Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perempuan Berdaya: Vigdis Finnbogadottir, Presiden Wanita Pertama di Dunia yang Dipilih Nasional

KOMPAS.com - Pada 1980 adalah tahun pertama bagi sejarah dunia, seorang perempuan terpilih menjadi presiden dalam sebuah pemilihan umum nasional.

Perempuan itu bernama Vigdis Finnbogadottir dari Islandia, yang dipilih pada 1 Agustus 1980, seperti yang dilansir dari The Star.

"Vigdis", sebutannya oleh warga Islandia memiliki kebiasaan memanggil satu sama lain dengan nama depan mereka, menjabat menjadi presiden Islandia sejak 1980 hingga 1996.

"Jika ada yang bisa menyelamatkan dunia, wanita bisa," prinsip perempuan berdaya ini seperti yang dikutip dari Britannica.

Sirimavo Bandaranaike dari Sri Lanka, Indira Gandhi dari India, Golda Meir dari Israel, dan Margaret Thatcher dari Inggris, semuanya berkuasa sebelum Finnbogadottir, tetapi sebagai perdana menteri.

Selama 16 tahun berturut-turut, mantan guru dan sutradara teater itu menjabat sebagai presiden Islandia, melalui 3 pemilihan ulang.

Perempuan berdaya ini lahir dalam keluarga kaya dan memiliki koneksi yang baik.

Melansir Britannica, ibunya adalah seorang ketua asosiasi perawat nasional Islandia, dan ayahnya adalah seorang insinyur sipil.

Ia mengenyam pendidikan di Reykjavik College pada 1949 dan melanjutkan kuliah di University of Grenoble and Sorbonne di Perancis dan University of Uppsala di Swedia.

Dia juga menempuh pendidikan di Denmark dan Universitas Islandia, di mana dia kemudian mengajar bahasa Perancis, drama, dan sejarah teater.

Dari 1972 hingga 1980 Finnbogadóttir menjabat sebagai direktur Perusahaan Teater Reykjavík (Leikfélag Reykjavíkur) dan berpartisipasi dalam kelompok teater eksperimental.

Selama periode itu, dia mempresentasikan pelajaran bahasa Perancis dan program budaya di Iceland State Television, sebuah tugas yang meningkatkan reputasi dan popularitas nasionalnya.

Selama musim turis musim panas, dia juga menjadi pemandu dan penerjemah di Biro Turis Islandia. Dia menjadi anggota Komite Penasihat Urusan Kebudayaan di Negara-negara Nordik pada 1976 dan terpilih sebagai ketuanya pada 1978.

Finnbogadottir yang berperan sebagai orang tua tunggal di rumah untuk putri yang ia adobsi pada 1972, terpilih sebagai presiden wanita Islandia pada 1980 dengan 33,6 persen suara nasional, lebih dari 3 lawan laki-lakinya, seperti yang dilansir dari Britannica.

Dia kemudian terpilih kembali sebanyak 3 kali, yaitu pada 1984, 1988, dan 1992, sebelum pensiun pada 1996.

Meskipun kepresidenan Islandia sebagian besar merupakan posisi seremonial, dia mengambil peran aktif dalam mempromosikan negara sebagai duta budaya.

Finnbogadottir kemudian menjabat sebagai presiden Komisi Dunia untuk Etika Pengetahuan dan Teknologi Ilmiah (1997–2001) dari Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

Dikenal atas upayanya untuk mempromosikan keragaman linguistik, ia menjadi duta besar UNESCO untuk bahasa pada 1998.

Alam dan bahasa

Vigdis pertama kali dikenal oleh orang Islandia melalui televisi saat memberikan pertunjukan pengajaran bahasa Perancis pada 1968.

Saat menjabt sebagai pemimpin negara, ia menekankan pentingnya bahasa, baik bahasa Islandia maupun asing.

"Kata-kata adalah istana kita di Islandia," katanya dalam pidato pengukuhannya pada 1980.

Sebagai pendukung Uni Eropa, Vigdis memperjuangkan masuknya Islandia ke Wilayah Ekonomi Eropa pada 1994.

Meskipun ada penentangan mendalam dari banyak pihak yang memintanya untuk memblokir pemberlakuan Perjanjian Asosiasi Uni Eropa, salah satu dari sedikit kekuatan konstitusional presiden.

“Ini adalah episode tersulit dalam karir saya,” akunya.

Ia juga menekankan perlunya menanam pohon, karena pulau vulkanik di tengah Atlantik Utara tetap menjadi salah satu negara paling sedikit hutan di Eropa.

"Jika Anda memikirkannya, ini adalah dua elemen yang paling penting bagi setiap orang Islandia saat ini, alam dan bahasa," kata Pall Valsson, penulis biografi Vigdis, kepada AFP.

Sehingga, ia menambahkan, "Dia berpikir jauh di depan pada masanya."

Inspirasi

Setelah 4 dekade berlalu ini tetap menjadi panutan bagi orang Islandia.

Ia memegang rekor sebagai kepala negara dan pemerintahan wanita terlama yang dipilih nasional. Angela Merkel dari Jerman hampir menyamainya pada tahun depan.

"Dia membuka jalan bagi kita semua," kata Katrin Jakobsdottir, perdana menteri Katrin Jakobsdottir.

"Saya tumbuh dengan Vigdis sebagai presiden, dan saya pikir saya benar-benar menghargai pengaruhnya ketika keponakan saya yang berusia 6 tahun bertanya kepada saya, 'Bisakah seorang perempuan menjadi presiden?'" imbuh Jakobsdottir.

Ia terpilih setelah adanya sejumlah peristiwa penting untuk hak-hak perempuan.

Sebuah "pemogokan wanita" bersejarah pada Oktober 1975 memperlihatkan 90 persen wanita Islandia memprotes untuk pengakuan yang lebih besar atas peran mereka dalam ekonomi dan masyarakat.

Ketika Finnbogadottir berkuasa, baru 5 persen anggota parlemen melibatkan wanita.

Negara kemudian berkembang secara signifikan sejak saat itu dan menjadi pemimpin dunia dalam kesetaraan gender.

Selama 11 tahun terakhir, Islandia telah menduduki posisi yag bagus dalam indeks Kesenjangan Gender Forum Ekonomi Dunia, meskipun kesenjangan pendapatan tetap 13,7 persen, menurut Eurostat.

"Secara psikologis penting bagi orang-orang untuk tumbuh di negara di mana peran pemimpin juga dimodernisasi," kata Brynhildur Heidar, direktur Asosiasi Hak-Hak Wanita, Omarsdottir.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/13/151027170/perempuan-berdaya-vigdis-finnbogadottir-presiden-wanita-pertama-di-dunia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke