Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penjualan TikTok Ada 2 Versi, AS dan China Beda Suara

Akhir pekan lalu telah diumumkan Oracle dan Walmart bakal mengakuisisi sebagian saham TikTok dan menjadikan mereka mitra komersial.

Akan tetapi Amerika Serikat (AS) dan China memiliki versi masing-masing soal penjualan aplikasi berbagi video tersebut.

Dilansir dari AFP Senin (21/9/2020), berikut adalah pokok persoalannya.

1. Kepemilikan

Menurut para petinggi AS, pembelian TikTok akan membentuk entitas baru bernama TikTok Global, dengan Oracle mengelola keamanan data melalui cloud server-nya.

Walmart dan Oracle akan memegang 20 persen TikTok Global jelang penawaran saham, dan orang Amerika akan menduduki 4 dari 5 kursi dewan.

Presiden AS Donald Trump mengatakan, dia tidak akan merestui kesepakatan yang membuat TikTok tetap dimiliki atau dikendalikan China.

Oracle berkata, saat saham TikTok disitribusikan "orang Amerika akan menjadi mayoritas dan ByteDance tidak akan memiliki kepemilikan di TikTok Global".

Akan tetapi ByteDance selaku perusahaan induk TikTok membantahnya. Mereka menyebut itu "rumor palsu" dan akan mempertahankan 80 persen saham perusahaan baru tersebut.

2. Keamanan data

Trump yang berulang kali menuduh TikTok dapat mengancam keamanan nasional dan digunakan sebagai mata-mata, mengatakan data akan dikendalikan AS.

"Semuanya akan dipindahkan ke cloud yang dilakukan Oracle... sepenuhnya dikendalikan Oracle," ujar presiden ke-45 AS tersebut.

Namun dalam pandangan ByteDance, wacana itu tidak mengizinkan "transfer algoritme dan teknologi apa pun", tapi mengizinkan Oracle meninjau source code TikTok AS.

James Lewis kepala kebijakan teknologi untuk Pusat Kajian Strategis dan Internasional mengatakan, rencana tersebut tampak terstruktur "di mana TikTok Global akan melisensikan algoritme sebagai layanan" tanpa melepaskan teknologinya, di bawah istilah yang sering digunakan dalam cloud computing.

3. Peluang sukses

Kesepakatan itu berpotensi sama-sama memuaskan Washington dan Beijing, karena "ByteDance tidak harus berbagi algoritme dan tidak harus menyerahkan sahamnya," lanjut Lewis.

Untuk pihak AS, "Oracle dapat memantau source code ByteDance dalam berbagai masalah dan spyware."

Akan tetapi media pemerintah China Global Times menyarankan, Beijing harus memveto apa yang disebutnya "perampokan" teknologi China.

"China tidak akan menerima intimidasi yang diatur semacam ini dari AS," tulis surat kabar itu dalam editorial-nya.

"Jika China menyerah, negara mana di dunia yang bisa melawan?... Setelah Washington berhasil, AS akan menikmati hegemoni teknologi global selamanya."

Yun Zhu profesor keuangan di Universitas St John berpendapat, dia meragukan kesepakatan dengan China saat kedua negara bertarung di ring supremasi teknologi.

"Saya rasa ini tidak akan diselesaikan dengan cepat."

"Saya melihat ini baru awal," katanya seraya menambahkan ini adalah salah satu tahap konflik panjang terkait "menambang aset digital".

https://www.kompas.com/global/read/2020/09/22/101653570/penjualan-tiktok-ada-2-versi-as-dan-china-beda-suara

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke