Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkumpul untuk Pawai Hak Sipil Kulit Hitam, Massa Orasikan Kebrutalan Polisi Kulit Putih

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ribuan orang berkumpul untuk memperingati Pawai bersejarah menuntut hak-hak sipil orang-orang kulit hitam di Washington DC pada 1963, dengan menunjukkan protes terhadap kebrutalan polisi terhadap orang kulit hitam Amerika.

Melansir Sky News pada Sabtu (29/8/2020), dalam unjuk rasa pada Jumat (28/8/2020), puluhan orang berorasi dengan penuh semangat tentang kekerasan yang sedang berlangsung terhadap warga kulit hitam di Amerika Serikat (AS), oleh orang kulit putih di bidang penegakan hukum. 

Kasus terakhir yang paling di sorot adalah penembakan Jacob Blake di Wisconsin.

Ayah Blake, juga bernama Jacob Blake, termasuk di antara mereka yang berbicara kepada orang banyak pada Jumat itu, memberi tahu mereka yang hadir bahwa ayahnya sendiri berada di Pawai pertama di Washington.

"Saya benar-benar tidak ingin datang menemui Anda semua di sini hari ini karena alasan ini," katanya, menambahkan, "Tetapi saya memiliki kewajiban."

Pendeta Al Sharpton, Martin Luther King III dan anggota keluarga korban lainnya yang meninggal atau terluka akibat kekerasan polisi juga berbicara di acara tersebut.

Pertemuan Jumat kemarin, 57 tahun sejak pidato "Saya punya mimpi" dari Martin Luther King Jr di lokasi yang sama, dan 5 hari setelah Blake (29 tahun), ditembak berulang kali oleh petugas polisi di kota Kenosha - di depan anak-anaknya.

Blake selamat dari serangan tembakan polisi, tetapi telah menjadi lumpuh dari pinggang ke bawah, menurut informasi keluarganya.

Penembakannya memicu protes massa, dengan orang-orang menuntut keadilan bagi kehidupan kulit hitam.

Dua orang tewas selama demonstrasi di Kenosha setelah seorang pemuda kulit putih, yang tertangkap video ponsel, melepaskan tembakan di tengah jalan dengan senapan semi-otomatis.

Kyle Rittenhouse, 17 tahun, didakwa sebagai pelaku pembunuhan.

Pendeta Sharpton, dengan organisasi hak-hak sipilnya, National Action Network merencanakan acara tersebut, mengundang keluarga George Floyd, Breonna Taylor, Rayshard Brooks, Ahmaud Arbery, Trayvon Martin, Eric Garner, dan Jacob Blake untuk berbicara pada Jumat itu.

Floyd, Taylor, Brooks, dan Garner, semuanya dibunuh oleh petugas polisi AS, sementara Arbery dan Martin keduanya dibunuh oleh orang kulit putih yang mengejar mereka dengan senjata.

Para pengunjuk rasa yang ambil bagian dalam unjuk rasa berdiri dalam antrian yang berjarak di beberapa jalan, ketika pihak koordinator bersikeras untuk mengecek suhu tubuh para peserta acara sebagai bagian dari aturan pembatasan penyebaran virus corona.

Mereka terlihat mengenakan masker dan juga duduk di kursi yang telah ditata dengan jarak tertentu.

Berbicara di kampanye tersebut, King III berkata, "Hari ini kami memperingati pawai tentang pekerjaan dan kebebasan pada 1963 di mana ayah saya menyatakan tentang mimpinya."

"Tapi, kita tidak boleh melupakan mimpi buruk Amerika tentang kekerasan rasis yang dicontohkan ketika Emmett Till dibunuh pada hari ini di 1955 silam, dan sistem peradilan pidana gagal untuk menghukum para pembunuhnya."

"Enam puluh lima tahun kemudian, kami masih berjuang untuk keadilan. Demiliterisasi polisi, membongkar penahanan massal, dan menyatakan dan dengan tekad yang kami bisa, bahwa kehidupan kulit hitam itu penting (black lives matter)."

Kemudian, Pendeta Sharpton mengatakan kepada massa selama pidatonya yang berapi-api, "Anda bertindak seolah-olah tidak ada masalah untuk menembak kami dari belakang. Anda bertindak seolah-olah tidak ada masalah untuk menahan kami saat kami berteriak, 'Saya tidak bisa bernapas' 11 kali."

"Kau bersikap seolah tidak ada masalah untuk menahan seseorang di tanah sampai kau memeras nyawanya."

Dia berseru, "Sudah waktunya untuk pembahasan baru."

Dia menambahkan, "Beberapa orang mengatakan kepada saya, 'Pendeta Al, kalian harus mencela mereka yang melakukan kekerasan, mereka yang menjarah?' Semua keluarga mengecam penjarahan. Apa yang belum kami dengar adalah Anda mencela penembakan."

"Kami akan berbicara menentang penjarahan, tetapi kapan Anda akan berbicara menentang penembakan polisi yang salah?"

Reverend Al Sharpton telah meminta mereka di negara bagian lain untuk berbaris di kantor senator AS mereka dan menuntut dukungan mereka terhadap reformasi kepolisian federal.

Pada Juni, Dewan Perwakilan Rakyat yang dikendalikan Demokrat mengesahkan UU Keadilan dalam Kepolisian terkait kasus George Floyd, yang akan melarang polisi menggunakan manuver cengkeraman dan mengakhiri imunitas hukum yang memenuhi syarat bagi perwira, di antara reformasi lainnya.

https://www.kompas.com/global/read/2020/08/30/135031170/berkumpul-untuk-pawai-hak-sipil-kulit-hitam-massa-orasikan-kebrutalan

Terkini Lainnya

Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Global
AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

Global
Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Global
Bebas Visa ke Korea Selatan, Mengapa Tak Kunjung Terwujud?

Bebas Visa ke Korea Selatan, Mengapa Tak Kunjung Terwujud?

Global
PBB: 56 Persen Korban Tewas di Gaza adalah Perempuan dan Anak-anak

PBB: 56 Persen Korban Tewas di Gaza adalah Perempuan dan Anak-anak

Global
[POPULER GLOBAL] Warga Israel Rusak Bantuan untuk Gaza | Jet Israel Bom Kamp Pengungsi Nuseirat

[POPULER GLOBAL] Warga Israel Rusak Bantuan untuk Gaza | Jet Israel Bom Kamp Pengungsi Nuseirat

Global
Erdogan: Lebih dari 1.000 Anggota Hamas Dirawat di RS Turkiye

Erdogan: Lebih dari 1.000 Anggota Hamas Dirawat di RS Turkiye

Global
Pemerintah Arab: Ibadah Haji Tanpa Izin akan Ditahan dan Kena Sanksi

Pemerintah Arab: Ibadah Haji Tanpa Izin akan Ditahan dan Kena Sanksi

Global
Tank Israel Terus Bergerak ke Rafah, Warga Sipil Kembali Mengungsi

Tank Israel Terus Bergerak ke Rafah, Warga Sipil Kembali Mengungsi

Global
Pengadilan Tinggi PBB Bakal Gelar Sidang Terkait Serangan di Rafah

Pengadilan Tinggi PBB Bakal Gelar Sidang Terkait Serangan di Rafah

Global
Seperti Ini 5 Tahun Persahabatan Putin dan Xi Jinping

Seperti Ini 5 Tahun Persahabatan Putin dan Xi Jinping

Global
Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Lebanon Cemas di Tengah Meningkatnya Ketegangan Hezbollah-Israel

Internasional
Meninju Buaya demi Selamatkan Saudara, Wanita Ini Terima Penghargaan Keberanian Raja Inggris

Meninju Buaya demi Selamatkan Saudara, Wanita Ini Terima Penghargaan Keberanian Raja Inggris

Global
Skandal Mantan Pengacara Militer Bocorkan Dokumen Perang Afghanistan

Skandal Mantan Pengacara Militer Bocorkan Dokumen Perang Afghanistan

Global
Israel: Kendaraan PBB Kena Serangan karena di Zona Tempur Rafah

Israel: Kendaraan PBB Kena Serangan karena di Zona Tempur Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke