Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Diskriminasi ke Bisnis Makanan Asia Meningkat Selama Pandemi Covid-19

WASHINGTON, KOMPAS.com - Ketika virus corona menyebar ke seluruh AS, intoleransi terhadap orang Asia-Amerika turut meningkat. Pasalnya virus Covid-19 ini diberitakan muncul pertama kali di China.

Laporan dari Stop AAPI Hate, sebuah koalisi kelompok advokasi Asia-Amerika pada Agustus lalu menyatakan, mereka menerima lebih dari 2.500 laporan ujaran kebencian dan diskriminasi di seluruh negeri.

Kelompok tersebut didirikan pada Maret, saat wabah virus corona mulai memburuk di AS. Mereka menerima data dari 47 negara bagian, dengan 46 persen insiden terjadi di California, diikuti dengan 14 persen di New York.

Selain itu, usaha kecil Asia-Amerika termasuk yang paling terpukul oleh penurunan ekonomi selama pandemi.

Secara keseluruhan aktivitas bisnis kecil di seluruh AS menurun sebesar 22 persen mulai Februari hingga April, tapi aktivitas pemilik bisnis Asia-Amerika turun 26 persen, menurut sebuah studi oleh National Bureau of Economic Research.

“Banyak bisnis yang masih berdiri menjadi sasaran stigmatisasi,” kata Clarence Kwan, pencipta majalah masak anti-rasis Chinese Protest Recipes, melansir AP pada Minggu (20/12/2020).

“Terjadi vandalisme terhadap restoran. seakan pandemi belum cukup, ada ancaman tambahan bagi bisnis Asia dari kebencian yang masih ada, " tambahnya.

Pembicaraan tentang stigmatisasi makanan Asia mencapai puncaknya bulan ini setelah kontestan MasterChef: The Professionals, Philli Armitage-Mattin, menggunakan frase Dirty Food Refined dan tagar #prettydirtyfood di bio Instagram-nya, yang menggambarkannya sebagai spesialis makanan Asia.

"Pada tahun di mana komunitas China dan Asia Timur pada dasarnya disalahkan atas pandemi dan dihukum sebagai 'kotor', jenis narasi ini sama sekali tidak dapat diterima," tulis Kwan di Instagram.

Bio Instagram Armitage-Mattin telah diubah dan koki yang tinggal di London tersebut meminta maaf di Instagram. Dia juga bersikeras bahwa dia tidak pernah bermaksud menghina siapa pun.

“Yang saya maksud dengan makanan kotor adalah makanan jalanan. Makanan yang menghibur Anda seperti, saat pergi makan keluar untuk makan burger kotor,” tulisnya.

Namun Kwan mengatakan, khususnya dalam suasana saat ini, frasa seperti itu bisa berbahaya.

“Itu adalah cara yang sangat sembrono, cuek, dan tuli akan perbincangan tentang makanan Asia,” katanya.

Retorika rasis yang menyebut makanan Asia kotor atau sarat penyakit sudah ada sejak tahun 1850-an, kata Ellen Wu, seorang profesor sejarah di Indiana University.

Wu mengatakan anggapan keliru bahwa orang China makan tikus atau daging anjing muncul karena adanya ketakutan dari pekerja kulit putih Amerika.

Pekerja imigran China sering dijadikan kambing hitam atas kesengsaraan ekonomi yang mereka alami.

“Bagi orang kulit putih Amerika, imigran baru ini memberikan ancaman yang berbeda dari imigran lainnya,” kata Wu, yang merupakan keturunan Asia-Amerika.

Profesor bahasa Inggris Anita Mannur dari Universitas Miami mengatakan, krisis saat ini mengingatkannya pada kartun rasis pada akhir 1800-an.

Saat itu ada iklan racun tikus yang mengilustrasikan seorang pria China akan memakan salah satu hewan pengerat.

Mannur yang merupakan keturunan India-Amerika mengatakan, narasi palsu seperti itu terus-menerus dibuat.

Contohnya dengan mengatakan bahwa lingkungan Chinatown China-Amerika adalah sarang kejahatan, orang Asia kurang beradab, dan melakukan kerusakan lingkungan yang sangat cepat.

“Orang-orang rumahnya dihiasi dengan benda-benda seperti 'Pemakan anjing tinggal di sini,'” katanya. “Orang-orang dipukuli dan diludahi. Orang-orang disuruh kembali ke China. "

Benny Yun, pemilik restoran Yang Chow di distrik Chinatown Los Angeles dan dua lokasi lainnya di California Selatan berujar, meskipun bisnisnya selamat dari pandemi, mereka mendapat telepon iseng hampir setiap hari.

Mereka kerap ditanya apakah memiliki anjing atau kucing di menu atau meniru aksen Asia yang kental.

“Bagian terburuknya adalah jika mereka menyadari Anda berbicara bahasa Inggris dengan sempurna. Mereka hanya memberi Anda pesanan acak dan kami menyiapkannya. Tapi mereka bahkan tidak datang untuk mengambilnya. Buang-buang waktu dan uang, ”kata Yun.

Selama bertahun-tahun, pengawas kesehatan dituduh melakukan penurunan nilai pada restoran China. Alasannya karena restoran itu menggunakan metode memasak dan presentasi tradisional, seperti menggantung bebek panggang di jendela depan.

Klaim umum namun tidak terbukti secara ilmiah bahwa MSG (penguat rasa) menyebabkan penyakit, membuat bahan itu tidak populer di tahun 1970-an. Restoran Amerika-Asia terpaksa menghilangkan bahan itu dari dapur mereka.

Kwan menerangkan, penting bagi orang Amerika keturunan Asia untuk memprotes cara mereka diperlakukan. Termasuk melawan serangan bias dan rasisme terbaru, dengan terus merayakan makanan dan budaya mereka tanpa malu-malu.

“Kami tidak harus berubah. Kita bisa hidup, bernapas, dan makan persis seperti yang kita lakukan tanpa harus beradaptasi dengan supremasi kulit putih. Kami bangga dengan warisan kuliner kami,” tandasnya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/12/21/131039270/diskriminasi-ke-bisnis-makanan-asia-meningkat-selama-pandemi-covid-19

Terkini Lainnya

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke