Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Obama Marah Sebut Penyerbuan Gedung Capitol Hasil Kebohongan Donald Trump

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Mantan Presiden AS Barack Obama menyalahkan penyerbuan Gedung Capitol yang menyebabkan 4 orang tewas karena kebohongan Donald Trump.

Dia mengatakan kekerasan itu dihasut oleh presiden ke-45 itu yang telah menjejalkan kebohongannya yang konstan tentang pemilu AS 2020, seperti yang dilansir dari Mirror pada Kamis (7/1/2021). 

Pernyataan Obama merespons adegan kacau di Amerika ketika "preman" pro-Trump menerobos blokade polisi dan memasuki Kongres AS di Washington DC.

Para perusuh difoto di Ruang Senat dan bahkan duduk dengan kaki tegak di kantor Ketua Umum Nancy Pelosi.

Obama menggambarkan episode yang mengakibatkan 4 kematian tersebut, sebagai "momen aib dan aib besar bagi bangsa kita", meski ia menambahkan bahwa itu bukan kejutan total.

Demokrat mengklaim penipuan pemilu Trump sebagai "narasi fantasi" telah lepas kendali dan menyebabkan "crescendo kekerasan".

Presiden AS ke-44 meminta para pemimpin Republik untuk memilih antara "menyalakan api yang mengamuk" atau "memadamkan api".

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah kerusuhan terjadi, mantan presiden itu mengatakan, "Sejarah akan mengingat kekerasan hari ini di Capitol, yang dipicu oleh seorang presiden yang terus berbohong tanpa dasar tentang hasil pemilihan yang sah, sebagai aib besar dan memalukan bagi bangsa kita."

"Tapi, ini seperti meledek diri kita sendiri, jika kita memperlakukannya sebagai kejutan total. Selama 2 bulan sekarang, sebuah partai politik dan ekosistem medianya yang menyertainya terlalu sering tidak mau mengatakan yang sebenarnya kepada pengikut mereka," ujar Obama.

Kemudian, ia menegaskan bahwa pelantikan Joe Biden tetap akan berlangsung sesuai agenda semula, yaitu pada 20 Januari.

"Sekarang kami sedang melihat konsekuensinya (dari kebohongan Trump), melesat menjadi crescendo yang keras," ucapnya.

Obama menambahkan bahwa para pemimpin Republik sekarang memiliki pilihan "yang diperjelas di kamar demokrasi yang tercemar".

Dia mengatakan mereka dapat "melanjutkan jalan ini" untuk mendukung klaim penipuan pemilu palsu Trump atau "memilih kenyataan".

"Mereka bisa memilih Amerika," tulis mantan Presiden itu.

Demokrat menyatakan dukungannya untuk Partai Republik yang telah berbicara tentang kekerasan kemarin.

Ia memuji para pejabat pemilihan lokal yang telah menjalankan tugasnya dengan terhormat di tempat-tempat seperti Georgia meski diintimidasi.

Obama menambahkan, "Kami membutuhkan lebih banyak pemimpin seperti ini sekarang dan di hari-hari, minggu-minggu, dan bulan-bulan mendatang, karena Presiden Terpilih Biden bekerja untuk memulihkan tujuan bersama dalam politik kami."

"Tergantung kita semua sebagai orang Amerika, terlepas dari partai mana, untuk mendukungnya dalam tujuan itu."

Pagi ini, Trump menjanjikan "transisi yang teratur" setelah kemenangan pemilihan Joe Biden dikonfirmasi.

Presiden yang akan keluar itu mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Meskipun saya sama sekali tidak setuju dengan hasil pemilu, dan fakta menunjukkan kepada saya, tapi akan ada transisi yang tertib pada 20 Januari."

“Saya selalu mengatakan kami akan melanjutkan perjuangan kami untuk memastikan bahwa hanya suara sah yang dihitung," ucapnya.

“Meskipun ini mewakili akhir masa jabatan pertama terbesar dalam sejarah kepresidenan, ini hanyalah awal dari perjuangan kami untuk Make America Grea Again!” tandasnya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/08/082549570/obama-marah-sebut-penyerbuan-gedung-capitol-hasil-kebohongan-donald-trump

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke