkah-langkah terkait perjalanan yang cukup ringan di beberapa negara bagi pelancong dari China sekali lagi mungkin dipandang sebagai hukuman, orang-orang dapat berharap makalah ini menunjukkan lebih banyak keterbukaan dan pertukaran data yang cepat ke depan," menurut mereka.
https://www.kompas.com/global/read/2023/02/08/153500470/studi-china-sebut-tidak-ada-varian-baru-covid-19-di-beijing