BEIRUT, KOMPAS.com - Presiden Lebanon Michel Aoun menunjuk Saad Hariri untuk kembali menjabat menjadi perdana menteri dan membentuk kabinet baru dan dia berjanji melakukan reformasi dengan kabinet yang terdiri dari para ahli non-politik.
Michel Aoun pada Kamis (22/10/2020) memberi mandat kepada Saad Hariri untuk membentuk kabinet baru. Politisi kawakan berusia 50 tahun itu sudah pernah 3 kali menjabat perdana menteri.
Tahun lalu dia mengundurkan diri setelah tekanan gerakan protes yang menuntut reformasi. Kini untuk keempat kalinya, Hariri akan memimpin Lebanon, di masa-masa yang sangat sulit dan di tengah krisis mendalam.
"Saya akan bekerja untuk membentuk pemerintahan dengan cepat karena waktu hampir habis," kata Saad Hariri dan menegaskan, ini adalah "kesempatan satu-satunya dan terakhir" bagi Lebanon untuk melakukan perombakan politik dan reformasi menyeluruh.
Melansir DW Indonesia pada Jumat (23/10/2020), Saad Hariri mengatakan akan "membentuk kabinet yang terdiri dari para ahli non-politik dengan misi reformasi ekonomi, keuangan dan administrasi yang tertuang dalam peta jalan inisiatif Perancis".
Dia akan mulai melakukan konsultasi dengan berbagai fraksi di parlemen pada Jumat (23/10/2020).
Lebanon berada di bawah tekanan internasional untuk membentuk kabinet darurat yang independen guna mengatasi penurunan ekonomi yang diperburuk oleh pandemi virus corona dan ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus.
Insiden ledakan itu menyulut kemarahan warga dan menyebabkan pengunduran diri pemerintahan Perdana Menteri Hassan Diab, yang kemudian digantikan seorang diplomat yang relatif tidak dikenal, Mustapha Adib.
Namun tidak sampai sebulan, Adib juga menyerah dan meletakkan jabatan setelah mendapat penentangan dari beberapa partai utama di parlemen.
Saad Hariri didukung mayoritas parlemen
Segera setelah Presiden Michel Aoun menunjuknya, Saad Hariri diambil sumpahnya untuk menjabat perdana menteri baru.
Proses pembentukan kabinet biasanya berlangsung alot, karena tradisi pembagian kekuasaan antara blok-blok politik untuk menjaga keseimbangan antara berbagai komunitas politik dan agama.
Pada pemilihan parlemen 2018, Saad Hariri sendiri membutuhkan waktu 8 bulan untuk menyelesaikan susunan kabinetnya yang terakhir.
Pencalonannya pada Kamis didukung oleh 65 anggota parlemen, sementara 53 memberi suara abstain.
Saad Hariri terutama didukung oleh fraksi Sunni, Gerakan Amal. Fraksi Hezbollah yang berpengaruh tidak mengajukan calon yang bisa diterima oleh Presiden Lebanon, dan memberi suara abstain.
Saad Hariri adalah putra mantan Perdana Menteri Lebanon Rafiq Hariri, yang terbunuh pada Februari 2005 dalam peledakan bom terhadap konvoi kendaraannya di pusat kota Beirut.
HRW desak penyelidikan independen ledakan pelabuhan Beirut
Uni Eropa menyambut terpilihnya Saad Hariri dan menekan "perlunya pembentukan cepat pemerintah yang kredibel dan akuntabel".
Kembalinya Hariri ke politik terjadi hampir 3 bulan setelah ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut yang menewaskan lebih dari 200 orang dan menghancurkan sebagian ibu kota Lebanon.
Dua puluh lima orang telah ditangkap atas ledakan 4 Agustus itu, yang terjadi setelah kebakaran di gudang yang menyimpan ratusan ton amonium nitrat.
Namun, organisasi hak asasi Human Rights Watch (HRW) mengatakan pada Kamis (22/10), penyelidikan itu gagal memberikan hasil yang kredibel, dan menyerukan "penyelidikan internasional yang independen".
"Campur tangan politik ditambah dengan kegagalan lama sistem peradilan telah membuat penyelidikan domestik yang kredibel dan tidak memihak tampaknya tidak mungkin," kata HRW dalam sebuah pernyataan.
Demonstrasi kecil menentang Hariri terjadi di pusat kota Beirut pada Rabu malam waktu setempat (21/10/2020). Puluhan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentangnya dan berhadapan dengan para pendukungnya, namun pasukan keamanan masuk dan memisahkan kedua belah pihak.
https://www.kompas.com/global/read/2020/10/23/192509370/saad-hariri-jadi-perdana-menteri-lebanon-lagi-untuk-bentuk-kabinet