Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

9 Kue Tradisional pada Pernikahan Adat di Indonesia

KOMPAS.com - Di Indonesia, terdapat berbagai pernikahan adat dengan tradisi dan makna yang berbeda-beda.

Adanya pernikahan adat yang beragam ini karena jumlah budaya di Indonesia yang sangat banyak.

Dalam acara adat terutama pernikahan, makanan-makanan yang disajikan pun berbeda-beda tergantung adat daerah tersebut.

Selain hidangan utama, terdapat kue tradisional yang juga tak jarang mengundang perhatian.

Terdapat beberapa kue tradisional yang dihadirkan dalam acara pernikahan adat di Indonesia.

1. Jenang dan dodol

Kue tradisional pertama yaitu jenang dan dodol. Jenang merupakan kue yang tersedia dalam pernikahan adat Jawa.

Jenang terbuat dari campuran tepung beras dan tepung ketan yang memiliki tekstur lembut dan lengket.

Secara filosofi, kue ini diharapkan dalam kehidupan rumah tangga, terjalin kerja sama antara suami-istri.

Wajik termasuk kue tradisional yang hadir dalam pernikahan adat, khususnya adat Jawa.

Kue yang terbuat dari campuran beras ketan dan gula merah ini memiliki rasa yang manis.

Selain menjadi kue yang dihidangkan untuk para tamu, wajik juga digunakan sebagai kue hantaran.

3. Jadah

Masih dari pernikahan adat Jawa, kue tradisional lainnya yang ada dalam pernikahan ini yaitu jadah.

Kue ini terbuat dari beras ketan yang dimasak dengan santan, lalu dikukus dan dicetak dalam bentuk persegi.

Rasanya yang manis dan tekstur yang lengket memberi makna agar pasangan suami-isteri dapat memiliki hubungan yang erat hingga selamanya.

Kue tradisional lainnya hadir dari pernikahan adat di pulau Sumatera. Kue lauak merupakan kue tradisional yang hadir di acara pernikahan masyarakat Minang.

Kue berbentuk bulat ini terbuat dari ikan teri dan tepung beras. Kue lauak memiliki rasa yang renyah di bagian luar, tetapi lembut di bagian dalam.

5. Roti buaya

Roti buaya merupakan kue wajib yang sering dijadikan sebagai hantaran dalam adat pernikahan Betawi.

Kue ini memiliki simbol kesetiaan, karena diyakini bahwa buaya hanya akan menikah dengan satu pasangan dalam hidupnya.

Roti buaya nantinya akan dibagikan kepada kerabat atau orang yang masih lajang sehingga berharap bisa menemukan pasangan.

  • Kenapa Roti Buaya Identik dengan Pernikahan Adat Betawi?
  • 6 Fakta Roti Buaya yang Identik dengan Pernikahan Adat Betawi

6. Bannang-bannang

Kue tradisional berikut hadir dari pernikahan adat di Makassar khususnya masyarakat Bugis.

Bannang-bannang merupakan kue yang terbuat dari bahan dasar tepung beras dan gula merah.

Kue ini dibuat dengan cara digoreng sehingga membuat kue ini menjadi gurih dengan rasa yang manis.

Diberi nama bannang-bannang karena bentuk kue ini seperti benang kusut. Hal ini juga berhubungan dengan filosofi dalam pernikahan adat masyarakat Bugis.

Bentuknya yang seperti gulungan benang, diharapkan agar suami-isteri dapat menjalin rumah tangga tanpa henti walaupun di tengah kondisi tersulit sekalipun.


7. Baruasa

Masih berasal dari pernikahan adat Makassar khususnya masyarakat Bugis, terdapat kue baruasa.

Bahan utama dari kue ini yaitu tepung beras, kelapa parut sangrai yang sudah dicampur gula merah.

Kue ini memiliki cita rasa yang gurih karena proses memasaknya yang dipanggang dengan rasa yang sedikit manis.

Kue berwarna cokelat ini memiliki filosofi dalam pernikahan yaitu agar usia rumah tangga bisa abadi selamanya hingga maut memisahkan.

8. Se’ro-se’ro

Se’ro-se’ro merupakan kue yang berbahan dasar gula, tepung beras, telur, dan kanji. Kue ini terdapat dalam pernikahan adat Makassar.

Cita rasanya yang gurih dan manis hadir dalam kue yang memiliki filosofi tentang kehidupan yang melayani.

Dalam rumah tangga, kue ini percaya memiliki arti bahwa suami-isteri harus saling melayani satu sama lain.

Lemper merupakan kue tradisional yang hadir dalam pernikahan adat Jawa. Kue ini terbuat dari beras ketan berisi ayam suwir dan dibungkus dengan daun pisang.

Lemper sendiri dalam pernikahan adat Jawa memiliki makna agar pengantin menjadi pribadi yang rendah hati dan tidak boleh sombong.

Makna ini diambil dari kalimat “yen dilem atimo ojo memper”, yang berarti “ketika dipuji, hati tidak boleh sombong”.

https://www.kompas.com/food/read/2021/11/03/103300575/9-kue-tradisional-pada-pernikahan-adat-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke