Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Antonius Ferry Timur
Konsultan

Konsultan dan pemerhati pendidikan dasar, Direktur Yayasan Abisatya Yogyakarta

Menjadi Guru Sejati

Kompas.com - 28/11/2023, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERUBAHAN Kurikulum menjadi Kurikulum Merdeka menyiratkan semangat untuk menyegarkan perangkat-perangkat pengajaran agar sesuai tuntutan zaman.

Perubahan kurikulum kali ini disertai berbagai terobosan pembaruan melalui kebijakan yang termuat dalam 26 episode Merdeka Belajar, salah satunya adalah perbaikan kualitas guru melalui Program Pendidikan Guru Penggerak (PGP).

Dalam Program Merdeka Belajar, guru menjadi salah satu fokus kebijakan untuk pendorong peningkatan mutu pendidikan.

Kurikulum menjabarkan visi dan konsep dasar pendidikan dan karena itu sering dianggap sebagai jantung pengajaran.

Namun, sebagai perangkat, kurikulum hanyalah (salah satu) alat untuk mencapai perbaikan pendidikan. Perubahan kurikulum, hanya akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan jika faktor-faktor lain yang lebih krusial telah mendukung upaya itu.

Dalam konteks ini guru memegang posisi kunci transformasi pendidikan—selain faktor dana, visi pendidikan dan skema luas hubungan pendidikan dengan pembangunan bidang ekonomi, politik dan kebudayaan—sedemikian pentingnya peran guru sehingga Daoed Joesoef pernah berkata bahwa di dunia ini hanya ada dua profesi, yaitu profesi guru dan profesi lain-lain.

Dua jenis guru

Filsuf dan ahli pendidikan Prof Nicolaus Driyarkara mengidentifikasi dua jenis guru: pertama, guru yang kebetulan dan, kedua, guru yang betul-betul.

Guru yang kebetulan adalah mereka yang tidak memperoleh pendidikan atau persiapan menjadi guru, tetapi karena suatu alasan menjalankan peran/fungsi sebagai guru.

Guru yang betul-betul adalah mereka yang mengemban peran/fungsi sebagai guru setelah melalui persiapan memadai untuk peran, tugas, dan fungsinya itu.

Dengan identifikasi kedua tipe guru, hendak ditegaskan bahwa pendidikan guru merupakan proses penting bagi menjadinya seseorang, guru.

Meskipun demikian, proses pendidikan hanya menyangkut sisi formal dari upaya persiapan seseorang menjadi guru dan tidak menjamin bahwa melalui pelatihan dan pendidikan, seorang calon guru akan menjadi guru betul-betul.

Artinya, ada aspek selain pendidikan dan pelatihan yang krusial dalam proses menjadinya seseorang, guru. Aspek itu adalah motivasi.

Menurut Driyarkara, guru yang kebetulan menjadi guru tidak akan pernah menjadi guru yang betul-betul. Yang dimaksud Driyarkara adalah aspek motivasi yang menjiwai laku profesi sebagai guru.

Seseorang yang secara formal menjalani profesi guru—kendatipun awalnya ia menjadi guru secara serba kebetulan belaka, misalnya, karena tidak mampu memilih profesi atau bidang pekerjaan lain—diharapkan telah memiliki landasan motivasi (atau “jiwa”) yang kokoh dalam menerima profesinya bukan sekadar sebagai pekerjaan, tetapi sebagai panggilan hidup.

Ia menjalani profesi guru tidak dengan sikap dan cara pandang “apa adanya”, business as usual, tetapi dengan nyala api semangat yang menginspirasi kebaikan bagi murid-murid dan orang lain.

Sebagaimana tersaripatikan dalam konsep pendidikan pemerdekaan Paulo Freire, proses pemerdekaan murid melalui interaksi pembelajaran akan terwujud jika para guru sebagai pendidik telah lebih dahulu mengalami proses itu.

Motivasi guru dalam menjiwai profesi merupakan kunci bagi terciptanya proses pendidikan yang memerdekakan.

Dalam konteks tersebut, Program Guru Penggerak disiapkan secara formal untuk menjadi guru yang betul-betul, harus menjadi proses pemurnian dan pemantapan motivasi guru.

Oleh proses pemurnian motivasi itu, seseorang yang secara kebetulan belaka “tersesat” ke dalam profesi guru, pada akhirnya menampilkan sosok guru yang betul-betul.

Guru yang betul-betul guru diandaikan mampu menumbuhkan di dalam dirinya motivasi internal atas panggilan profesinya.

Rumusan pembelajaran yang kritis, kreatif, inovatif tersarikan dari gambaran sosok guru yang juga kritis, kreatif dan inovatif, kapanpun dan di manapun interaksi belajar-mengajar dilaksanakan.

Idealisme tentang pendidikan sebagai proses pemerdekaan hanya mungkin terwujud jika guru-guru bermotivasi kuat menjalankan tugas, fungsi dan perannya, yaitu sebagai guru yang betul-betul, bukan guru yang kebetulan.

PGP tumbuhkan guru sejati

PGP merupakan Episode 5 dari Program Merdeka Belajar. Guru Penggerak sebagai pendorong transformasi pendidikan Indonesia, diharapkan dapat mendukung tumbuh kembang murid secara holistik sehingga menjadi Pelajar Pancasila, menjadi pelatih atau mentor bagi guru lainnya untuk pembelajaran yang berpusat pada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan.

Arah program Guru Penggerak berfokus pada pedagogi, serta berpusat pada murid dan pengembangan holistik, pelatihan yang menekankan pada kepemimpinan instruksional melalui on-the-job coaching, pendekatan formatif dan berbasis pengembangan, serta kolaboratif dengan pendekatan sekolah menyeluruh.

Pelatihan kepemimpinan sekolah baru diawali dengan rekrutmen calon Guru Penggerak. Selanjutnya dilakukan pelatihan Guru Penggerak dengan mengikuti lokakarya pada fase pertama dan pendampingan pada fase kedua.

Melalui PGP, Pemerintah ingin menumbuhkan profesi guru lebih bermartabat, terhormat, dan membanggakan, dan menjadi guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai agen transformasi pendidikan.

Budaya positif

Dari perbincangan yang dilakukan penulis bersama bu Ririn dan Bu Yumaroh, lulusan Pendidikan Guru Penggerak TK yang tergabung di IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak Kanak Indonesia) Kabupaten Bantul terungkap Program Guru Penggerak memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan Indonesia.

Mereka mengungkapkan manfaat yang didapat, yakni dalam hal pembentukan karakter anak. Perlunya kerja sama antara guru dan orangtua untuk bersama-sama membentuk karakter anak sebagaimana yang dikatakan Ki Hajar Dewantara melalui konsep Tri Pusat Pendidikan.

Pembekalan filosofi Ki Hajar Dewantara yang diberikan PGP, menurut Yumaroh, mampu mengubah pola pikirnya dalam melihat anak didik. Ia kini melihat seorang siswa adalah anak yang memiliki keunikan dan potensinya masing-masing.

“Kami belajar tentang filosofi KHD, materi ini mengubah mind set kami untuk melihat anak sebagai ciptaan Tuhan yang memiliki keunikan masing-masing sehingga peran kita menuntun potensi dari setiap anak untuk kebahagian hidupnya untuk menjadi seorang individu dan anggota masyarakat di kemudian hari,” ucap Ririn.

Ia menjelaskan, dengan mengikuti PGP, ia belajar tentang pembelajaran sosial emosional di mana di dalamnya terdapat teknik kesadaran penuh, kelola emosi dalam diri, dan teknik coaching yang sangat baik dalam pengelolaan pembelajaran di sekolah serta budaya positif dengan kesepakatan siswa di kelas.

Terkait Kurikulum Merdeka, manfaat yang ia dapatkan dalam PGP adalah bagaimana mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah sehingga mampu merancang program sekolah yang berdampak pada siswa dengan memanfaatkan aset-aset yang ada tersebut.

Sedangkan inovasi yang telah dilakukan oleh Yumaroh dalam menerapkan ilmu yang ia dapat dalam PGP adalah menumbuhkan budaya positif dengan kesepakatan kelas mulai dari wali kelas, guru mata pelajaran, dan siswa.

Menggerakkan komunitas belajar di sekolah untuk berbagi praktik baik, refleksi bersama, strategi yang dilakukan terkait dengan siswa dan lingkungan belajar.

Dengan demikian, guru kami pandang bukan sebagai pekerjaan dan sarana mencari nafkah semata, namun terus berjuang menjadi guru yang sejati dengan mengembangkan bakat dan potensi anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com