Gencatan senjata sepihak ini dimulai pada Kamis (9/4/2020). PBB sendiri telah menyerukan kedua pihak untuk menghentikan serangan, demi melindungi warga sipil Yaman yang merupakan negara miskin, dari ancaman Covid-19.
Keputusan ini menandai terobosan pertama sejak pihak-pihak yang bertikai memyetujui gencatan senjata yang diperantarai PBB di Swedia pada akhir 2018.
"Koalisi telah menentukan... untuk mendukung upaya melawan penyebaran pandemi Covid-19," kata juru bicara aliansi militer, Turki al-Maliki, dikutip dari AFP Rabu (8/4/2020).
"Koalisi mengumumkan gencatan senjata komprehensif di Yaman untuk jangka waktu dua minggu mulai Kamis," lanjutnya.
AFP mengabarkan, gencata senjata dua minggu yang bisa diperpanjang ini bertujuan menciptakan "kondisi yang tepat" untuk pertemuan yang digelar PBB.
Maliki menambahkan, pihak-pihak yang bertikai akan dipertemukan PBB untuk melakukan gencatan senjata permanen di Yaman.
Para pemberontak -yang berpihak kepada Iran- belum menanggapi keputusan ini.
Tetapi beberapa jam sebelum pengumuman, para pemberontak merilis sebuah dokumen komprehensif yang menyerukan penarikan pasukan asing dan mengakhiri blokade koalisi di darat, laut, dan bandara Yaman.
Koalisi, yang meluncurkan invasi militernya untuk mendukung pemerintah Yaman yang diakui secara internasional pada 2015, mengatakan pihaknya berkomitmen penuh untuk gencatan senjata 2 minggu.
Lalu ketika ditanya bagaimana tanggapannya jika pemberontak tetap melakukan serangan selama gencatan senjata, seorang pejabat Arab mengatakan, pihaknya akan "melindungi rakyatnya".
Utusan khusus PBB Martin Griffiths menyambut baik gencatan senjata ini, dan menyerukan pihak-pihak yang bertikai untuk "segera menghentikan semua permusuhan secepat mungkin".
Gencatan senjata ini dilakukan saat Arab Saudi berupaya melepaskan diri dari konflik lima tahun yang telah menewaskan puluhan ribu orang, dan membuat PBB mengatakannya sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman, meminta para pemberontak untuk "menunjukkan niat baik" dengan secara serius terlibat dalam perundingan.
"Gencatan senjata dua minggu diharapkan akan menciptakan iklim yang lebih efektif untuk mengurangi ketegangan," tulisnya di Twitter.
PBB sendiri telah berulang kali menyerukan penghentian segera konflik di Yaman, untuk mencegah konsekuensi dari wabah virus corona.
Sistem perawatan kesehatan Yaman yang rusak sejauh ini belum mencatatkan kasus Covid-19, tetapi kelompok-kelompok bantuan telah memperingatkan, ketika nantinya ada kasus akan menjadi bencana besar.
Tensi tinggi baru-baru ini terjadi lagi antara Houthi dan pasukan Yaman yang dibantu Riyadh, di sekitar distrik utara strategis Al-Jouf dan Marib, mengakhiri jeda selama berbulan-bulan.
Akhir bulan lalu pertahanan udara Arab Saudi menggagalkan serangan rudal Houthi di atas Riyadh dan kota perbatasan Jizan. Sebanyak dua warga sipil terluka, buntut dari serangan tersebut.
Itu merupakan serangan besar pertama di Arab Saudi sejak Houthi menawarkan gencatan senjata pada September 2019, setelah serangan ke instalasi minyak Arab Saudi.
Kemudian pekan lalu koalisi melakukan beberapa serangan udara di ibu kota Yaman yang dikuasasi pemberontak Sanaa, sebagai balasan atas serangan rudal.
https://www.kompas.com/global/read/2020/04/09/222430670/demi-tangani-virus-corona-arab-hentikan-serangan-ke-houthi-2-minggu