Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menjajal 3 Kuliner Khas Minang di Festival Makanan Sumatera Barat

KOMPAS.com - Festival Budaya Minang Luhak Nan Tigo 2022 kembali diadakan di Jakarta setelah ditunda selama dua tahun karena pendemi sejak 2019.

Pada acara ini ada sekitar 53 booth makanan khas Minang dan luar Minang hadir memenuhi lokasi.

Acara tersebut diadakan di lapangan sepak bola Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan sejak Jumat (22/7/2022) sampai Minggu (24/7/2022).

Saat berkunjung pada hari pertama, tim Kompas.com berkesempatan berkeliling sembari mencicipi beberapa makanan yang dijajakan.

Di antara banyaknya makanan khas Minang yang dijual, terdapat tiga jajanan jadul khas Minang yang menarik perhatian banyak pengujung. 

Ada bubur kampiun, bika bakar, dan lompong sagu. Saya memutuskan mampir ke masing-masing booth-nya. 

  • Festival Makanan Sumatera Barat Digelar di Jaksel 22-24 Juli 2022
  • Sejarah Perkembangan Kuliner Minang, Dulu Belum Ada Gulai

1. Bubur Kampiun

Bubur kampiun merupakan sajian manis khas Minang yang dibuat dari campuran kolak pisang, ketan hitam bertabur kelapa parut, sarikaya, bubur sumsum, candil, dan air gula merah. 

Dikutip dari buku "Pusaka Nenek Moyang, Yang Pantas Disayang: Kuliner Minangkabau" (2019) karya Mudijati Gardjito dkk terbitan PT Gramedia Pustaka Utama,  kata "kampiun" dalam bahasa Minang berarti juara (champion).

Sajian ini didominasi oleh rasa manis yang berasal dari perpaduan air gula merah, kuah kolak, dan sarikaya.

Di Minang, Sumatera Barat, bubur kampiun biasanya disantap pada pagi hari saat sarapan. Penjual bubur kampiun biasanya juga menyediakan aneka makanan pendamping seperti lopis, ketan, dan lemang untuk isian tambahan. 

Salah satu gerai bubur kampiun yang saya datangi yaitu gerai Uni Eli, penjual bubur kampiun yang berasal dari daerah Kamang, Sumatera Barat.

Isian bubur kampiun yang saya coba terdiri dari ketan putih, sarikaya, candil, kolak pisang, dan bubur sumsum yang disiram kuah santan berpadu gula merah.

Sebagai isian pelengkap bubur sumsum, saya memilih lopis yang disiram sedikit gula aren.

Perpaduan kuah santan dan sarikaya terasa legit saat saya cicipi, ditambah pisang tanduk yang dimasak bersama kuah kolak.

Meskipun sebagian besar komponen terasa manis, tapi rasa gurih dari ketan putih pulen menurut saya dapat menetralisir, sehingga rasanya tidak terlalu manis. 

Seporsi bubur kampiun yang saya santap bersama sepotong lopis ini harganya Rp30.000. 

Pernah mendengar kuliner bika? bika di sini bukan ditujukan untuk bika ambon yang biasa ditemukan di Kota Medan. Tetapi bika yang berasal dari daerah Minang ,Sumatera Barat. 

Penjual bika bakar Mariani, mengatakan bahwa bika bakar merupakan jajanan legendaris khas Minang yang sudah ada sejak zaman dahulu.

"Ini jajanan jadul, dimasak dengan resep turun-temurun. Kalau berkunjung ke Sumatera Barat,  bika dapat ditemui di daerah Pariaman," kata Mariani saat ditemui oleh Kompas.com saat acara Festival Budaya Minang Luhak Nan tigo 2022 pada Jumat (22/7/2022).

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa bika dibuat dari campuran kelapa parut, tepung beras, dan gula. Adonan nantinya akan dituang ke dalam cetakan yang sudah dialasi daun waru.

Daun waru ialah jenis daun yang biasa tumbuh di pesisir pantai. Bentuk daunnya lebar dan sedikit kasar pada bagian bawah.

"Bika ini kalau kata orang Jawa, mirip dengan kue wingko," katanya.

Ada dua cara memasak bika, yaitu dibakar di dalam oven menggunakan api biasa, atau bisa juga menggunakan oven yang sumber panasnya berasal dari bara atau arang panas. 

Bika yang dibakar di dalam oven menggunakan api biasa biasanya dilakukan apabila lokasi penjualan tidak memungkinkan untuk membakar arang.

"Di sini pakai oven biasa, karena ga memungkinkan pakai arang. Kalau pakai arang harus di tempat yang terbuka," katanya. 

Lain halnya dengan gerai bika Mariani, gerai bika Tungku Baro Sungai Pua memillih membakar bika menggunakan arang atau bara api di lokasi festival.

"Rasanya beda kalau pakai arang, lebih enak dan aromanya pun sedap," kata penjual bika gerai Tungku Baru Sungai Pua Fitri saat ditemui oleh Kompas.com pada Jumat (22/7/2022).

Fitri menjelaskan supaya api pembakaran arang tetap awet, sebaiknya pilih kayu bakar yang bagus. 

"Dibakarnya pakai kayu surian (pohon suren), biar lebih tahan lama. Kalau pakai kayu kulit manis juga bisa, cuma susah ditemukan," katanya.

Waktu yang dibutuhkan untuk membakar bika yaitu sekiyar 10 sampai 20 menit. Durasi pembakaran tergantung kualitas arang yang dipakai.

Saat mencicipi bika, aroma gurih santan dengan sedikit cita rasa smooky terasa lezat di lidah.

Rasa manis yang dihasilkan tidak terlalu memenuhi lidah saya, justru manis alami bika lebih terasa dari perpaduan santan dan vanila.

Lelehan gula merah yang muncul dari sela-sela sagu bakar membuat saya tertarik mampir ke gerai jajanan berikutnya, yaitu lompong sagu.

Lompong sagu dibuat dari campuran sagu, gula merah, dan pisang. Nantinya adonan akan dibungkus di dalam daun pisang seperti pepes, setelah itu dibakar di atas arang panas hingga daun pisang nampak sedikit gosong.

Pada awalnya saya berpikir lompong sagu rasanya jauh lebih manis, karena warna cokelat dari sagu dan gula merah nampak medok. Ditambah gula merah yang nampak meleleh keluar dari balutan daun pisang.

Akan tetapi saat saya coba, justru rasanya gurih, asin, dan sedikit rasa manis.  Tekstur lompong sagu kenyal, berserat, dan padat. 

Pedagang lompong sagu di Festival Budaya Minang Luhak Nan Tigo 2022 Uni Rat mengatakan sebaiknya pilih lompong sagu yang nampak sedikit gosong. 

"Kalau masih lunak, nanti rasanya bukan lompong, tapi lapek (lepat)," katanya.

Seporsi lompong sagu yang saya coba harganya Rp 8000.

Buku "Pusaka Nenek Moyang, Yang Pantas Disayang: Kuliner Minangkabau" (2019) karya Mudijati Gardjito dkk terbitan PT Gramedia Pustaka Utama bisa dibeli secara online di Gramedia.com.

https://www.kompas.com/food/read/2022/07/24/160700175/menjajal-3-kuliner-khas-minang-di-festival-makanan-sumatera-barat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke