Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[Cerita Dunia] Sejarah Kartel Sinaloa, dari Penyelundup Jadi Organisasi Kriminal yang Kejam

KOMPAS.com – Kartel Sinaloa merupakan aliansi dari beberapa gembong narkoba besar di Meksiko.

Kartel tersebut didirikan di negara bagian Sinaloa, Meksiko. Kini organisasi kejahatan tersebut beroperasi di 17 negara bagian Meksiko.

Tentakel Kartel Sinaloa membentang dari New York City di Amerika Serikat (AS) hingga Buenos Aires di Argentina.

Sejarah Kartel Sinaloa

Negara bagian Sinaloa sendiri telah lama menjadi pusat barang selundupan di Meksiko, serta sentra bagi penanaman ganja dan opium.

Hampir semua organisasi perdagangan di Meksiko berasal dari wilayah tersebut sebagaimana dilansir Insight Crime.

Kartel Sinaloa pada dasarnya berasal dari keluarga-keluarga petani kecil yang tinggal di bagian pedesaan negara bagian itu.

Pada 1960-an dan 1970-an, beberapa kelompok kriminal di negara bagian ini beralih dari memperdagangkan barang selundupan menjadi obat-obatan terlarang, khususnya ganja.

Salah satu orang pertama yang memperdagangkan ganja dalam jumlah besar adalah Pedro Aviles. Dia mengajak anak temannya, Joaquin Guzman Loera alias El Chapo, ke dalam bisnis tersebut.

Pada akhir 1970-an, sejumlah bos kriminal beserta anak buahnya bergabung dengan Kartel Guadalajara di negara bagian Jalisco.

Kartel Guadalajara dipimpin oleh Miguel Angel Felix Gallardo dibantu oleh kedua tangan kanannya, Rafael Caro Quintero dan Ernesto Fonseca Carrillo.

Seiring berjalannya waktu, Kartel Guadalajara tak hanya memperdagangkan ganja, namun juga mulai memperdagangkan kokain dari Kolombia.

Bekerja sama dengan Juan Ramon Matta Ballesteros dari Honduras, Kartel Guadalajara berhasil menjalin koneksi dengan Kartel Medellin di Kolombia yang dipimpin Pablo Escobar.

Matta Ballesteros beroperasi sebagai perantara utama tokoh kriminal antara Meksiko dan Kolombia, khususnya Kartel Medellin dan Kartel Guadalajara.

Namun, Kartel Guadalajara perlahan-lahan mengalami kemunduran setelah membunuh agen Administrasi Penegakan Narkoba AS (DEA) Enrique Camarena alias Kiki pada 1985.

Kematian Kiki adalah awal dari kehancuran Kartel Guadalajara. Tekanan AS memaksa pihak berwenang Meksiko untuk bertindak, dan para pemimpin kartel melarikan diri.

Faksi-faksi dari Kartel Guadalajara yang tersisa saling berselisih dan mendirikan kartel sendiri yang berbasis di berbagai negara bagian Meksiko.

Arellano Felix bersaudara mendirikan kartel di Tijuana. Keluarga Carrillo Fuentes mengambil alih Juarez. El Chapo dan rekannya, Hector Luis Palma Salazar, tetap tinggal di Sinaloa dan mendirikan kartel di sana.

Setelah mendirikan kartel sendiri, pertempuran antara kartel-kartel ini segera dimulai.

Pada November 1992, El Chapo mengirim 40 pria bersenjata untuk menyerang sebuah faksi dari Kartel Tijuana di Puerto Vallarta, menewaskan sembilan orang.

Kartel Tijuana menanggapi serangan tersebut dengan mencoba membunuh El Chapo di bandara Guadalajara pada 1993. Dalam upaya pembunuhan tersebut, Kartel Tijuana gagal mengeksekusi El Chapo dan justru membunuh seorang kardinal Meksiko.

Kartel Sinaloa juga dikenal kejam karena tak ragu dalam menculik, menyiksa, dan membantai anggota geng kriminal saingan.

Beberapa kekejaman yang dilakukan kartel ini seperti memutilasi korban, merendam korban dengan cairan asam, membunuh korban dengan cara membakar, hingga menguliti korban.

Sering kabur

El Chapo sempat melarikan diri ke Guatemala di mana dia ditangkap dua pekan kemudian. Palma Salazar ditangkap pada 1995.

Meski El Chapo ditangkap, operasional Kartel Sinaloa dijalankan saudara laki-laki El Chapo.

El Chapo sendiri tetap mempertahankan kendali dari penjara, menyampaikan pesan melalui pengacaranya.

Pada 2001, dia melarikan diri dari penjara dan langsung mengambil peran kepemimpinan sentral dalam Kartel Sinaloa.

Setelah itu, El Chapo berhasil ditangkap lagi dan dia berhasil melarikan diri lagi. Hingga akhirnya, El Chapo ditangkap pada 2016 di Meksiko.

El Chapo kemudian diekstradisi ke AS dan pada 2019, dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Diekstradisinya El Chapo ke AS memicu gelombang kekerasan di dalam tubuh Kartel Sinaloa karena perebutan kekuasaan internal.

Di luar, kelompok-kelompok lain berusaha melemahkan Kartel Sinaloa guna memperluas pengaruh mereka mumpung El Chapo di AS.

Kepemimpinan

Sebelum ditangkap dan diekstradisi ke AS, El Chapo menjadi pimpinan Kartel Sinaloa yang paling terlihat meski dia berbagi peran dengan Ismael Zambada Garcia alias El Mayo dan Juan Jose Esparragoza Moreno alias El Azul.

El Azul dikabarkan meninggal karena serangan jantung pada Juni 2014, meski ada pula rumor yang menyebutkan bahwa dia masih hidup dan sehat.

Kartel Sinaloa bukanlah organisasi dengan struktur hierarki yang jelas.

El Chapo, El Azul, dan El Mayo semuanya memiliki organisasi mereka sendiri yang terpisah tetapi tetap bekerja sama.

Sementara itu, operasional Kartel Sinaloa di negara asing, dan bahkan di Meksiko, sering kali dialihdayakan ke mitra lokal.

Penangkapan El Chapo dan kemudian ekstradisi ke AS tampaknya telah memicu pertempuran internal untuk mengontrol organisasi.

Sebagaimana konflik internal tersebut dibuktikan oleh serangan pada Februari 2017 terhadap El Mayo dan dua putra El Chapo.

Serangan tersebut kabarnya diatur oleh mantan tangan kanan El Chapo, Dámaso Lopez Nunez, alias El Licenciado.

Namun, El Licenciado dan putranya, Damaso Lopez Serrano alias Mini Lic, telah ditangkap dan sekarang berada dalam tahanan AS.

Mengingat El Chapo dijatuhi hukuman seumur hidup, kepemimpinan Kartel Sinaloa kemingkan telah diambil alih El Mayo dan anak-anak El Chapo.

Anak-anak El Chapo tersebut masing-masing adalah Joaquin Guzman Lopez, Ovidio Guzman Lopez, Ivan Archivaldo Guzman Salazar, dan Jesus Alfredo Guzman Salazar.

Keempat anak El Chapo tersebut secara kolektif dikenal sebagai Los Chapitos.

https://www.kompas.com/global/read/2021/03/27/155955570/cerita-dunia-sejarah-kartel-sinaloa-dari-penyelundup-jadi-organisasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke