Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rasmus Paludan, Pelaku Pembakaran Al Quran di Swedia, Pemimpin Partai Stram Kurs

KOMPAS.com - Rasmus Paludan adalah pemimpin partai Stram Kurs (Garis Keras), yang berencana melakukan pembakaran Al Quran di Swedia sehingga memicu kerusuhan sejak Kamis (14/4/2022) hingga Minggu (17/4/2022).

Rasmus Paludan adalah seorang pengacara asal Denmark yang juga memegang kewarganegaraan Swedia.

Dia mendirikan Partai Stram Kurs pada 2017, dan dikenal karena mengusung agenda anti-imigrasi dan anti-Islam.

Paludan sendiri berencana mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif Swedia pada September tahun ini. Namun, dia belum mengumpulkan jumlah tanda tangan yang diperlukan untuk mengamankan pencalonannya, dan kini dia sedang melakukan “tur Swedia”.

Dia dilaporkan sengaja mengunjungi lingkungan dengan populasi Muslim yang besar, di mana dia kemudian berencana membakar salinan Al Quran.

Tur partai garis keras ini telah memicu beberapa bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa kontra di seluruh negara Skandinavia sejak Kamis (14/4/2022) hingga Minggu (17/4/2022).

Rasmus Paludan telah secara teratur menjadi pusat insiden bentrokan dalam beberapa tahun terakhir.

Langkah politik Rasmus Paludan

Pria berusia 40 tahun itu sudah pernah dihukum karena rasisme, dituduh memiliki hubungan dengan Nazi, dan dikenal beberapa aksinya membakar Al Quran.

Gerakan politiknya, Stram Kurs, telah mempopulerkan diri sebagai partai “etnis Denmark”, yang ingin melarang Islam dan mendeportasi semua Muslim dari Denmark.

Kebangkitan Stram Kurs terjadi ketika dukungan untuk gerakan nasionalis terbesar di negara itu, Partai Rakyat Denmark, telah jatuh.

“Satu-satunya agenda Stram Kurs adalah menjadi sangat keras terhadap pengungsi, imigran dan Muslim pada khususnya. Itu menarik sekelompok kecil pemilih yang berpikir kebijakan anti-imigrasi selalu bisa menjadi lebih keras dan lebih radikal,” kata spesialis pemilu dan profesor ilmu politik di Universitas Kopenhagen, Kasper Moller Hansen sebagaimana dilansir Euronews.

Sejak mendirikan partainya pada Juli 2017, Paludan telah mendapatkan pengikut di YouTube dan Snapchat.

Ketenaran virtualnya di kalangan remaja, berhasil membuatnya mengumpulkan 20.000 tanda tangan digital dukungan yang diperlukan untuk pencalonan pemilu 2019.

Namun partainya pada akhirnya hanya memenangkan 1,8 persen suara dalam pemilihan nasional pada 2019, jauh dari ambang 2 persen yang dibutuhkan untuk masuk parlemen.

Jejak kriminal Rasmus Paludan

Pada 2019, Paludan juga melakukan pembakaran Al Quran. Pada Agustus 2020, partai Stram Kurs mengadakan "upacara pembakaran Alquran" di distrik Rosengard Malmo, yang juga memicu protes dengan kekerasan.

Belgia mengusir dan melarang dia masuk ke negara itu selama satu tahun sejak 2020, karena rencana kelompoknya membakar Alquran di daerah yang memiliki mayoritas penduduk Muslim di Brussel.

Pada 2020, ketua partai sayap kanan Stram Kurs (Garis Keras) itu, dijatuhi hukuman satu bulan penjara karena serangkaian pelanggaran termasuk rasisme di Perancis.

Dia dihukum karena memposting video anti-Islam di saluran media sosial partainya. Paludan juga dipecat selama tiga tahun sebagai pengacara kriminal dan dilarang mengemudi selama satu tahun.

Muslim di Swedia menuduh polisi negara itu membiarkan Paludan membuat marah kelompok etnis mereka, yang harus mereka hentikan.

Seruan juga telah disampaikan untuk amandemen konstitusi Swedia agar melarang diskriminasi agama. Tuntutan itu juga mendesar supaya kelompok-kelompok ekstremis seperti yang diusung Rasmus Paludan tidak diizinkan aktif.

https://www.kompas.com/global/read/2022/04/18/130200170/rasmus-paludan-pelaku-pembakaran-al-quran-di-swedia-pemimpin-partai-stram

Terkini Lainnya

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke