KOMPAS.com - Kotagede merupakan salah satu kecamatan di Yogyakarta yang memiliki beragam jajanan legendaris. Beberapa di antaranya ialah kuliner peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.
Walau sudah cukup lama, tapi jajanan legendaris tersebut masih ada hingga sekarang. Namun ada pula yang penjualnya mulai langka.
Murdijati Gardjito, peneliti di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada membagikan beberapa lis jajanan legendaris khas Kotagede yang menarik untuk diketahui. Berikut uraiannya.
1. Kipo
Kipo adalah jajanan dengan ukuran kecil yang terbuat dari tepung ketan dan diisi unti kelapa.
Mur menjelaskan bahwa kipo adalah salah satu jajanan khas Yogyakarta yang tidak terkontaminasi budaya asing. Jajanan ini pun merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.
"Jadi kipo itu memang merupakan salah satu makanan tradisional yang asli. Artinya asli Yogyakarta, Jawa yang tidak terkontaminasi budaya kuliner asing," ungkap Mur kepada Kompas.com.
Jika ingin mencoba kipo, kamu bisa datang di salah satu warung penjual kipo yang ada di sepanjang Jalan Mondorokan. Lokasinya dekat dengan Pasar Kotagede Yogyakarta.
2. Yangko
Yangko merupakan jajanan legendaris dari Kotagede yang cukup dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan jajanan ini dijual sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta.
Jika dilihat dari bahan dan tekstur, yangko mirip seperti mochi. Namun cara membuatnya sedikit berbeda.
Umumnya yangko dicetak lalu dibentuk menjadi kotak. Kemudian, tengahnya diisi dengan kacang tanah tumbuk.
"Jadi kalau yangko itu dibuat tumpuk dengan cetakan, lalu di antara dua lapis itu ada kacang tanah yang ditumbuk halus, lalu kemudian dipotong-potong, lalu diuwur-uwuri tepung supaya tidak lengket. Ya sama dengan mochi," terang Mur.
3. Ukel
Kotagede juga memiliki kudapan lain yang tak kalah daripada yangko dan kipo, yaitu ukel.
Ukel merupakan kue berbentuk angka delapan yang permukaannya dilapisi dengan gula. Jika dibandingkan dengan kipo, ukel lebih mudah ditemukan.
Bahkan kini banyak toko oleh-oleh di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang menjual ukel.
4. Banjar
Banjar memiliki bentuk yang sama dengan ukel. Pasalnya, kudapan ini terbuat dari adonan ukel yang digoreng tapi tidak dilapisi dengan gula.
"Banjar itu sebelum jadi ukel ya jadi banjar dulu. Jadi adonan berbentuk angka 8 itu yang sudah digoreng tapi belum diberi gula, namanya banjar," terang Mur.
Menurut Mur bentuk ukel dan banjar merupakan lambang dari sanggul wanita yang saat itu harus ke kraton.
"Lalu ukel sama banjar tadi bentuknya seperti sanggul para wanita yang harus ke kraton. Kan kalau masuk ke kraton harus pakai sanggul tekuk," ujarnya.
Menurut penuturan Mur, roti kembang waru adalah roti kuno di Kotagede. Mulanya, roti ini dibuat dari tepung beras tapi kini sudah diganti dengan tepung terigu.
"Aslinya itu terbuat dari tepung beras tapi setelah terigu datang, itu lalu bahannya berubah menjadi terigu," ungkap Mur.
Menurut cerita roti kembang waru terinspirasi dari pohon waru yang kala itu digunakan untuk membuat rangka dan wadah keris.
"Roti kembang waru itu sebetulnya memang orang-orang di Kotagede itu kan banyak yang menjadi pecinta keris karena dekat dengan keraton. Mereka itu membutuhkan banyak untuk rangka dan untuk wadahnya, itu kayu waru, karena itu banyak ditanaman pohon waru. Kemudian, itu mengilhami para wanita untuk membuat kue," terang Mur.
Sayangnya saat ini pembuat roti kembang waru mulai jarang. Kendati demikian kamu bisa mendapatkan di pasar Kotagede pada pagi hari. Atau, jika menghadiri acara arisan di Kotagede barangkali kamu akan disuguhi roti ni.
https://www.kompas.com/food/read/2021/11/07/210100875/5-jajan-tradisional-khas-kotagede-yogyakarta-salah-satunya-kipo