Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Taiwan Klaim Benar-benar Mampu Hentikan Rudal China

TAIPEI, KOMPAS.com - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berbicara tentang pencegahan rudal negaranya dan meminta angkatan bersenjata "mengantisipasi musuh", dengan anggaran khusus triliunan rupiah untuk meningkatkan kemampuan serangan presisi pulau itu.

Hal itu disampaikan dalam sambutan singkatnya saat mengunjungi markas komando rudal angkatan udara dan pusat manufaktur senjata Kementerian Pertahanan Taiwan.

Bersamaan dengan peringatan 63 tahun Krisis Selat Taiwan 1958, Tsai saat itu kembali menekankan pentingnya pertahanan nasional.

“Kami mungkin tidak dapat mengontrol di mana musuh mengarahkan rudalnya, tetapi kami benar-benar mampu menghentikan rudal musuh yang menyerang tanah air tercinta kami,” katanya merujuk pada pasukan roket China di seberang selat.

"Semakin kuat tekad kita untuk membela negara kita, semakin kecil kemungkinan pasukan asing akan bertindak gegabah. Kita harus melakukan persiapan yang memadai untuk mengantisipasi musuh," tambah Tsai.

Para perencana dan analis pertahanan telah menyayangkan sedikitnya pengeluaran pertahanan negara kepulauan itu.

Meskipun tumbuh dari tahun ke tahun, proporsi anggaran pertahanan Taiwan terus merosot di bawah 2 persen dari PDB.

Pasalnya, pemerintahan Tsai tidak mampu mengatasi rintangan domestik termasuk persepsi publik tentang pengeluaran militer dan efektivitasnya.

Meskipun digambarkan sebagai pemimpin yang paling menekankan pertahanan nasional dalam beberapa dekade terakhir, Tsai dan pemerintahnya hanya mendapatkan anggaran pertahanan 2020 sebesar 12,2 miliar dollar AS (Rp 175,6 triliun), atau 1,9 persen dari PDB negara itu, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

Jumlah yang dialokasikan lebih kecil daripada tetangga terdekatnya, termasuk Jepang dan Korea Selatan. Sementara dibandingkan dengan China, anggaran itu 20 kali lebih kecil.

Taiwan menghabiskan sedikit lebih banyak anggaran pertahanan daripada Singapura pada periode yang sama, menurut institut itu.

Tetapi negara kota Asia Tenggara itu mengalokasikan 3,2 persen dari PDB untuk mempertahankan kekuatan pertahanan modernnya, yang didukung oleh wajib militer yang ketat dan teratur.

Tsai telah mendorong reformasi pertahanan sejak menjabat pada 2016. Kebutuhan pertama untuk strategi pertahanan Taiwan secara keseluruhan, dan kemudian untuk pasukan cadangan pulau itu, yang oleh para pengamat dinilai tidak cukup terlatih.

"Dalam beberapa tahun terakhir, untuk menunjukkan tekad kami mempertahankan diri, kami melanjutkan reformasi pertahanan," kata Tsai.

“Selain program pertahanan otonom untuk memproduksi pesawat dan kapal kami sendiri, kami melanjutkan upaya kami di bidang perang asimetris dan reformasi pasukan cadangan dengan harapan reformasi pertahanan memenuhi persyaratan modern.”

Sebuah laporan Minggu oleh Taipei Times mengatakan Kementerian Pertahanan Taiwan telah meminta anggaran khusus 7,15 miliar dollar AS (Rp 102,9 triliun) untuk tahun fiskal 2022.

Dana tersebut akan diberikan ke Institut Sains dan Teknologi Nasional Chung-Shan (NCSIST)—pengembang senjata negara—"untuk mempercepat produksi massal rudal dengan presisi dan kemampuan jarak jauh," kata surat kabar itu.

NCSIST bertanggung jawab untuk mengembangkan rudal jelajah permukaan ke permukaan yang dapat mencapai bagian pesisir China termasuk Shanghai.

Alutsista itu termasuk rudal dengan berbagai jangkauan, Hsiung Feng IIE Taiwan, dan supersonik Yun Feng, yang dilaporkan memiliki jangkauan operasional hingga 1.200 mil yang mampu mencapai Beijing.

Anggaran khusus NCSIST akan meningkatkan kemampuan serangan presisi pulau itu melalui produksi rudal permukaan-ke-permukaan dan anti-kapal Hsiung Feng III, serta rudal permukaan ke udara Tien Kung III, Taipei Times mewartakan.

Senjata pertahanan akan melengkapi sistem senjata yang dibeli dari Amerika Serikat, termasuk rudal anti-pesawat PAC-3 dan anti-kapal Harpoon.

Dalam konferensi pers pada Selasa (24/8/2021), juru bicara Kementerian Pertahanan Taiwan Shih Shun-wen mengatakan dia tidak akan mengomentari pengeluaran pertahanan yang direncanakan, yang saat ini masih sedang ditinjau oleh anggota parlemen.

Angkatan bersenjata Taiwan akan terus mengejar strategi "pertahanan tegas dan pencegahan multi-domain," katanya melansir Newsweek pada Selasa (24/8/2021).

Dihadapkan dengan meningkatnya ancaman invasi oleh China dan Tentara Pembebasan Rakyatnya, pemerintah Taiwan di bawah Tsai berusaha fokus pada kemampuan perang asimetris, melalui produksi dan pembelian senjata dan peralatan yang presisi dan bermanuver tinggi.

Pada Selasa (24/8/2021), Liberty Times—publikasi serupa Taipei Times—mengatakan bahwa pembuat kebijakan pertahanan Taiwan sedang mengupayakan dimasukkannya anggaran khusus lainnya untuk pembelian 10 helikopter SH-60 Seahawk untuk meningkatkan kemampuan perang anti-kapal selam angkatan laut.

Negosiasi dengan AS untuk Seahawks dimulai setidaknya pada 2014, tetapi keterbatasan anggaran Taiwan berarti tidak ada kesepakatan yang pernah diselesaikan, kata surat kabar itu.

Badan legislatif Taiwan diperkirakan akan menyelesaikan anggaran operasional tahun fiskal 2022 pemerintah pada akhir minggu ini.

Anggaran itu akan mencakup 13,3 miliar dollar AS (Rp 191,5 triliun) yang dialokasikan untuk pengeluaran pertahanan, naik 3 persen dari sebelumnya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/25/185535270/taiwan-klaim-benar-benar-mampu-hentikan-rudal-china

Terkini Lainnya

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Hari Ini, Irlandia dan Norwegia Akan Mengakui Negara Palestina Secara Resmi

Global
Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Pecah Rekor Lagi, Pendaki Nepal Kami Rita Sherpa Capai Puncak Everest 30 Kali

Global
Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Presiden Iran Meninggal, Puluhan Ribu Orang Hadiri Pemakaman Ebrahim Raisi

Global
Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-818 Serangan Rusia ke Ukraina: 3.000 Napi Ukraina Ingin Gabung Militer | 14.000 Orang Mengungsi dari Kharkiv 

Global
Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Belum Cukup Umur, Remaja 17 Tahun di India Pilih Partai PM Modi 8 Kali di Pemilu

Global
Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Menlu AS Tuding ICC Hambat Gencatan Senjata Perang Israel-Hamas

Global
Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Menteri Keamanan To Lam Resmi Terpilih Jadi Presiden Vietnam

Global
Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Anggota Kabinet Perang Israel Ron Dermer Sebut Tak Ada Kelaparan di Gaza, Kok Bisa? 

Global
Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Amelia Earhart, Perempuan Pertama yang Melintasi Atlantik

Internasional
6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

6 Fakta soal Helikopter Presiden Iran, Termasuk Buatan AS dan Sudah Usang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke