Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Karier Politik Anwar Ibrahim: Dari Kasus ke Penjara, hingga Jadi PM Malaysia

Dikenal karena karier politiknya yang penuh gejolak, Anwar Ibrahim akhirnya memimpin Malaysia setelah berusaha selama puluhan tahun. Dia adalah salah satu tokoh paling terkenal dan kontroversial di Asia Tenggara.

Dalam perjalanannya menuju pucuk kepemimpinan di Malaysia sebagai perdana menteri, Anwar dijegal dengan dua tuduhan sodomi, yang berakhir dengan hukuman penjara.

Dia dipenjara selama bertahun-tahun di bawah kepemimpinan Mahathir Mohamad, yang juga pernah menjadi mentor Anwar.

Hubungan keduanya yang naik turun tidak hanya menentukan nasib Anwar, tetapi juga politik Malaysia.

Karier yang melesat

Anwar, yang kini berusia 75 tahun, memulai karier politiknya kali pertama sebagai pemimpin mahasiswa karismatik yang mendirikan gerakan pemuda Islam Malaysia, ABIM.

Dia mengejutkan banyak orang dengan bergabung bersama Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), partai yang telah lama berkuasa, pada 1982.

Namun, itu terbukti sebagai langkah politik yang cerdik. Dia menaiki tangga politik dengan cepat dan beberapa kali menjabat sebagai menteri.

Pada 1993, Anwar menjadi wakil Mahathir dan diperkirakan akan menggantikannya. Tetapi, ketegangan terjadi setelah krisis keuangan Asia pada 1997, ketika mereka berbenturan dengan ekonomi dan korupsi.

Sempat dipenjara

Pada September 1998, Anwar dipecat dan memimpin protes publik terhadap Mahathir. Itu adalah awal dari Reformasi, sebuah gerakan perubahan yang bisa mempengaruhi generasi aktivis demokrasi Malaysia.

Anwar ditangkap dan akhirnya didakwa melakukan sodomi dan korupsi--tuduhan yang dia bantah dalam persidangan kontroversial berikutnya.

Aksi protes di jalan yang diwarnai kekerasan meletus ketika dia dipenjara selama enam tahun karena korupsi. Setahun kemudian dia dijatuhi hukuman sembilan tahun karena sodomi.

Anwar selalu menyatakan bahwa tuduhan itu adalah bagian dari kampanye kotor untuk menyingkirkan dirinya, yang dianggap sebagai ancaman politik bagi Mahathir.

Pada akhir 2004, setahun setelah Mahathir mengundurkan diri sebagai perdana menteri, Mahkamah Agung Malaysia membatalkan hukuman sodomi dan membebaskan Anwar dari penjara.

Oposisi berkembang, muncul tuduhan baru

Setelah dibebaskan, ia muncul sebagai ketua de facto dari oposisi yang baru bangkit, yang mencatatkan penampilan kuat dalam pemilu 2008.

Namun, klaim sodomi kembali dilontarkan terhadap Anwar pada 2008, yang menurutnya merupakan upaya lain dari pemerintah untuk menyingkirkannya.

Pengadilan Tinggi akhirnya membebaskan Anwar dari dakwaan tersebut pada Januari 2012, dengan alasan kurangnya bukti.

Tahun berikutnya dia memimpin oposisi mencapai kesuksesan baru dalam pemilihan umum, yang menghasilkan performa terburuk bagi koalisi Barisan Nasional yang berkuasa.

Namun, sekali lagi ambisi Anwar digagalkan. Saat dia bersiap untuk melawan pemilihan umum 2014, pembebasan sebelumnya dibatalkan dan dia kembali dijebloskan ke penjara.

Kembali ke dunia politik

Dalam peristiwa yang mengejutkan pada 2016, mantan saingannya, Mahathir, mengumumkan bahwa dia mengakhiri masa pensiunnya, untuk mencalonkan diri lagi sebagai pejabat tinggi.

Pria berusia 92 tahun itu mengatakan, dia muak dengan tuduhan korupsi yang mengganggu perdana menteri saat itu--mantan anak didiknya yang lain, Najib Razak.

Namun, untuk melancarkan proses kembalinya Mahathir ke dunia politik, dia membuat kesepakatan yang tidak masuk akal dengan Anwar, yang kala itu masih dipenjara, tapi tetap sangat populer di kalangan pendukung oposisi.

Dalam momen yang banyak dipublikasikan, keduanya melakukan jabat tangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, menandai dimulainya reuni politik yang luar biasa.

Koalisi Pakatan Harapan yang baru menyatukan empat partai ke dalam koalisi multi-etnis pertama Malaysia. Koalisi itu mendapat dukungan dari mayoritas Muslim Melayu, serta minoritas China dan India yang cukup besar di negara itu.

Sebagai perdana menteri Malaysia, Mahathir mengindikasikan dia akan menyerahkan kekuasaan kepada Anwar dalam waktu dua tahun. Dia juga memenuhi janjinya untuk membebaskan Anwar dari penjara, dengan memberikan pengampunan penuh.

Namun, aliansi tersebut mulai terlihat kehilangan kekuatan karena Mahathir terus berupaya mengatur situasi untuk menyerahkan kekuasaan. Kondisi itu mulai terurai di tengah pertikaian sengit atas suksesi dan kebangkitan nasionalisme Melayu.

Pada Februari 2020, pengunduran diri Mahathir yang tak terduga menyebabkan keruntuhan koalisi, menjerumuskan Malaysia ke dalam periode kekacauan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya--dan sekali lagi membuat Anwar gagal mendapatkan apa yang ia inginkan.

Setelah pemerintahan baru runtuh, UMNO kembali berkuasa dan Muhyiddin Yassin diangkat sebagai perdana menteri baru.

Namun, lebih dari setahun kemudian, saat puncak pandemi, Muhyiddin mengundurkan diri setelah beberapa bulan berada dalam kondisi yang bergejolak, yang membuatnya kehilangan dukungan mayoritas di parlemen.

Oktober ini, penggantinya, Ismail Sabri Yaakob dari UMNO, mengumumkan pemilihan umum yang lebih cepat dari jadwal semestinya. UMNO yakin dapat memperoleh kembali kekuasaan karena telah memenangkan serangkaian pemilihan sela.

Dalam acara aliansi Pakatan Harapan, Anwar muncul dengan perolehan kursi terbanyak, tetapi masih belum jelas apakah dia akhirnya akan mewujudkan usahanya selama 24 tahun untuk menjadi perdana menteri.

Jika dia tidak bisa, dia akan berada di bawah tekanan untuk mengalah, demi pemimpin yang lebih muda.

https://www.kompas.com/global/read/2022/11/24/205800870/karier-politik-anwar-ibrahim--dari-kasus-ke-penjara-hingga-jadi-pm

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke