“Data ini menunjukkan permasalahan mengenai kekurangan pangan dan kelaparan. Baik kelaparan yang kentara maupun yang tidak kentara,” tutur Purwiyatno.
Di sisi lain, data Riskesdas menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang mengalami kelebihan berat badan.
Baca juga: Suka Coba Makanan dan ke Kafe Baru? Jangan Lupa Habiskan Makanannya
Ada peningkatan jumlah individu dengan umur lebih dari 18 tahun yang mengalami berat badan berlebih.
Disebutkan bahwa ada 8,6 persen orang dewasa yang mengalami berat badan berlebih pada 2007. Sementara pada 2018, jumlah tersebut meningkat menjadi 13,6 persen.
Sementara untuk obesitas, ada sekitar 10,5 persen orang dewasa yang mengalami obesitas pada 2007. Jumlah tersebut naik dua kali lipat menjadi 21,8 persen pada 2018.
Purwiyatno menyebutkan angkat tersebut adalah cerminan bahwa individu mempunyai status kesehatan, aktivitas, dan produktivitas yang kurang prima.
“Kondisi ini tidak serta merta menunjukkan ketersediaan pangan telah melimpah, tetapi bisa mencerminkan kualitas pangan yang tersedia kurang baik,” jelas Purwiyatno.
Jumlah peningkatan orang Indonesia yang obesitas, disebutkan Purwayitno bisa menjadi tanda banyak individu yang mengonsumsi sumber pangan berkalori tinggi.
Terutama makanan yang menganduk lemak dan minyak dalam jumlah banyak.
Baca juga: FoodCycle Indonesia, Bantu Kurangi Limbah Makanan di Jabodetabek
Sumber pangan tersebut secara umum memang punya harga pasaran yang lebih murah.
Itu menunjukkan, kata Purwiyatno, bahwa Indonesia memiliki masalah soal ketersediaan pangan. Khususnya ketersediaan pangan yang aman dan bergizi.
Hal tersebut semakin diperparah dan jadi ironi dengan adanya laporan The Economist tadi. Apalagi ada juga laporan sejenis dari Food Food and Agriculture (FAO) dari Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) yang berjudul “Global Food Losses and Food Wastes”.
Laporan tersebut menyatakan bahwa secara global, kira-kira 1/3 pangan yang diproduksi untuk konsumsi manusia ternyata hilang karena tercecer atau susut sebelum diolah untuk konsumsi.
Sampah bahan makanan dari panen, pasca-panen, sampai distribusi ini yang disebut food loss.
Selain food loss, ada juga yang terbuang mubazir menjadi limbah (food waste) di mana jumlahnya sangat besar yaitu sekitar 1,3 miliar ton per tahunnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.