BEIRUT, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron kunjungi simbol persatuan Lebanon, penyanyi Fairouz, saat tiba di Beirut, Lebanon pada Senin malam (31/8/2020).
Fairouz adalah salah satu penyanyi paling terkenal di dunia Arab, yang telah menjadi soundtrack Lebanon dari masa kejayaannya yang glamor, melewati era konflik, hingga trauma terbaru pasca-ledakan besar di Beirut.
Wanita berusia 85 tahun itu dianggap sebagai harta nasional dan simbol perdamaian, melampaui perpecahan faksi dan sektarian di Lebanon dan sekitarnya.
Informasi yang dikutip dari Reuters pada Senin (31/8/2020), masyarakat Lebanon masih marah pada elit politik Lebanon atas krisis ekonomi dan ledakan besar yang terjadi di pelabuhan Beirut pada awal Agustus.
Kemarahan masyarakat tergambarkan dari massa yang berkumpul dan menyampaikan beberapa seruan saat Macron kunjungi seniman tersebut pada Senin malam itu.
Para pengunjuk rasa berkumpul di luar rumah Fairouz, dengan mengangkat papan bertuliskan, "Tidak ada kabinet oleh, atau dengan, para pembunuh" dan "Jangan berada di posisi yang salah dalam sejarah!"
Beberapa kelompok meneriakkan "Jangan Adib", yang mengacu pada dipilihnya Mustapha Adib sebagai perdana menteri yang baru oleh para pemimpin Lebanon di bawah tekanan Perancis, pada Senin.
Setelah meninggalkan rumah Fairouz, Macron berhenti untuk berbicara dengan massa.
“Saya membuat komitmen kepadanya (Fairouz), seperti saya membuat komitmen kepada Anda di sini malam ini, untuk melakukan segalanya agar reformasi dilaksanakan dan Lebanon menerima dengan lebih baik," katanya.
Ia meyakinkan massa dengan berkata, "Saya berjanji kepadamu. Aku tidak akan meninggalkanmu," ucapnya dalam sebuah siaran TV.
Macron mengunjungi Beirut untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari sebulan untuk mendesak dibentuknya pemerintahan baru, yang terdiri dari para ahli yang tidak ternoda oleh korupsi dan mampu membasmi korupsi, pemborosan dan kelalaian.
Selain itu, sosok yang dapat membangunan Lebanon kembali setelah ledakan dahsyat pada 4 Agustus yang menghancurkan sebagian besar wilayah Beirut dan menewaskan 190 orang.
Pertemuan yang hangat
Macron menggambarkan pertemuannya dengan Fairouz "sangat indah, sangat bernilai".
"Saya mengatakan banyak hal kepadanya, yang mana dia juga menggambarkannya kepada saya, tentang Lebanon yang kami cintai dan yang diharapkan banyak orang, nostalgia yang dimiliki banyak orang," ujar Macron.
Ditanya tentang lagu Fairouz favoritnya, ia menyebut "To Beirut", yang diputar saluran lokal sambil menunjukkan gambar ledakan dan akibatnya.
Penyanyi yang penuh karisma ini jarang berbicara di depan umum, tetapi liriknya sangat dikenal dari Rabat hingga Baghdad.
“Aku mencintaimu di musim panas, aku mencintaimu di musim dingin,” beberapa lirik dari salah satu lagu Fairouz yang terkenal, dirilis sebelum Lebanon masuk ke masa perang saudara 1975-1990, dan ketika Lebanon masih terkenal sebagai Swissnya Timur Tengah dan menarik idola Hollywood ke restoran dan pantainya yang bagus.
Lagu-lagunya didengarkan lintas agama dan faksi, baik Kristen, Muslim atau Druze, bahkan ketika mereka menumpahkan darah satu sama lain di jalanan.
Fairouz telah mengundang decak kagum dari presiden Perancis sejak zaman dahulu.
Francois Mitterrand, presiden Perancis ke-21 (1981-1995) menganugerahinya Order of Arts and Letters pada 1988. Lalu, Jacques Chirac, presiden Perancis ke-22 (1995-2007) menyerahkan Legion of Honor kepadanya pada 1998.
Fairouz, lahir di Nouhad Haddad, tampil di televisi Eropa untuk pertamanya pada 1975 di sebuah acara Perancis. Pada 1979, lagunya "Paris, Oh Flower of Freedom" menyertakan kata-kata "Perancis, apa yang ingin saya ceritakan tentang negara saya yang terluka?"
Selama perang saudara, Fairouz melakukan tur ke luar negeri, hanya mengadakan satu konser di Lebanon, di atas panggung yang melintasi garis depan ibu kota yang saat itu terpecah.
https://www.kompas.com/global/read/2020/09/01/080304770/presiden-perancis-emmanuel-macron-kunjungi-sosok-pemersatu-lebanon-usai