BORONG, KOMPAS.com - Kelompok Tani Santa Klara Peot, Kelurahan Peot, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur, NTT yang didirikan pada 2010 fokus pada kegiatan produksi pangan lokal.
"Selama ini berbagai pangan lokal telah diproduksi. Kini mereka mulai memproduksi camilan stik dan biskuit berbahan dasar tepung sorgum," ujar tokoh milenial Manggarai Timur Frumensius Fredrik Anam yang biasa disapa Mensi Anam kepada Kompas.com, Kamis, (21/7/2022).
Mensi Anam mengatakan bahwa sekitar 400 bungkus biskuit sorgum akan dikirim ke Jakarta.
Mereka juga pesan ke beberapa toko atau kios di sekitar Kota Borong bahkan hingga Kota Labuan Bajo.
Tepung sorgum diperoleh dari Paroki Robek Kecamatan Reo Barat, Kabupaten Manggarai dengan harga Rp 30.000 per kilogram.
Baca juga:
Mensi Anam menjelaskan, sorgum termasuk makanan bergizi. Sorgum juga menjadi makanan yang direkomendasikan untuk mengatasi stunting.
Di wilayah utara Manggarai Timur lagi ramai penggalakan penanaman dan budi daya sorgum.
"Dahulu, tanaman ini menjadi tanaman sisipan sebagai pembatas antar pemilik huma/ladang satu dengan yang lainnya. Biasanya pada ladang yang berbentuk jaring laba-laba (lingko). Sorgum menjadi makanan tambahan, bukan makanan utama. Petani ladang tetap fokus pada tanaman padi," jelasnya.
Kini tanaman sorgum, lanjut Mensi Anam, tidak lagi menjadi tanaman sisipan melainkan digalakkan untuk menjadi tanaman utama.
Sorgum cocok pada iklim tropis seperti di Kabupaten Manggarai Timur bagian utara.
Mensi Anam menambahkan, dalam beberapa kesempatan kunjungan Presiden Jokowi di NTT menyampaikan agar NTT membudidayakan sorgum secara masif karena iklim dan tanahnya sangat cocok.
Mensi Anam menjelaskan bahwa ia dulu kerap menyantap sorgum yang dicampur dengan beras. Selain itu, sorgum juga dapat digoreng. Menurut Mensi Anam, rasa sorgum seperti ketan.
Baca juga: