Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dulu Mesra, Kini “Bromance” Trump dan Pence di Ujung Tanduk

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Hubungan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Wakil Presiden AS Mike Pence di ambang kehancuran.

Hubungan antara duo pemimpin "Negeri Uncle Sam" tersebut semakin meregang ketika Pence menyatakan tidak memiliki kekuatan untuk membatalkan hasil pemilu AS 2020 yang menjadikan Joe Biden dari Partai Demokrat sebagai presiden berikutnya.

Trump langsung marah dan menumpahkan kekesalannya kepada Pence dalam sebuah unggahan di Twitter.

Para pejabat mengatakan, Trump telah lepas kendali selama beberapa pekan terakhir sebagaimana dilansir dair Business Insider, Jumat (8/1/2021).

Para pejabat itu menambahkan, kini Trump mengarahkan sebagian besar kemarahannya kepada Pence meski wakil presiden sekarang disebut masih setia.

Awal pekan ini, Pence dikatakan telah makan siang dengan Trump di mana dia mencoba menjelaskan bahwa dia tidak memiliki hak untuk membatalkan pengesahan kemenangan Biden.

Lebih lanjut, dalam sebuah surat pada Rabu (6/1/20201), dia mengatakan kepada Trump bahwa dia menjaga sumpahnya sebagai wakil presiden dan membela Konstitusi AS.

"Bahwa sumpah saya untuk mendukung dan membela Konstitusi membatasi saya untuk mengeklaim otoritas sepihak untuk menentukan suara elektoral mana yang harus dihitung dan mana yang tidak,” kata Pence.

Seorang sumber mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa Trump sangat marah ketika mendengar itu.

"Saya tidak ingin menjadi teman Anda - saya ingin Anda menjadi wakil presiden,” kata sumber itu menirukan Trump.

Pada Rabu juga, Trump menumpahkan kekesalannya di Twitter.

"Mike Pence harus datang untuk kita. Dan jika tidak, itu akan menjadi hari yang menyedihkan bagi negara kita,” kata Trump di Gedung Putih dalam pidatonya, Rabu.

Trump juga menyinggung Pence di Twitter dengan mengatakan bahwa Pence memiliki otoritas untuk menolak hasil pemilu AS.

"Jika Mike Pence melakukan hal yang benar, kami memenangi pemilu. Dia memiliki hak mutlak untuk melakukannya," twit Trump yang kemudian diblokir oleh Twitter.

Pence memang tidak memiliki kekuatan mencegah anggota parlemen mengesahkan kemenangan Biden dalam pemilu AS, meskipun Trump mengeklaim sebaliknya.

Saat para pendukung Trump menuju Gedung Capitol, mereka berteriak dengan riuh rendah, "Di mana Mike Pence?"

Pence memang berada di Gedung Capitol. Ketika para pendukung Trump mulai menyerbu Gedung Capitol, Pence beserta anggota Kongres AS direlokasi ke tempat yang aman.

Beberapa jam kemudian, setelah kerusuhan mereda, dia memimpin rapat Kongres yang mengesahkan Biden sebagai presiden terpilih dan Senator Kamala Harris sebagai wakil presiden terpilih.

Di tengah kekacauan, Trump juga menemui kepala staf Pence, Marc Short. Trump tampaknya juga menyalahkan Short karena memberikan saran kepada Pence untuk mengesahkan kemenangan Biden.

Trump salahkan semua orang kecuali dirinya sendiri

Karena akhir-akhir ini terus dijadikan kambing hitam oleh Trump, Pence tak tahan dan membuat kemarahannya memuncak. Padahal, Pence dikabarkan selalu terlihat tenang.

Anggota Senat AS dari Oklahoma, Jim Inhofe, mengatakan kepada Tulsa World bahwa dia belum pernah melihat Pence begitu marah.

"Saya mengobrol lama dengannya. Dia berkata, ‘Setelah semua hal yang telah saya lakukan untuknya’,” kata Inhofe.

Seorang sumber yang dekat dengan Pence secara retoris bertanya kepada CNN, apakah Trump khawatir bahwa pendukungnya yang menyerbu Gedung Capitol dapat melukai Pence atau keluarganya?

Sebelumnya, Ketua Americans for Prosperity, Tim Phillips, mengatakan kepada The Washington Post bahwa Pence memiliki kedekatan dengan Trump dan hubungan yang tahan lama terlepas dari perbedaan gaya dan pandangan mereka.

Di hari-hari terakhir kepemimpinannya, Trump mulai ditinggalkan sekutu dan koleganya satu per satu.

Hanya dalam waktu 24 jam terakhir, Menteri Pendidikan AS Betsy Devos, Menteri Transportasi AS Elaine Chao, dan Utusan Khusus AS untuk Irlandia Utara Mick Mulvaney memilih untuk menanggalkan jabatannya.

DPR AS, yang mayoritas dimpimpin oleh Partai Demokrat, memaksa Pence mengaktifkan Amandemen ke-25 untuk memecat presiden dari jabatannya lalu mengambil alih tugas presiden untuk sementara waktu.

Sejauh ini, Pence menolak untuk mengabaikan usulan itu, seperti dilaporkan Business Insider.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/09/061254770/dulu-mesra-kini-bromance-trump-dan-pence-di-ujung-tanduk

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke