Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar Membuat Kopi Latte Art bersama Barista Teman Tuli Difabis

KOMPAS.com - Galang Ahmad Ramadhan, barista teman tuli dari Difabis, menampilkan pembuatan coffee latte lengkap dengan latte art pada Rabu (27/9/2023).

Difabis merupakan kedai kopi dan teh di bawah naungan Baznas Bazis DKI Jakarta, dikelola oleh penyandang disabilitas tuli dan tunadaksa.

Barista disabilitas yang akrab disapa Rama itu memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam membuat kopi.

Atin, pendamping teman tuli sekaligus penyandang tunadaksa, menuturkan bahwa Rama termasuk salah satu barista difabel yang sudah memiliki Sertifikat Kompetensi Barista BNSP.

Atin menjadi narahubung ketika barista teman tuli melakukan aksi pembuatan espreso hingga latte art dalam acara peluncuran Asta Karya di Aryaduta Suites Semanggi.

Ia mulai menjelaskan pembuatan kopi gula aren di Difabis. Mulai dari penimbangan bubuk kopi sebanyak 18 gram untuk 60 mililiter espreso.

"Kami menggunakan campuran kopi dari 70 persen arabika dan 30 persen robusta," jelas Atin.

Bubuk kopi dimasukkan ke dalam porta filter, lalu dipadatkan dengan kompres. Kemudian, Rama menekan tombol ekstrasi di mesin kopi untuk menjalankan proses ini selama 20-25 detik.

Sebelum menekan tuas pada mesin espreso, Rama menempatkan wadah untuk menampung espreso.

Espreso yang berhasil dibuat, kemudian disisihkan dan melanjutkan proses memanaskan susu cair.

"Susu itu diisi ke dalam wadahnya tidak boleh terlalu penuh. Takarannya sekitar 122 gram," ujar Atin.

Rama mulai memanaskan susu selama 10-15 detik hingga membentuk busa dan wadahnya terasa panas.

Busa susu segera diangkat dari steam wand mesin espreso, lalu dituang ke dalam gelas berisi espreso dengan posisi miring.

Ia membuat latte art bentuk tulip. Memiringkan gelas espreso dan memusatkan busa susu dari bagian tengah sebelum menariknya perlahan hingga membentuk bunga.

Kopi susu dengan latte art ini disajikannya untuk audiens. Ia membuat pola latte art yang sama untuk semua tamu hadir.

Selagi Rama melanjutkan pembuatan kopi untuk semua tamu, Atin menjelaskan lebih detail mengenai Difabis Coffee and Tea.

Kedai kopi ini sudah berdiri sejak 2021, memberikan peluang bagi penyandang disabilitas untuk bekerja dan berkarya dalam dunia perkopian.

Total enam orang, terdiri dari empat teman tuli dan dua tunadaksa, bergantian menjaga Difabis Coffee and Tea yang berada di dekat Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat.

"Sebelum di Difabis, mereka sudah memiliki pengalaman barista. Rama sudah pernah bekerja di Kopi Tuli dan mengikuti program pelatihan barista," ujar Atin.

Menu kopinya tidak berbeda dengan coffee shop biasa. Mulai espreso hingga kopi susu vietnam, tersedia di Difabis.

Harganya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 17.000 per gelas. Pelanggan bisa memilih kopi panas atau dingin sebelum memesan.

Atin menuturkan, barista teman tuli dapat membaca gerak bibir pelanggan saat memesan kopi atau teh.

Namun, untuk memudahkannya, pelanggan bisa menunjuk pilihan kopi di daftar menu yang sudah ada.

Papan bertuliskan "saya tuli" dan "silakan tunjuk menu" terpampang di bagian depan meja pesanan, sebagai informasi awal pelanggan yang datang ke kedai kopi ini.

Difabis Coffee and Tea buka mulai pukul 08.00-19.45 WIB setiap harinya. Jam kerjanya dibagi menjadi dua sif.

Kini, Difabis Coffee and Tea memiliki lima cabang terbaru, yakni di Kantor Walikota Jakarta Utara, Kantor Walikota Jakarta Timur, BKB Matraman, dan Kantor Walikota Jakarta Barat.

  • Cara Gaet Milenial Jadi Petani Kopi Muda, Regenerasi Petani Indonesia
  • Mesin Kopi Otomatis dan Gerai Mini Starbucks dari Nestle Professional, Seperti Apa?
  • Resep Brownies Cokelat Panggang, Pakai Tambahan Kopi Instan

https://www.kompas.com/food/read/2023/10/01/140200275/belajar-membuat-kopi-latte-art-bersama-barista-teman-tuli-difabis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke