KOMPAS.com - Bubur suro merupakan salah satu makanan yang disajikan secara khusus saat perayaan Tahun Baru Islam tiba
Menurut sejarawan Heri Priyatmoko, bubur suro merupakan salah satu alat atau uba rampe (dalam bahasa Jawa) yang selalu dihadirkan untuk merayakan Tahun Baru Islam.
"Bubur suro itu difungsikan sebagai sesajen yang khusus dibuat saat momen perayaan 1 Suro," tutur Heri kepada Kompas.com, Senin (9/8/2021).
Baca juga: Resep Bubur Suro Khas Tahun Baru Islam, Disajikan Lengkap dengan Lauk
Heri menyampaikan, bubur suro sudah diracik sejak perayaan 1 Muharram dan langsung ditujukan sebagai sesajen.
Bagi umat Islam, khususnya masyarakat Jawa, bubur suro merupakan sebuah sarana doa untuk mendapat keselamatan, umur panjang, dan rejeki yang lancar.
"Orang Jawa itu sering melakukan ritual dengan beragam jenis sesajen dan salah satunya itu bubur suro," kata Heri.
"Bubur suro dihadirkan pada malam 1 Suro memang untuk menjadi ciri khas. Maksudnya ciri khas itu, bubur suro tidak pas untuk acara nikahan, hanya untuk Tahun Baru Islam," lanjutnya.
Baca juga: 8 Makanan Khas Tahun Baru Islam di Indonesia, dari Bubur Suro sampai Apem
Dalam prosesnya, bubur suro memang sengaja disajikan untuk melengkapi ritual doa yang akan dilaksanakan.
Bubut suro akan disiapkan untuk ritual doa. Setelah didoakan, bubur suro baru boleh disantap.
"Ini yang dimaksud kalau makanan dalam kebudayaan Jawa tidak melulu untuk mengeyangkan perut tetapi juga untuk ritual tradisional," kata Heri.
Baca juga: Filosofi Bubur Suro Khas Tahun Baru Islam, Tiap Lauknya Pun Bermakna
Meski disebut sebagai sesajen, Heri menyampaikan, bubur suro tidak bisa dibilang sebagai tindakan musyrik.
"Tidak bisa dibilang klenik atau musyrik ya karena orang Jawa pada saat itu dan sampai sekarang memang melakukan ibadah atau doa yang pakai sarana," jelas Heri.