Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jejak "The Scarface" Al Capone, Penguasa Dunia Hitam AS

KOMPAS.com - Senjata, darah, dan tindakan brutal. Hal ini erat kaitannya dengan gangster ataum mafia.

Begitu pula yang terjadi di Amerika di era awal 1900-an.

Saat itu, kriminalitas begitu tinggi dengan kelompok gangster yang menguasai bisnis ilegal.

Di antara nama-nama gangster ternama di AS, salah satu yang paling dikenal adalah Al Capone,

Pemilik nama asli Alphone Capone yang lahir pada 17 Januari 1899 di Brooklyn, New York.

Sejak muda, dia telah akrab dengan dunia hitam dan kerasnya kehidupan jalanan di AS.

Al hanya mengenyam pendidikan formal di sekolah hingga usia 14 tahun. Dia dikeluarkan saat duduk di bangku kelas enam karena memukul seorang guru.

Setelahnya, dia tidak melanjutkan sekolah dan memilih bekerja sambilan.

Selain bekerja, Al juga menghabiskan waktunya berkumpul dengan kelompok-kelompok anak berandalan.

Aktivitas mereka selain melakukan vandalisme juga melakukan kejahatan-kejahatan ringan.

Pada masa-masa itu, Capone juga bergabung dengan geng James Street Boys, yang dijalankan oleh Johny Torrio, sosok pria yang kemudian akan menjadi mentor seumur hidupnya.

Saat usia 16 tahun, atas rekomendasi Torrio, Al bergabung dengan kelompok Five Points dan bekerja untuk calon mafia, Francesco Yale, yang juga rekan Torrio.

Al bekerja sebagai bartender di sebuah rumah bordil yang dikelola Yale di Harvard Inn.

Saat bekerja di Harvard Inn, Al berselisih dengan seorang berandalan muda bernama Frank Galluccio, yang kemudian melukai pipi kirinya menggunakan pisau cukur lipat.

Luka itu membekas dan membuat Al memiliki julukan "Scarface" atau "Si Muka Parut".

Sebelum menginjak usia 21 tahun, Al terlibat dalam banyak insiden kekerasan yang berujung kematian.

Capone sempat berurusan dengan kepolisian karena dituduh telah menembak seseorang yang mengalahkannya dalam sebuah permainan dadu.

Capone juga secara brutal menyerang seorang anggota rendahan dari geng rival, White Hand.

Pada 1919, Al tiba di Chicago dan kembali bekerja untuk Torrio, yang saat itu membantu menjalankan bisnis bordil milik bos kriminal Chicago, Big Jim Colosimo.

Namun, dengan bantuan Al, Torrio justru berbalik menentang Colosimo, yang kemudian ditemukan tewas pada 1920.

Kematian bos kriminal itu membuka jalan bagi Torrio untuk menguasai bisnis gelap di Chicago.

Bisnis yang dijalankan Torrio di Chicago mulai dari perjudian, penyelundupan alkohol, hingga prostitusi.

Bisnis itu semakin berkembang sejak Pemerintah AS mengeluarkan kebijakan yang melarang penyulingan dan pendistribusian minuman keras pada 1920-1933.

Pada masa-masa itu, bisnis penyelundupan minuman keras yang dijalankan Torrio meraih keuntungan besar-besaran.

Pada 1924, Capone ditahan dengan tuduhan membunuh Joe Howard, diduga sebagai balas dendam atas penyerangan terhadap teman Capone, namun gagal dijatuhi dakwaan.

Capone lantas mencoba memperluas daerah kekuasaan dengan menghabisi rival-rival gengnya.

Bisnis ilegal yang terus berkembang turut menambah pundi-pundi kekayaan Al Capone, hingga pada 1927, diyakini kekayaannya telah mencapai 100 juta dollar AS.

Pada 14 Februari 1929, bertepatan dengan Hari Valentine, terjadi kasus pembantaian terhadap tujuh anggota geng Bugs Moran, yang diberondong dengan senapan mesin di sebuah garasi di North Side, Chicago.

Diyakini kasus yang kemudian dikenal dengan Pembantaian Hari Valentine tersebut melibatkan Al Capone dan kelompok gengnya.

Setelahnya, nama Al Capone semakin dikenal sebagai raja dunia hitam, tak hanya di Chicago, namun juga seluruh AS.

Pada tahun 1929, Capone juga sempat mendekam di penjara Holmesburg, Philadelphia, selama 10 bulan, atas dakwaan kepemilikan senjata api.

Keberhasilan Al lolos dari jeratan hukum setiap kali terlibat kasus tidak hanya dikarenakan lawan yang takut, namun juga suap yang diberikan kepada polisi-polisi korup.

Capone memang sempat ditahan delapan tahun, sebelum dibebaskan pada November 1939 karena berperilaku baik.

Namun, saat dibebaskan, riwayat Capone hampir berakhir.

Capone telah menderita penyakit sipilis dan harus menjalani perawatan di rumah sakit Baltimore selama sekitar satu tahun.

Dia juga disebut telah mengidap sejumlah penyakit lainnya yang membuat kondisi fisiknya terus menurun.

Dia juga terserang stroke pada 21 Januari 1947.

Hingga pada 25 Januari 1947, dalam usia 48 tahun, Al Capone meninggal di rumahnya di Palm Island, Florida, akibat serangan jantung.

https://www.kompas.com/global/read/2021/08/22/171215670/jejak-the-scarface-al-capone-penguasa-dunia-hitam-as

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke