Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia, Negara Penghasil Limbah Makanan Peringkat Kedua Tertinggi di Dunia

Kompas.com - 13/10/2020, 17:19 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara penghasil food waste atau limbah makanan tertinggi di dunia.

Hal tersebut tercantum dalam laporan berjudul “Fixing Food: Towards the More Sustainable Food System” yang dirilis The Economist pada 2011.

Dalam laporan tersebut dinyatakan bahwa rata-rata orang Indonesia membuang pangan sekitar 300 kilogram setiap tahunnya.

Baca juga: Apa Bedanya Food Loss dan Food Waste? Limbah Makanan yang Jadi Masalah

“Suatu angka yang luar biasa dan memprihatinkan, yang jelas ini jadi ancaman bagi ketahanan pangan dan gizi Indonesia,” kata Vice Chairperson of CODEX Alimentarius Commission Prof. Dr. Purwiyatno Hariyadi, MSc., CFS., narasumber dalam acara webinar “Foodcycle World Food Day 2020” pada Jumat (9/10/2020).

Selain jadi hal yang memprihatinkan, hal tersebut juga sekaligus jadi ironi tersendiri.

Pasalnya, di saat yang sama masih banyak orang Indonesia yang mengalami kekurangan pangan bahkan kelaparan.

Kondisi status gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia

Menurut Purwiyatno, ketahanan pangan dan gizi yang baik bisa tercermin dari jumlah individu yang mampu hidup sehat, aktif, dan produktif.

Itu jadi indikator dari keamanan pangan dan keamanan nutrisi penduduk suatu negara.

Baca juga: 5 Manfaat Zero Waste Cooking, Tren Kurangi Sampah Makanan

Di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 angka balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk adalah 17,7 persen.

Angka tersebut relatif turun jika dibandingkan pada data tahun 2013 yakni sekitar 19,6 persen.

Ilustrasi anak-anak kekurangan makananShutterstock/coffee prince Ilustrasi anak-anak kekurangan makanan

Namun walau begitu, bisa dibilang angka tersebut masih cukup tinggi dan belum mencapai target.

“Itu artinya sampai sekarang ini masih terdapat 18 dari 100 balita terindikasi adanya kekurangan konsumsi pangan dan kelaparan pada sebagian besar atau sebagian penduduk Indonesia,” papar Purwiyatno.

Selain masalah kekurangan gizi, masalah stunting pada balita juga penting dalam hal ketahanan pangan dan gizi yang baik.

Baca juga: Tips Kurangi Sampah Makanan, Olah Semua Bagian Bahan Makanan

Menurut data Riskesdas yang sama, jumlah balita yang pendek dan sangat pendek dari tahun 2007 sekitar 37,2 persen telah menurun menjadi 30,8 persen pada 2018.

Namun lagi-lagi jumlah ini belum juga mencapai target. Angka tersebut masih terlalu tinggi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com