KOMPAS.com - Asap mengepul. Bumi Jepang bergoyang. Gunung Fuji meletus untuk pertama kalinya.
Saat itu, 31 Juli 781 SM. Gunung yang terletak di antara provinsi Shizuoka dan Yamanashi ini mengalami erupsi pertama kalinya.
Gempa yang terjadi bersamaan dengan erupsi, kekuatannya mencapai 8.0 sampai 9.0 skala richter.
Indahnya Gunung Fuji tak berlaku lagi saat itu, karena meletusnya gunung ini sebabkan kerusakan parah hingga ribuan mil jauhnya.
Berabad-abad pasca-letusan pertama, Gunung Fuji tentu tak kehilangan pesonanya.
UNESCO bahkan menjadikan gunung ini sebagai salah satu situs warisan budaya karena ada sekitar 25 situs di sekitar gunung, berupa kuil dan penginapan.
Pendakian gunung ini juga masih diperbolehkan, baik oleh para pria maupun wanita.
Sebelumnya, ada anggapan sakral bahwa kaum wanita tidak boleh mendaki Gunung Fuji. Namun, larangan ini berlaku sampai tahun 1868 saja.
Pemandangannya gunung yang kelewat cantik, membuat siapa saja terpana.
Hijau dan rindang. Tenang dan membius. Itulah Gunung Fuji.
Tapi, hal ini tak menutup fakta bahwa Gunung Fuji adalah gunung berapi aktif, yang bisa meletus kapan saja.
Terakhir kali Gunung Fuji meletus pada 16 Desember 1707. Berabad-abad lampau. Namun fakta ini tetap saja tak boleh disepelekan.
Gunung dengan salju tebal di puncaknya ini dikelilingi lima danau, yaitu Kawaguchi, Yamanaka, Sai, Motosu, dan Shoji.
Semuanya menambah eskostisme gunung yang terletak di sebelah barat Tokyo dan dekat pesisir Pasifik di pusat Honshu ini.
Gunung ini juga dikelilingi oleh tiga kota, yaitu Gotemba di timur, Fuji-Yoshida di utara, dan Fujinomiya di barat daya.
Terlepas dari eksotisme dan keindahannya, Gunung Fuji ternyata punya sejarah yang membuat siapa saja merinding.
Yang indah tak selalu ramah. Yang ramah tak selalu indah. Di balik eksotisme, selalu ada hal yang bisa membuat nyali menciut.
https://www.kompas.com/global/read/2021/07/31/173420670/31-juli-dalam-sejarah-gunung-fuji-meletus-untuk-pertama-kalinya-pada-781